BAB 10 : Again (2)

102K 10.9K 1.1K
                                    

“Aku sadar, kamu hanya sekedar amanat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku sadar, kamu hanya sekedar amanat. Bukan seseorang sebagai tempatku untuk melepas penat.” –Rayyan Arka Valerian

***

Author Pov

“Bangke! Bangke lepasin sepedanya! Lura bisa sendiri!” ujar anak perempuan yang tengah menggayuh sepeda beroda dua itu dengan niat. Ia sesekali menoleh ke belakang, mendapati Kaivan yang masih saja siaga memegangi agar sampai tidak jatuh.

“Bangke hey! Lepasin, Lura bisa sendiri!” katanya lagi.

“Halah gaya ente so-soan bisa, jalan pakek jendal jepit aja masih sering kejengkang,” cibir Kaivan sama sekali tak percaya dengan omongan adik sepupunya itu. “Udah diem, syukur-syukur dibantuin Abang ganteng ini.”

“Ish! Yaudah pegang yang bener dong, Bangke! Gimana sih, nggak pernah bener.”

“Ya, bocil tutur katanya lancar amat.” Kaivan mengusap tekuknya sekilas. “Pasti ajaran si Rayyan nih, makanya pinter ngebacod.”

Sore itu Alura belajar menaiki sepeda ditemani oleh Kaivan, meski kadang masih trauma dengan ketidakbecusan lelaki itu. Namun Alura benar-benar niat. Ia ingin seperti teman-temannya yang sudah bisa menjalankan sepeda beroda dua yang cukup tinggi ini.

“Bangke, Lura haus!” adu anak perempuan itu dengan napas terengah-terengah.

“Lah.” Kaivan menoleh jahil. “Emangnya saya peduli gitu sama anda?”

Kening Alura mengerut dengan tatapan lebih jengkel. “Tolong ambilin Lura minum, Lura haus!”

Kaivan menghela napasnya, jika anak perempuan itu sudah memberi perintah maka haram hukumnya jika Kaivan menolak. Ia terlanjur memanjakan Alura sejak kecil. “Siap Tuan Puteri! Ditunggu ya, babu mau ke dapur dulu.”

“Jangan lama-lama Brader!”

“Yo'i Bro!”

Langkah kaki lelaki itu melenggang pergi meninggalkan lapangan yang berada di belakang rumah. Alura tersenyum kecil di tempatnya, meski kadang ia menjadi korban nista dari Kaivan, tetap saja lelaki itu adalah kakaknya. Sama seperti Rayyan.

Dirasa cukup lama Kaivan belum kembali, Alura kembali fokus pada sepeda bewarna merah muda pemberian Papanya dua minggu lalu ini. Alura dengan nekat kembali menjalankan benda itu tanpa menunggu Kaivan datang. Alura pikir dia bisa, terus saja dicoba. Bruk!

“Awh...” Alura meringis ketika tubuh dan sepedanya terguling. Lututnya tertekan oleh benda berbahan besi itu menyebabkan kulitnya tergores lalu berdarah. Alura tidak bisa beringsut mundur, tubuh mungilnya ikut tertindih.

“Bangke ... bantuin Lura,” lirih anak perempuan itu terisak. “Bunda sakit....”

“Alura!” teriak Rayyan yang baru saja datang cukup terkejut melihat adik bungsunya. Ia panik. Lelaki itu berlarian saat tangisan Alura kian keras. “Kok bisa gini?”

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang