BAB 84 : Gugur

81.6K 7.5K 1.2K
                                    

PANJANG BANGET! ⚠ maapkeun 🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PANJANG BANGET! ⚠ maapkeun 🙂

***

Author Pov

"Marah nggak merubah apapun, Geo."

Geodrie cukup sadar. Semuanya adalah kepercumaan untuk disesali. Bom yang meledak, baretan nanah di permukaan jiwa, dan cedera yang kian memborok sudah terlampau parah untuk ditangani. Pria itu menjauhkan tangannya yang berdarah-darah hasil dari saling menikam. Geo sangat marah pada Arsyil, tapi jauh lebih muak pada kepayahannya sendiri.

"Ngebuang-buang waktu." Arsyil melepaskan pisau yang menancap di pundaknya, itu tidak terasa sakit.

Memangnya apalagi yang bisa Geo lakukan selain ini? Reaksi emosinya keluar karena dia masih normal. Memiliki perasaan. Berbeda dengan Arsyil, yang terlihat santai saja setelah membuat anak kandungnya sekarat.

"Stop it, Ar! Lepasin Rayyan." Pria itu menjauhkan tubuhnya yang tak kalah babak belur. Mereka usai berseteru, nyaris saling membunuh. Geo menatap Arsyil yang tengah menyandarkan punggungnya ke dinding kastil. "Dia belum bahagia," lanjutnya serak.

Arsyil terkekeh hambar. "Nggak salah? Lo ngomong gini, sementara awal mula penderitaan Rayyan sampe dia nggak pernah bahagia dari lo juga, kan Ge?" Arsyil tak pernah memulai, Geo yang membuka jalan. "Gue cuman nerusin."

"Dengan niatan kamu ngebentuk dia jadi Predator?!" Geo menatap sengit.

"Gue?" Arsyil menunjuk dirinya sendiri. Pria itu bercanda. Semuanya tak terjadi karena Arsyil sendiri, Geo ikut kotor di dalamnya. "Kita. Kita Geo! Lo jangan sok buta, sampe tutup mata kalau lo juga ikut andil. Perbedaannya adalah lo nggak sadar, kalau gue sadar sepenuhnya. Kita berdua kerja sama."

Geo tidak merasa suci, dirinya tahu kedua tangannya sendiri yang berbuat begini. Arsyil bahkan tak pernah menyentuh Rayyan. Hanya dia, Ayah kandungnya. Apa yang terjadi jelas tanggung jawab Geo andai kata ia tak membuka peluang lebih dulu saat itu.

Arsyil beringsut duduk. "Lo nggak tau 'kan, kalau anak lo sekarang udah jadi pembunuh berantai?"

Dada Geo terasa memberat, ntah oleh asap yang kian melingkupi ruangan atau justru fakta yang menamparnya keras. Sekarang dia tak lagi penasaran mengapa pakaian Rayyan banjir oleh darah saat datang ke sini.

"Rayyan ngabisin empat nyawa sekaligus." Arsyil memberi informasi, pria itu memiringkan kepala upaya semakin bisa melihat kelas penyesalan kakaknya. "You get what I mean." Pria itu menarik ujung bibirnya miring. "He's the next monster. Kayak gue."

"Arsyil!!!" Geo berang. Dia kembali mencengkram kerah kemeja pria itu, sedangkan Arsyil diam saja. Sengaja tak melawan, dia hanya tersenyum.

"Kamu dendam karena aku nggak pernah nyelematin kamu dari Ayah dulu, kan?! Kamu benci karena aku nggak pernah nolongin kamu, kan?!" tanya Geo. Arsyil tak akan sakit dan tumbuh dengan karakter gilanya jika pria itu terselamatkan dari dulu, jika Geo tak hanya diam menontoninya.

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang