Aku tahu, mengakhiri hubungan tidak semudah mengawalinya
***
Kania menahan tangisannya di dalam taksi, menyakitkan melihat kenyataan bahwa Bastian berbeda dengan yang dulu. Ia membuka tas dan memakai masker putihnya. Satu per satu air matanya jatuh mengenai masker, suara isaknya sebisa mungkin ditahan.
Kania tahu bahwa keputusannya menjadi kekasih Bastian akan memberikan dua warna dalam hidupnya. Warna kebahagiaan dan warna kesedihan. Keduanya akan menjadi kemungkinan yang selalu mengintai dirinya.
Tidak terasa taksi berhenti tepat di depan rumah Kania. Gadis itu langsung mengeluarkan sejumlah uang dan memberikan pada sang supir.
Ketika turun, ia melihat Ariaz tengah bersandar di badan mobilnya. Laki-laki itu menghirup vape yang baru dibelinya dalam-dalam dan mengeluarkan lewat hidung. Aktivitas tersebut terhenti ketika melihat Kania turun dari taksi.
Kania menaikkan masker hingga hampir mengenai matanya. Berusaha tersenyum meskipun tidak terlihat. Ariaz mengerutkan kening dan melangkah mendekati Kania.
Tangan Ariaz dengan cepat melepas masker Kania dalam satu tarikan. "A-Ariaz!" Kania berseru sambil mengalihkan pandangan ke arah lain. Ariaz kini menyentuh dagu Kania dan mengangkat wajah gadis itu perlahan.
"Lo nangis, kan? Dan, lo nggak bisa bohongin gue," ucapan Ariaz sangat tepat. Kania hanya diam sambil menyeka kedua mata dengan punggung tangan.
"Ngapain lo di sini?" tanya Kania sambil menatap ke arah lain, ia enggan melihat wajah Ariaz. Ariaz memasukkan vape ke dalam mobil melalui jendela yang setengah terbuka.
"Gue cuma mau ngasih lo ini," laki-laki itu mengeluarkan sebuah benda berkilauan dari saku celananya. Kania menyipitkan kedua mata.
"Buat lo," Ariaz membuka kepalan tangan kanan Kania dan menyimpan benda tersebut. "Ini gue lagi random aja sih, Ni. Semoga lo ngerti, ya," ucapan Ariaz mampu membuat bibir Kania tersenyum meski tertahan. Ariaz ikut tersenyum.
"Kalungnya bagus. Pasti mahal," bisik Kania yang dibalas tawa pelan oleh Ariaz.
"Semoga bisa jadi obat buat rasa sakit lo karena Bastian," lanjut laki-laki itu yang membuat Kania tertegun. "Lo tau dar-"
"Sstt ... Tebakan gue nggak mungkin salah," Ariaz menyeka sisa air mata Kania. Hal itu membuat tangis Kania kembali pecah, ia menggelengkan kepala, masih berusaha menyanggah ucapan Ariaz.
"Lo sabar aja, ya," Ariaz tersenyum lagi. Namun, laki-laki itu tidak tahan untuk tidak membawa Kania dalam pelukannya. Kania pasrah dan membenamkan wajah di dada Ariaz meskipun ia tidak membalas pelukan laki-laki itu.
"Selesain masalah lo sama Bastian," bisik Ariaz. Ia sedikit melepas pelukannya. Kania masih diam sambil menyandarkan kepalanya di dada Ariaz.
"Kania?" Ariaz lagi-lagi melepas pelukannya. Namun, kaki Kania sangat lemas, gadis itu hampir terjatuh kalau saja Ariaz tidak menahan tubuhnya.
"Kania? Ni? Lo kenapa, Ni?" Ariaz panik, ia segera menggendong tubuh Kania dan memasukkan ke dalam mobil.
Sambil mengemudi, Ariaz sesekali melirik Kania. Bibirnya pucat bahkan mendekati warna kebiruan, bahkan kulitnya pun terlihat seperti beku.
