Di bawah sinar matahari senja yang terlihat megah, sebuah kereta kuda mewah yang dikawal banyak ksatria itu berjalan melewati sebuah gerbang yang berdiri kokoh dan menuju ke bangunan istana besar nan megah yang berdiri di depan sana.
Tapal kaki kuda yang sejak tadi terdengar berisik kini mulai memelan seiring dengan laju kereta kuda yang juga semakin memelan. Bahkan hanya dalam beberapa detik, kereta kuda itu berhenti sepenuhnya.
"Yang Mulia, kita telah sampai."
Terdengar suara kusir yang memberi tahu dari depan, tempat dia duduk mengendarai kereta kuda. Lalu setelahnya diikuti suara ketukan di pintu samping yang tirai jendelanya tertutup tanpa celah.
Pintu kereta dibuka, menampilkan sosok gadis cantik yang terlihat sangat menawan dengan rambut berwarna emas juga mata biru yang seperti memancarkan laut.
"Selamat datang kembali di istana, Yang Mulia."
Gadis itu menoleh pada seorang ksatria yang menunduk hormat padanya sambil mengulurkan sebelah tangan untuk menyambutnya.
Gadis itu tersenyum tipis dan menerima uluran tangan itu. Dia turun dari kereta dengan perlahan. Setiap gerakannya terlihat sangat anggun dan berkelas. Rambut emasnya yang berkibar tertiup angin nampak semakin bersinar di bawah cahaya senja yang menyilaukan.
Gadis itu memandang lurus ke depan, melihat deretan para pelayan dan ksatria yang menyambutnya dengan hormat.
Semuanya menunduk, memberi salam dengan penuh hormat. "Selamat datang kembali, