25. Rasa Penasaran

4.3K 539 24
                                    

Sampai detik ini, Alceo masih belum bisa menerima kenyataan--yang bahkan tidak mau dia akui sebagai kenyataan--tentang sang putri yang 'katanya' tidak tertarik pada sosok yang paling diidam-idamkan satu Kekaisaran--Alceo.

Kali ini, Alceo berkunjung lagi ke istana, namun tujuan kedatangannya bukanlah istana utama atau istana Kaisar. Sang Grand Duke Kekaisaran justru berada di tempat yang tidak seharusnya dia datangi. Pria itu berdiri di ujung taman istana putri dengan tatapan yang mengarah sepenuhnya pada bagian tengah taman yang saat itu tengah diisi oleh sepasang manusia berambut keemasan yang cukup silau untuk dipandang mata karena memantulkan cahaya matahari yang mulai meninggi.

Mata Alceo begitu fokus. Memandang sosok sang putri yang tersenyum begitu indah dan terlihat memperlakukan laki-laki di sampingnya dengan begitu hangat. Alceo tiba-tiba menyipitkan mata.

Ciri-ciri pria di samping putri Ilianna, Alceo mengetahuinya. Rambut keemasan yang tampak pucat, wajah rupawan yang membuat banyak wanita terpikat olehnya. Orang itu tidak lain adalah pangeran kedua Kekaisaran, Carlson Chloris.

Kening Alceo sedikit mengerut. Meski dia tidak mau mengakuinya, namun penampilan pangeran itu memang cukup luar biasa. Dia memancarkan keindahan yang mirip dengan sang putri.

Namun Alceo tetap pada pendiriannya. Sekarang setelah dia melihat pangeran secara langsung, Alceo jadi semakin yakin kalau penampilan dirinya masih setingkat di atas sang pangeran.

"Saya tahu apa yang Anda pikiran, Tuan, tapi tolong berhentilah."

Suara seseorang yang terdengar frustrasi di sampingnya membuat Alceo menoleh. Menatap Cornel yang ekspresinya terlihat jelek, lalu mengangkat sebelah alis.

"Mari kita pergi dari sini sebelum semakin banyak orang yang melihat Anda!"

Wajah Cornel terlihat buruk. Punggung belakangnya terasa dingin sedangkan peluh mulai membahasi pelipisnya. Sejak tadi Cornel harus berjaga-jaga dan berusaha keras menutupi Tuannya saat begitu banyak orang yang berlalu-lalang mulai saling berbisik-bisik setelah menyadari identitas seorang pria--yang sayangnya sangat terkenal di seluruh Kekaisaran--yang muncul di taman istana putri dan terlihat memandangi putri dari jauh.

"Saya mohon, Tuan! Jangan memulai hal yang akan Anda sesali nanti!"

Rasanya Cornel ingin menangis saja. Menjadi bawahan Alceo selain memberinya kehormatan, di sisi lain juga membuatnya jadi membatin setiap hari karena tingkah ajaib sang Tuan yang sering kambuh tiba-tiba.

"Kau berisik." Alceo sama sekali tidak memedulikan Cornel. Pria itu lantas melangkah masuk ke dalam taman saat melihat Carl yang tiba-tiba pergi mengikuti seorang pelayan yang datang memanggilnya. "Tunggu di sini."

"Tuan?!" Cornel benar-benar ingin berteriak sekarang. Tanpa ragu dia melangkah mengikuti Alceo meski itu melanggar perintah, dan berusaha menghentikan sang Tuan meski semua yang dia lakulan sia-sia.

Setelah ini, Cornel sangat yakin. Dia yakin banyak rumor akan bermunculan di sekitar Tuannya.

Ah, Cornel ingin melompat ke dalam semak saja!

***

Senyum Ilianna masih belum memudar saat matanya terus menatap punggung Carl yang semakin menjauh. Suasana hati Ilianna terasa sangat bagus. Dia senang karena sejak hari ulang tahunnya, Carl terlihat mulai mau membuka hati untuk Ilianna.

Meski tidak begitu kentara, tapi Carl seperti tidak menolak uluran tangan Ilianna. Carl mau memulai kembali hubungan persaudaraan mereka dan membangunnya dengan fondasi yang kokoh. Carl ... mulai memercayai Ilianna.

The Villainess PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang