BAB 22 : Warning

81.3K 8.6K 856
                                    

Author Pov

VL-Guard Agency berdiri sudah lebih dari 45 tahun. Dari awal, perusahaan sebagai penghasil jasa keamanan itu memang sudah meraup kesuksesan besar. Kejayaannya seakan tak pernah punya cela untuk redup. Semakin bersinar dan mempunyai nama besar dalam tingkatan Asia Tenggara. Apalagi ketika berada di bawah pimpinan Geodrie Valerian sekarang.

Tak munafik jika sebenarnya pria itu adalah seorang Direktur Utama yang begitu berpengaruh, juga dibantu oleh Arsyil—Ayah Kaivan sebagai Wakil Direkturnya. Meskipun kadang tak akur karena mempermasalahkan sifat Geo terhadap Rayyan, Arsyil tetap bekerja secara professional di perusahaan.

Selain memiliki gedung pencakar langit yang tegap, keistimewaan lain VL-Guard adalah memiliki gedung lain yang terletak di sisi bagian timur. Tempat bagi mereka yang ingin belajar bela diri. Bukan untuk Agen, tempat itu khusus bagi kalangan siapa saja yang berminat. Dari anak-anak bahkan remaja.

"Kakak kok ganteng?" celetuk anak berusia 7 tahun menatap Rayyan berbinar. "Kila seneng dilatih Kakak ganteng."

"Masa, sih?"

"Iya beneran! Kakak ganteng banget," jawabnya semangat. "Ini buat Kakak ganteng," ujar Kila menyodorkan satu buah coklat pada Rayyan. "Dari Kakaknya Kila, yang di sana."

Rayyan mengikuti arah telunjuk Kila, ia mendapati di sudut ruangan penuh dengan perempuan-perempuan sepantarannya. Seakan mengerti, lelaki itu kemudian menolak halus. "Simpen aja buat kamu, Kakak lagi nggak suka coklat."

"Sukanya apa, Kak? Nanti Kila kasih tau sama Kakaknya Kila biar dibawain."

Rayyan menyipitkan matanya aneh. "Masa ngasih coklatnya cuman satu? Sama pabriknya juga dong biar nggak nanggung."

"Ish! Kemahalan dong, Kakak!"

Rayyan hanya tertawa ringan, ia kembali membenarkan dogi—pakaian karate—Kila dengan telaten. Padahal bagian mengajar anak perempuan itu oleh pekerja yang lain, Rayyan bagian laki-lakinya saja. Namun gadis kecil ini malah ngotot ingin diajarkan cogan.

Lelaki mendongak ketika baru saja menyadari, ada seseorang yang terus memperhatikannya dari lantai atas—lebih tepatnya di depan kaca pembatas yang menjadi penghubung dua gedung ini. Rayyan kenal pria itu. Bahkan sangat kenal. Itu Fahri Nugraha—Direktur Personalia yang sekarang berdiri kala netra keduanya beradu.

"Sejak kapan Rayyan kembali melatih lagi?" tanya Fahri pada seseorang di sampingnya. Pria dengan stelan formal itu nampak tak berniat mengalihkan pandangan. "Bukannya Pak Geo melarang keras Rayyan untuk datang ke perusahaan?"

Candra Wirana—pria yang menjabat sebagai Manajer Umum itu menyahut cepat sebagai balasan. "Awalnya iya Pak, hanya saja ini keinginan dari Pak Arsyil. Seperti yang Bapak tahu, satu-satunya yang bisa menentang larangan Pak Geo adalah saudaranya sendiri."

Fahri mengangguk mengerti. "Oh, iya."

"Pak Fahri?"

"Ya?"

"Bukannya Bapak dari kemarin selalu menanyakan Rayyan. Anaknya sudah ada sekarang. Kenapa hanya diam terus memperhatikan dari kejauhan?" tanya Candra heran. "Tidak berniat menemuinya?"

"Nanti aja," balas Fahri tenang, ia menoleh sekilas pada Candra lalu kembali mengarah ke depan. "Lagi pula saya hanya disuruh untuk mengawasi anak itu."

Mendengarnya, membuat Candra meringis. Pria itu membalikan badan, menyenderkan punggungnya ke belakang kaca besar. "Ah, Pak Geo itu lucu juga ya. Anak semandiri dan sepintar Rayyan Arka untuk apa diawasi? Putranya bukan balita lagi."

"Pak Candra...." Fahri memanggil penuh penekanan. "Pengawasan dalam pandangan saya dan Pak Geo itu tidak sama. Anda tidak akan mengerti kondisinya."

"Separah apa memangnya kondisi Rayyan?" tanya Candra dengan wajah kentara serius.

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang