"Kau yakin Putri sedang di perpustakaan?"
Carl yang tengah mengamati sebuah dokumen di tangannya berhenti sejenak dan menatap seorang wanita berpakaian pelayan yang menunduk beberapa langkah di depan meja.
"Benar, Yang Mulia." Pelayan itu menjawab lagi seperti yang dia sampaikan pada awal kedatangannya. "Saya yakin Putri berjalan menuju ke arah perpustakaan istana setelah berbincang dengan Yang Mulia Pangeran Pertama."
"Damien?" Carl meletakkan dokumen di tangannya ke meja setelah mendengar perkataan dari pelayan itu. Dia segera memfokuskan perhatiannya, "ceritakan secara lengkap apa yang Damien lakukan dengan Putri."
"Pangeran Pertama sepertinya hanya ingin bertemu dengan Putri karena merindukan beliau, tapi Putri memperlakukan Pangeran dengan dingin dan menunjukkan ketidaksukaannya secara terang-terangan." Pelayan itu menjelaskan dengan baik. "Putri Ilianna bahkan sempat mendorong Pangeran menjauh sampai membuat Putri hampir saja jatuh kalau tidak ditahan oleh Yang Mulia Pangeran."
"Orang itu pasti menghinaku, ya?"
Carl menebak tepat sasaran sampai pelayan itu mengangkat wajah dengan mata yang melebar kaget.
Senyum yang tidak dapat diartikan muncul di wajah Carl, "jujur saja. Damien selalu saja menghinaku di depan Ilianna. Dia terobsesi ingin membuat Ilianna menjauh dariku."
"Ah...," Pelayan itu terlihat ragu. Dia mengalihkan pandangan dan menelan ludah dengan gugup. "Pangeran Damien... memang menyebut Yang Mulia dengan sedikit tidak sopan."
"Sedikit, kau bilang?"
Wajah Carl menggelap. Dia segera berdiri, mengambil pena yang digunakannya tadi dan menghampiri pelayan itu dengan perlahan.
Terlihat jelas ketakutan di wajah pelayan itu seiring dengan menipisnya jarak antara dirinya dan Carl. Wanita itu berusaha memundurkan langkahnya, menjauh dari Carl yang kini terlihat berbahaya.
Carl mengangkat wajahnya, memberi tatapan rendah pada pelayan yang tengah ketakutan itu. Mata pria itu bercahaya dengan menyeramkan.
"Kau juga menganggap rendah diriku?"
Suara rendah Carl terdengar mengerikan di telinga wanita itu sampai membuatnya bergidik ngeri. Dia segera membungkuk dengan sangat dalam dan setengah berteriak memohon ampun, "A-ampuni saya yang bodoh ini Yang Mulia! Saya sama sekali tidak bermaksud merendahkan anda!"
"Begitukah?"
"Be-benar!" Pelayan itu memberanikan diri melihat Carl saat mengira masih ada secercah harapan untuknya bisa selamat.
Tapi Carl justru tersenyum kecil. Dengan manik birunya yang berkilat, Carl mengangkat pena yang dipegang tangannya dan langsung menusuk leher pelayan itu dengan ujung pena yang tajam.
Darah segera muncrat dan bahkan mengenai wajah dan baju yang dikenakan oleh Carl.
Wanita itu menjerit kesakitan bahkan berusaha melarikan diri dari sana tapi Carl justru mencengkeram kepalanya dengan kuat, membuat dia tidak bisa kabur ke mana-mana.
Carl yang masih memegang pena dengan sebelah tangannya malah menusukkan pena itu semakin dalam menembus leher si pelayan hingga membuat darah yang bercucuran semakin banyak. Tubuh wanita itu kejang-kejang seiring dengan darahnya yang semakin banyak keluar.
Carl langsung melepaskannya, membuat tubuh itu langsung jatuh tak berdaya di lantai dan mulai menciptakan sebuah genangan berwarna merah pekat.
Carl menunduk, melihat si pelayan yang mulai kehilangan kesadarannya. Pria itu tersenyum tipis, dengan tangan yang telah berlumuran darah. "Inilah hukumannya jika kau merendahkanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
RomanceIlianna, seorang Putri Kekaisaran Corentus yang dipuja sebagai mawar tercantik Kekaisaran harus mengalami kematian yang tragis di tangan adiknya sendiri dalam novel 'Precious Princess' setelah sang putri yang mendapat peran antagonis berusaha meracu...