Alceo keluar dari bagian dalam istana utama dengan suasana hati yang buruk. Isi pikirannya penuh dengan protesan terhadap ucapan Rufa sebelumnya meski dia tidak menunjukkannya secara terang-terangan.
Pria itu melangkah dengan agak terburu-buru. Dia bahkan mengabaikan semua sapaan yang diberikan padanya. Alceo cukup kesal, jadi dia berbelok menuju ke arah taman untuk mengatur ulang ekspresi dan pembawaannya agar tidak merusak citra dirinya.
Setelah menemukan tempat sepi yang dirasanya pas, Alceo menghentikan langkah. Menoleh kiri-kanan, memastikan bahwa benar-benar tidak ada orang di sana yang bisa melihat atau pun mendengarnya.
"Huh!" Alceo mendengus kemudian. Mengangkat sebelah tangan, lalu merapikan dasi kain yang ada di lehernya.
Alceo mengeluh dalam hati, 'apa maksudnya tadi, aku tidak bisa disandingkan dengan pangeran? Aku tidak cukup layak sehingga putri pasti tidak akan tertarik padaku?'
Wajah Alceo terlihat semakin kesal. Dia menyilangkan tangan di depan dada lalu membuang muka, "hmph!"
'Kaisar tidak tahu saja. Jika putri melihatku, dia pasti akan tergila-gila padaku sama seperti para gadis lainnya.'
Alceo kali ini mengangkat sebelah sudut bibirnya, tersenyum bangga. Dia lalu mengangkat sebelah tangan dan menyentuh pinggiran rambutnya dengan ujung jari. 'Aku ini memang sangat tampan--'
"Penyakit Anda yang ini kambuh lagi, rupanya."
Alceo berjengit kaget mendengar suara yang tiba-tiba muncul itu. Dia segera menurunkan tangan dan berbalik hanya untuk mendapati seorang bawahannya yang kini berdiri di depannya dengan tatapan datar.
Alceo menatap tajam. Sebelum akhirnya dia berdeham memperbaiki penampilannya.
Sial. Dia lengah karena terlalu fokus. Cih!
"Kenapa kau bisa menemukanku di sini?"
"Sudah saya duga, Anda bahkan tidak menyadarinya." Cornel memberi tatapan menghakimi pada sang Tuan yang sudah dilayaninya sejak lama. "Saya memanggil-manggil Anda sejak Anda keluar, tapi Anda bahkan tidak menghiraukan saya. Sungguh keterlaluan!"
"Keberadaanmu sekecil semut sehingga aku bahkan tidak menyadarinya. Berhati-hatilah agar tidak terinjak lalu mati." Alceo balas menghina tanpa ragu.
Cornel mendelik. Dia ingin membalas, tapi sadar kalau pada akhirnya dia hanya akan semakin kesal sendiri jika adu mulut mereka berlanjut.
Ya, Alceo memang semenyebalkan itu. Jadi Cornel yang sabar akan mengalah pada sang Tuan.
Cornel menghembuskan napas perlahan. Melihat Alceo sekali lagi, "apa baginda mengucapkan sesuatu sehingga membuat Anda kesal?"
"Aku tidak kesal." Alceo mengernyit dalam.
"Aku hanya ... tidak terima!" Alceo beralasan. "Baginda telah meremehkanku!"
"Apa? Bagaimana mungkin?" Cornel terlihat sedikit kaget dan tidak percaya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau permasalahannya ternyata cukup serius. "Apa Baginda masih tidak merasa cukup dengan pencapaian Anda pada perang beberapa waktu lalu?"
Cornel mulai sedikit emosi. Dia tidak terima jika Kaisar benar-benar meremehkan Alceo yang adalah Tuannya.
Meremehkan sang Tuan berarti juga termasuk bawahannya. Itu berarti, Kaisar juga meremehkan semua pencapaian yang telah mereka raih selama perang yang sulit itu. Padahal, banyak dari teman-teman mereka, para ksatria yang telah gugur demi membawa kemenangan untuk Kekaisaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
RomanceIlianna, seorang Putri Kekaisaran Corentus yang dipuja sebagai mawar tercantik Kekaisaran harus mengalami kematian yang tragis di tangan adiknya sendiri dalam novel 'Precious Princess' setelah sang putri yang mendapat peran antagonis berusaha meracu...