Lewat perantara malam, kusampaikan rindu yang tak bisa kuredam
***
Kania membuka jendela kamarnya. Ia baru saja terbangun dari tidurnya dan melihat jam, masih pukul tiga dini hari. Suasana malam menjelang pagi itu sangat meneduhkan hatinya. Ia menatap pohon-pohon bergoyang diterpa angin. Ditambah cuaca dingin yang membuatnya sedikit menggigil.
Sudah satu minggu ia tidak berkomunikasi dengan Bastian. Bahkan tidak ada lagi 'utusan' Bastian, yaitu Harold yang mengiriminya barang dari Bastian. Kania menghela napas panjang. Gadis itu bertopang dagu dan menatap bulan sabit di atas sana.
"Bulan, Bastian lagi ngapain, ya?" tanya Kania kepada benda di langit tersebut. Ia lalu menepuk jidatnya setelah menyadari bahwa itu merupakan hal yang mustahil dijawab oleh bulan.
Sementara itu, di waktu yang sama, Bastian berdiri di balkon kamarnya. Ia juga menatap bulan sabit yang melengkung indah di atas sana. Di tangannya terdapat secangkir kopi untuk melepas penat, ia begadang mempersiapkan interview kerja di salah satu bank internasional besok pagi.
"Besok gue interview, Ni. Gue gugup banget. Coba kalau ada lo, pasti gue bisa lebih tenang," ucap Bastian pada bulan. Laki-laki itu kemudian menertawai dirinya sendiri, ia persis seperti orang gila.
Bastian menghirup wangi kopinya kemudian menyesapnya perlahan. Kemudian, ia menatap kembali bulan sabit di atas sana. "Doain gue, ya, semoga gue diterima kerja di bank itu," bisiknya diakhiri dengan senyuman.
***
Kania membuka laptop hendak menonton film. Siang itu ia sangat bosan serta malas melakukan apapun. Ponselnya tiba-tiba bergetar tanda ada pesan masuk.
Ariaz :
Kania, nanti malam bisa temenin gue dateng ke acara pernikahan sepupu gue?Kania berpikir sejenak, kebetulan ia bosan di rumah.
Kania :
Boleh, jam berapa?Ariaz :
[Sent you a photo]Kania menekan kiriman foto berisikan kartu undangan bertema maroon-hitam itu. Pukul tujuh tepat acara dimulai.
Ariaz :
Nanti gue jemputKania :
OkeKania kembali menutup laptop dan beranjak menuju lemari, ia mencari baju bertema sama seperti di undangan yang Ariaz kirim. Ponselnya berbunyi kembali.
Ariaz :
Gue udah beliin lo baju buat nanti malam. Udah gue send pakai ojek online. Semoga lo suka, yaKania tersenyum dan menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur.
Kania :
Thanks, yaDua puluh menit kemudian ojek online berhenti di depan rumah Kania. Gadis itu segera turun dan menerima sebuah kotak berwarna coklat.
Kania membuka kotak tersebut di teras rumah. Ia tersenyum lebar melihat sebuah dress dengan perpaduan warna maroon serta hitam. Tidak lupa dilengkapi dengan list berwarna gold pada bagian dada. Tampak sangat elegan dan mewah.
Kania berdiri dan melebarkan dress yang masih terlipat. Senyumnya memudar ketika menyadari dress itu sangat ketat dan pendek. Ia segera masuk ke dalam rumah dan bercermin di cermin besar dekat ruang tamu.
Jika ia memakai dress itu, maka bagian tubuh dari paha ke bawah akan ter-ekspos. Belum lagi bagian dada hingga pinggang yang sangat ketat. Ditambah dress itu tidak berlengan. Kania berdesis, ia menggigit bibirnya bingung.
"Ariaz salah kirim kali, ya?"
***
Malam itu, Kania berkali-kali mematut dirinya di depan cermin. Ia menghela napas, setiap lekukan tubuhnya dapat terlihat. Ia menarik ujung dress agar paha bagian atasnya tertutupi.
Gadis itu mengambil kardigan berwarna maroon dan memakainya. Ia kemudian keluar dari kamar dan melangkah ragu menemui Ariaz yang sudah menunggu di depan rumahnya.
Ariaz membukakan pintu mobil untuk Kania dengan senyumnya. Kemudian, laki-laki itu duduk di kursi sebelah Kania.
"Dilepas aja kardigannya, nggak match sama dress," Ariaz memberitahu Kania, ia tersenyum meyakinkan. Kania menggeleng dan tetap memakai kardigannya.
"Gue nggak nyaman, dress ini nggak ada lengannya, Ar," jawab gadis itu. Ariaz mengangguk-angguk paham kemudian mengusap pundak Kania.
"Percaya deh sama gue. It's okay, lo nggak perlu takut. Nanti lo terbiasa," ucap Ariaz. Kania terdiam sejenak kemudian melepas kardigannya perlahan meskipun ia enggan. Dinginnya AC langsung menerpa kulit lengannya.
Ariaz mengacungkan jempol dan langsung melajukan mobil menuju hotel. Setengah jam perjalanan membuat pinggang Kania cukup pegal. Mereka turun dari mobil.
"Eh, Ariaz?" Kania terkejut ketika laki-laki itu melingkarkan tangannya di pinggang bawah Kania. Ariaz menoleh dan mengangkat alisnya. "Kenapa?"
"Jangan, ya. Gue nggak biasa," Kania berusaha menyingkirkan tangan Ariaz. Ariaz tersenyum miring dan malah mengeratkan pegangannya pada pinggang Kania.
"Udah, nggak apa-apa. Yuk, acaranya udah dimulai," Ariaz membawa Kania memasuki lobi hotel.
Setelah melewati lobi hotel, mereka melangkah menuju ballroom hotel. Suasana pernikahan sangat megah dan mewah. Para tamu undangan saling bertegur sapa satu sama lain. Beberapa dari mereka juga menyapa Ariaz.
Kania memilih untuk duduk di salah satu kursi kosong. Ia merapatkan duduknya karena dress itu ikut tertarik ke atas ketika duduk. Satu-dua tamu undangan tersenyum padanya.
Ariaz menyentuh pundak mulus Kania dari belakang dan meraba bagian leher. Kania sontak menoleh. "Nih, lo suka pudding?" Ariaz menyodorkan pudding coklat pada Kania kemudian duduk di samping gadis itu.
Kania tersenyum dan menerima sepiring kecil pudding itu. Ariaz menatap Kania yang memakan pudding dengan lahap, ia tersenyum miring dan menggerakkan jari-jemarinya penuh arti.
"Lo kenapa, Ar?" Kania memergoki gerak-gerik Ariaz. "Gue nggak apa-apa kok. Oh, iya, habis lo selesai makan, kita ke pelaminan," ajak Ariaz yang tersadar dari gerakannya tadi. Kania menautkan kedua alis.
Ariaz tertawa dan menggelengkan kepala. "Maksud gue salaman sama pengantinnya di pelaminan, Ni," jelasnya yang membuat Kania ikut tertawa dan mengangguk. "Iya."
Ariaz menghela napas lega, hampir saja gadis di sampingnya itu curiga. Sementara Kania, ia tidak akan menyangka bahwa malam itu akan menjadi malam panjang yang mengubah pandangannya tentang Bastian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Evermore [END]
RomancePercaya dan kecewa merupakan dua hal yang saling berkaitan. Serpihan kata rindu pun tidak akan mampu mengubah dua hal paling menakutkan itu. Kini, saatnya untuk memilih, tetap percaya atau tenggelam dalam lautan kecewa. Selamat menyelam dalam lauta...