"Kania," Ariaz meraih tangan kanan Kania dan menggenggamnya erat, ia mengemudi sambil terus mengecek nadi gadis itu.
***
Bastian menutup pintu mobil dengan emosi yang memuncak. Ia menggedor pintu rumahnya tidak sabaran hingga wajah Harold muncul. Tanpa basa-basi, ia merangsek masuk dan naik ke lantai dua rumahnya.
"Kenapa lo?" Harold menutup pintu kembali, Bastian tidak menjawab. Kakaknya itu memilih untuk terus menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.
Hari itu ia kecewa sekaligus kesal, dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat Ariaz memeluk Kania. Hatinya hancur dan pikirannya penat. Saat itu ia langsung balik kanan dan memilih untuk pulang.
"Sial!" Bastian memukul tembok di samping cermin dengan kepalan tangan kanannya. Keringatnya bercucuran seiring dengan napasnya yang memburu marah. Hatinya panas dan jiwanya kosong.
Bastian meraih ponselnya sambil menekan tombol hijau pada nomor Ariaz. Namun, hingga dering terakhir, Ariaz tidak menjawab teleponnya.
Bastian berdecak dan kembali menekan tombol hijau pada nama Ariaz. "Angkat, angkat, angkat!" laki-laki itu membentak kesal. Panggilannya tetap tidak terjawab.
Bastian :
Masih sama Kania? Masih pelukan sama dia?Bastian perlu menunggu hingga hampir setengah jam untuk dapat membaca balasan pesan dari Ariaz.
Ariaz :
Kania dirawat di RSBastian menegakkan posisi duduknya yang semula bersandar.
Bastian :
Jelas-jelas tadi dia sama loPesan dari Ariaz masuk kembali yang hanya berisi share location posisinya dan Kania sekarang. Setelah itu ponsel Ariaz mati, laki-laki itu tidak bisa dihubungi kembali.
***
"Bas!" Ovie menepuk pundak Bastian yang baru saja turun dari mobil. Bastian menoleh sambil menutup pintu mobilnya.
"Kania udah di UGD, sekarang udah siuman," ucap Ovie seolah membaca pikiran Bastian. "Tadi gue kena macet. Kania udah boleh dijenguk?" tanya laki-laki itu. Ovie menghela napas dan mengangguk pelan.
"Boleh, lagi disuapin makan sama Ariaz," balasnya. Bastian yang hendak melangkah akhirnya mengurungkan niat, ia mengepalkan kedua tangan kemudian menggelengkan kepala.
"Udah ada Ariaz, kan? Gue nitip ini aja buat Kania, biar dia bisa ngemil," Bastian memberikan sekotak makanan ringan favorit Kania kepada Ovie.
"Kok lo gitu sih?" Ovie enggan menerima kotak tersebut, ia kini melipat kedua tangan di depan dada. Bastian tersenyum kecut.
"Kania masih kesel sama gue. Apalagi sekarang udah ada Ariaz di sana. Gue nggak mau bikin ribut. Udahlah, gue nitip ini aja buat Kania," Bastian menyodorkan kotak dengan kedua tangannya. Ovie menerima benda itu, wajahnya tampak bingung serta memelas.
Bastian segera balik kanan dan masuk kembali ke dalam mobil. Mungkin Kania memang tidak membutuhkannya sekarang, ditambah permasalahan mereka akhir-akhir ini juga sangat memusingkan.
Keduanya sama-sama lelah. Lelah dengan segala konflik yang begitu berlarut-larut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evermore [END]
RomancePercaya dan kecewa merupakan dua hal yang saling berkaitan. Serpihan kata rindu pun tidak akan mampu mengubah dua hal paling menakutkan itu. Kini, saatnya untuk memilih, tetap percaya atau tenggelam dalam lautan kecewa. Selamat menyelam dalam lauta...