36. Perselisihan

1.7K 202 17
                                    

"Menyingkirlah dari hadapanku."

Geraman Damien tidak membuat Alceo merasa gentar. Tatapan tajam yang seolah akan menghunus Alceo dengan pedang itu tidak membuatnya terintimidasi. Malah sebaliknya, pria itu justru terkekeh pelan.

"Sekarang Anda telah memutuskan untuk membuang topeng Anda, ya?" Alceo menyeringai saat Damien terlihat muak.

Sang pangeran sulung kekaisaran Corentus tidak bisa lagi menahan diri. Kebenciannya terhadap Alceo sudah di titik di mana dia tidak peduli lagi jika hubungannya dengan Grand Duke kekaisaraan ini akan hancur.

Ya, awalnya Damien memang ingin menarik Alceo ke pihaknya untuk memperkokoh posisinya.

Tapi ... situasi beberapa hari terakhir ini, ditambah kejadian yang terjadi di depan matanya ini tidak bisa dia ditolerir.

Damien tidak suka saat Alceo seolah sedang mengejar perhatian Ilianna. Damien juga benci dengan semua rumor dan spekulasi yang muncul dan mengaitkan Ilianna dan Alceo, yang membuat beberapa pihak jadi mendukung adanya hubungan antara dua orang itu.

Damien sangat sadar bahwa Alceo adalah bawahan yang paling disukai kaisar. Dia juga pahlawan yang menjadi kesayangan seluruh rakyat. Kedudukan, kekayaan, gelar, dan kehormatan. Alceo memiliki seluruh syarat yang harus dimiliki oleh seorang menantu kaisar.

Ilianna sekarang sudah dewasa. Apalagi setelah perayaan kedewasaannya dilaksanakan nanti, pembicaraan untuk pertunangan Ilianna pasti akan segera dilakukan. Istana akan mencari kandidat terbaik untuk satu-satunya Putri Kekaisaran.

Damien pun sudah mempersiapkan hal itu sejak lama. Rencananya, dia akan mengatur agar Ilianna bertunangan dengan seorang pangeran lemah sehingga nanti saat Damien telah menjadi kaisar, dia bisa membawa kembali Ilianna dengan mudah. Semua hal sudah Damien susun dengan apik.

Tapi perbuatan Alceo yang tidak bisa diprediksi sebelumnya justru menjadi ancaman terhadap keberhasilannya. Alceo berhasil membawa pengaruh yang besar. Jika Alceo tetap bersikap seperti ini, bukan hal mustahil jika pertunangan Ilianna dan Alceo benar-benar diatur oleh kaisar.

Jika Ilianna menjadi Grand Duchess ... akan sangat sulit bagi Damien untuk membawa Ilianna kembali ke istana sebagai permaisurinya.

"Jangan kira ketidaksopanan ini akan kubiarkan begitu saja, Grand Duke." Damien berbicara dengan intensitas yang cukup tajam. Tatapan penuh ancaman dia layangkan pada Alceo. "Kau sudah menghinaku, jadi jangan berpikir untuk lolos."

"Anda benar-benar keliru, Pangeran." Alceo masih berusaha mempertahankan kesabarannya yang tersisa. Meski dia ingin sekali meninju Damien sekarang, tapi dia berusaha untuk tidak menambah masalah di istana ini. "Anda adalah yang pertama kali bersikap tidak sopan di sini. Bahkan Tuan Putri pun sepertinya sudah muak karena sikap Anda ini, ya?"

Seringaian Alceo semakin lebar. Mengejek Damien yang tersinggung dengan ucapannya barusan. Hal ini justru membuat Alceo semakin yakin, bahwa hubungan antara kedua saudara ini memang sangat ganjal dan buruk. Walau pun Damien terlihat tidak membenci Ilianna dan bahkan seperti berusaha mendekati gadis itu dengan cukup gencar, tapi kebencian Ilianna adalah sesuatu yang pasti.

"Kurasa akan lebih baik jika kau menutup mulutmu sekarang. Hubunganku dan Ilianna ... sama sekali bukan hal yang perlu dipikirkan oleh pihak luar." Damien mendesis pelan kemudian melanjutkan ucapannya. "Lalu, berhentilah mengganggu Ilianna. Aku tidak ingin Ilianna jadi dikelilingi oleh rumor buruk karena ulahmu."

"Semakin didengar, setiap ucapan Anda semakin menjengkelkan saja, ya." Kini kesabaran Alceo benar-benar sudah di ujung. Pria yang memiliki harga diri setinggi langit itu terlihat sangat keberatan dengan ucapan Damien yang seolah-olah tengah memerintahnya.

Bagaimana pun, Alceo adalah satu-satunya Grand Duke di kekaisaran ini. Dia sangat sadar dengan posisi dan kewajibannya. Pada dasarnya, Alceo memang hanya perlu tunduk di depan kaisar saja. Dia tetap menjaga kesopanannya untuk menjaga martabatnya sebagai seorang bangsawan terhormat yang melindungi Kekaisaran dan anggota keluarga kekaisaran atas perintah kaisar, tapi ... Alceo sama sekali tidak akan membiarkan penghinaan sekecil apa pun.

Tangan Alceo nyaris terulur untuk menarik kerah Damien, tapi Venez yang tidak tahan lagi cepat-cepat menengahi.

"Saya mohon maaf karena menyela, tapi Tuan ..," Venez melihat pada Alceo. Matanya seperti berputar saking gugupnya dia sekarang. Sebagai bawahan yang melayani di dekat Alceo, Venez sangat sadar bahwa Alceo benar-benar sudah pada batasannya. Jika hal ini dibiarkan masalah besar mungkin akan terjadi. Jadi pria malang itu berusaha membujuk sang Tuan, "Tuan Putri sebagai pemililik istana ini sedang tidak berada di tempat. Bukan hal yang baik jika sesuatu terjadi tanpa kehadiran Tuan Putri di sini."

Alceo langsung melirik Venez dengan tatapan tajamnya saat mendengar ucapan itu. Matanya semakin menyipit dengan penuh ketidaksukaan saat bawahannya memberi kode yang cukup kentara lewat ekspresi wajah yang seolah menyuruh Alceo untuk segera angkat kaki dari sini.

Pria itu lalu membuang muka, lantas menghela napas. Berusaha meredam emosi dan ego yang nyaris meledak.

Untungnya Alceo masih bisa berpikir dengan jernih. Apa yang Venez katakan tidak salah. Jika masalah antara dirinya dan Damien membesar dan terjadi perkelahian di sini, bukan hanya itu akan merusak citra Alceo, tapi Ilianna yang meninggalkan istana pun akan terkena dampak.

Yah, bukannya Alceo peduli dengan nasib sang putri, sih.

Alceo lantas segera melangkahkan kakinya tanpa mengatakan apa pun. Dia segera keluar dari sana tanpa memedulikan Damien yang sepertinya semakin berang. Meninggalkan Venez yang harus menunduk meminta maaf pada sang pangeran atas sikap tidak sopan yang sang Tuan lakukan.

"Tuan, kali ini saya benar-benar tidak mengerti dengan sikap Anda. Tidak hanya Tuan Putri, tapi Anda juga telah menyinggung Pangeran Damien." Venez yang berhasil menyusul langkah Alceo setelah meminta maaf pada Damien, menghela napas berat. Memegangi kepalanya yang berdenyut, dia melirik pada Alceo dengan penuh protes." Jika hal ini sampai di telinga kaisar--"

"Tutup mulutmu. Aku sedang tidak memiliki kesabaran untuk mendengar ocehanmu."

Venez merasa sedikit kesal dengan ancaman Alceo. Tapi dia tetap berhenti dengan helaan napas yang berat. Mau bagaimana lagi, Alceo benar-benar emosi sekarang.

"Apa Anda akan langsung pulang? Saya akan memeriksa kereta kuda." Venez memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.

Tapi jawaban Alceo sungguh di luar dugaan.

"Tidak."

"Eh?"

Alceo tidak memedulikan keheranan sang bawahan. Dia justru melihat pada salah satu pelayan istana yang akan lewat.

"Hei, kau." Alceo memanggil membuat pelayan itu berhenti lalu memberi salam. Pria itu kemudian bertanya, "ke mana Putri pergi?"

"Yang Mulia pergi ke istana Pangeran Kedua." Sang pelayan menjawab dengan hormat lantas pergi setelah Alceo mengijinkan.

Di sisi lain, ekspresi Venez terlihat aneh, penuh dengan teror yang sangat jarang muncul di wajah itu. Dia seperti tahu isi pikiran sang Tuan saat ini.

Venez menelan ludah. "Tuan, jangan bilang...."

Alceo menoleh pada bawahannya, memberi jawaban yang menjadi seperti sambaran petir di telinga Venez.

"Kita akan menyusul Putri."

***

Tbc.

Agak hancur ya, udah lama gak nulis soalnya :D

Dan ya, saya kembali lagi setelah sekian lama ngilang. Masih ada yang inget gak sih?

The Villainess PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang