Maaf, sudah terlalu banyak kristal yang jatuh dari matamu karena aku
***
Kania melihat keluar jendela mobil dalam diamnya. Jalan tol sangat lengang dan sepi, waktu telah menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Di sampingnya, Bastian masih fokus menyetir.
Diam-diam, Kania memperhatikan wajah kekasihnya itu. Tampan, seperti biasanya. Namun, kali ini terdapat lingkaran abu-abu di bagian bawah mata, meski samar tetapi Kania tahu hal itu.
Kania menghela napas panjang dan merapatkan jaket Bastian di tubuhnya, cuaca sangat dingin.
"Kamu nggak kedinginan?" suara Kania memecah keheningan di antara mereka. Bastian sedikit menoleh. "Nggak, kamu pakai aja," jawabnya pelan.
Kania tersenyum kecil dan kembali bersandar dengan nyaman. "Tadi sampai jam berapa ke Indonesia? Kenapa kamu nggak bangunin aku aja?" ia bertanya lagi dengan nada perasaan bersalah.
Bastian mengangkat tangan kirinya kemudian mengacak-acak puncak kepala Kania. "Jam 11 malam. Aku lihat kamu tidur pulas banget. Jadi, ya udah aku ikut tidur aja," jawabnya, kini tangan kirinya turun dari kepala Kania menuju ke tangan kanan gadis itu.
Bastian tersenyum singkat pada Kania dan menggenggam erat tangan gadisnya itu. Kania menunduk, memandang genggaman tangan yang baru ia rasakan kembali setelah sekian lama.
"Soal masalah kita-"
"Sstt ... Jangan obrolin itu sekarang. Besok aja, ya?" Bastian memotong ucapan Kania. Kania hendak menyanggah, tetapi waktunya memang tidak pas. Gadis itu akhirnya memilih untuk diam dan merasakan hangatnya tangan Bastian.
"Apapun yang terjadi, I'll always be there for you and for your heart, Dear," gumam Bastian yang mampu membuat Kania semakin tak menentu.
***
Ovie turun dari mobil yang dikendarai oleh Ryan. Gadis itu terburu-buru pergi hingga tidak sengaja menjatuhkan salah satu buku catatan miliknya.
"Ovie! Ovie, buku kamu jatuh, woy!" Ryan berteriak dari dalam mobil setelah membuka jendela mobil. Namun, Ovie tidak mendengarnya karena terlampau jauh. Tidak ada orang lagi di sana selain Ryan.
"Iih, ribet banget punya pacar budek," Ryan menggerutu kesal kemudian memutuskan turun dari mobil. Tiba-tiba dari arah berlawanan, Ariaz melangkah mengambil buku tersebut.
"Biar gue aja. Lo parkir dulu sana," ucapnya yang membuat Ryan lega dan mengacungkan jempol. Laki-laki berkacamata itu segera masuk kembali ke mobil.
Sementara Ariaz melangkah memasuki area gedung kampus. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok perempuan bernama Ovie. Sialnya ia belum pernah melihat wajah kekasihnya Ryan itu.
Ariaz membuka buku milik Ovie, siapa tahu ada fotonya di sana.
"Ariaz?" suara seseorang menghentikan aktivitas laki-laki gondrong itu. Ariaz menoleh dan mendapati wajah manis Kania tengah menatap buku milik Ovie.
"Hey, kebetulan ada lo. Ini tadi punya temen lo jatuh," Ariaz menyodorkan buku tersebut pada Kania. Kania menganggukkan kepala dan menerima buku dari tangan Ariaz.
"Thank you, ya. Nanti gue kasih ke Ovie," ucap Kania disertai senyumnya yang selalu menerbangkan perasaan Ariaz. Gadis itu menyelipkan sejumput rambut di belakang telinga.
"Lo ngapain di sini?" tanya Kania heran, ia memeluk buku tersebut ke bagian dadanya. "Gue ... Cuma mau ketemu sama Ryan awalnya. Dia mau ngasih gue berkas brosur kampus ini ke gue," jawab Ariaz. "Eh, badan lo udah enakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Evermore [END]
RomancePercaya dan kecewa merupakan dua hal yang saling berkaitan. Serpihan kata rindu pun tidak akan mampu mengubah dua hal paling menakutkan itu. Kini, saatnya untuk memilih, tetap percaya atau tenggelam dalam lautan kecewa. Selamat menyelam dalam lauta...