"Saya memberi salam pada Yang Mulia Putri. Semoga berkat sang dewi selalu bersama Anda." Alceo membungkuk memberi salam pada Ilianna dengan begitu sopan.
"Selamat datang, Grand Duke." Ilianna memberi sambutan yang hangat atas kehadiran Alceo.
Meski Ilianna benar-benar merasa berat dan terpaksa dalam hatinya, tapi kini gadis itu memasang ekspresi ramah. Tersenyum manis di depan Alceo yang berdiri di hadapannya dengan wajah datar.
"Ayo duduklah, Grand Duke." Ilianna mempersilakan sambil tetap menjaga senyumannya. "Saya telah menyiapkan teh yang mungkin akan Anda sukai."
"Terima kasih, Yang Mulia."
Alceo menuruti dan langsung mengambil tempat di depan Ilianna saat gadis itu kembali duduk di kursinya. Alceo mengangkat wajah, menatap Ilianna yang kini duduk berhadapan dengannya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, membuat Ilianna merasa sedikit tidak nyaman.
Melihat para pelayan yang selesai menuangkan teh ke cangkir miliknya dan Alceo, Ilianna buru-buru berucap. "Silakan nikmati tehnya, Grand Duke."
Gadis itu masih berusaha menjaga pembawaannya. Melihat Alceo yang hanya mengangguk lantas mengambil cangkir yang isinya penuh itu lalu mulai menyeruput pelan, Ilianna rasanya mulai menyesali keputusannya yang kemarin menuliskan surat undangan untuk Alceo karena berpikir mungkin akan lebih baik jika dia menyampaikan penolakannya secara langsung.
Ilianna juga tidak tahu kenapa hari ini Alceo tiba-tiba jadi lebih pendiam? Padahal hanya sampai kemarin Alceo masih merecokinya dan membuatnya kesal dengan semua hadiah dan surat yang pria itu kirimkan.
Ilianna berdeham pelan setelah meminum sedikit teh miliknya. Kembali meletakkan cangkir di atas meja, Ilianna menatap Alceo dengan berani.
Ingin segera menyelesaikan urusannya dengan Alceo agar pria itu buru-buru pergi dari istananya, Ilianna merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengutarakan tujuannya memanggil Alceo ke mari. Karena itu setelah mengambil napas yang cukup dalam, Ilianna memasang senyum yang biasa dia tunjukkan.
"Anda pasti sibuk, tapi saya malah menyita waktu Anda dengan mengundang Anda ke mari."
Pergerakan Alceo terhenti saat mendengar ucapan Ilianna. Meletakkan cangkirnya ke meja, Alceo memberi atensi penuh pada Ilianna.
"Itu tidak benar, Yang Mulia." Alceo menyanggah. "Secara kebetulan saya memiliki beberapa hal yang ingin dibicarakan dengan Anda. Karena itu saya sama sekali tidak keberatan datang ke sini untuk memenuhi undangan Anda."
"Oh?" Sebelah alis Ilianna terangkat. "Apakah ada hal penting yang ingin Anda sampaikan pada saya?"
Ilianna terlihat penasaran. Saat melihat ekspresi serius Alceo sekarang, Ilianna mulai memikirkan beberapa hal yang bersangkutan dengan politik atau mungkin informasi-informasi penting yang ingin Alceo bagikan padanya. Memang semua yang ada di pikiran Ilianna tidak sesuai dengan karakter Alceo, tapi dia tetap tidak mau mengesampingkan kemungkinan-kemungkinan baik yang dapat dia manfaatkan.
"Sebelum itu, ada yang harus saya berikan pada Anda."
Di bawah tatapan Ilianna, Alceo mengangkat sebelah tangan membuat gestur yang meminta seorang pelayan membukakan pintu ruangan itu. Saat perintahnya dilaksanakan dan pintu terbuka, seorang ksatria yang tampak asing bagi Ilianna masuk dengan tangan yang memegang sebuah kotak gelap berukuran sedang yang semua sisinya memiliki ukiran emas yang membuatnya terlihat indah.
Mata Ilianna terpaku pada kotak yang kini disodorkan padanya. Berkedip beberapa kali, gadis itu memutuskan untuk bertanya saat perasaannya tiba-tiba memburuk. "Ini ... apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
RomanceIlianna, seorang Putri Kekaisaran Corentus yang dipuja sebagai mawar tercantik Kekaisaran harus mengalami kematian yang tragis di tangan adiknya sendiri dalam novel 'Precious Princess' setelah sang putri yang mendapat peran antagonis berusaha meracu...