BAB 61 : Sketsa

55.8K 7.8K 1K
                                    

Makasih kerja samanya, jangan lupa ramaikan komentar ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih kerja samanya, jangan lupa ramaikan komentar ❤

***

Author Pov

"Mas, percaya ini. Kamu juga rindu Rayyan. Sama kayak aku ke Lana."

"Aku hapal Mas, nama Rayyan masih ada di dalam diri kamu."

"Aku juga tau, kamu nyimpen banyak foto Rayyan di laci meja kerja kamu. Kamu sering merhatiin Rayyan diem-diem juga."

Geo tak memungkiri jika apa yang Maya katakan padanya hari itu sangat mengoyak isi pikirannya. Sampai dua hari belakang ini perasaannya selalu saja diserang kegundahan tiada henti.

Tangan pria itu bergerak membuka laci di meja kerjanya, objek pertama yang ia temukan adalah sebuah foto Rayyan. Anak berusia dua tahun yang duduk lucu dengan jaket beruangnya yang kebesaran. Geo membelikannya waktu itu sebagai hadiah ulang tahun.

"Ayah?"

Panggilan yang terasa nyata itu berhasil mengalihkan netra pria itu ke arah ambang pintu. Pandangan Geo mendadak gelap di sekeliling, dan fokus pada satu titik kala mendapati anak berusia lima tahun tengah berdiri di sana. Itu Rayyan Arka kecil, menyapanya diiringi senyuman manis.

Geo tidak tahu ini halusinasi atau bukan. Sekedar bayangan atau tidak, ia tak bisa membedakannya. Melihat wujud Rayyan kecil menghampirinya semakin membuat pria itu susah untuk sadar. Pergerakan yang Geo lakukan adalah menunduk, menatap wajah polos itu yang sudah lama tak ia lihat.

"Pasangin plester, dong Yah. Ini kaki Rayyan luka habis jatoh dari sepeda. Kak Reyhan nggak bener megangin sepedanya." Rayyan memajukan satu kakinya hingga luka sobek di lututnya tampak. "Tuh berdarah. Ish perih!"

Geo memaku jarak singkat, sebelum tangannya terjulur mengambil plester yang Rayyan ulurkan dari bawah.

"Kok diem sih, Ayah?" Rayyan mulai menarik-narik ujung kemeja putih yang dikenakan pria itu, ia keheranan melihat Geo tak kunjung melakukan apapun. "Pasangin. Ini tuh sakit tau."

"Ah ... iya." Geo berjongkok kaku, lalu memasangkan plester di lutut mungil Rayyan. Ntah mengapa mulutnya mengelu setiap melihat wajah anak itu.

"Yeay! Udah beres." Rayyan berseru usai benda itu menempel di kulitnya. Memudarkan rasa sakit yang mendera. "Makasih banyak-banyak, Ayah."

Rayyan memberikan kecupan hangat di sebelah pipi pria itu, hal yang membuat Geo tercenung, ia merasa diseret masuk ke dalam kenangan manis yang sempat terkubur jauh di bawah ingatannya. Geo menatap anak itu, sudut bibirnya terangkat tipis.

"Kak Reyhan mana, Ray?" tanya Geo.

"Ada. Itu masih di luar, Ayah. Mau Ray panggilin?" tawar anak itu.

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang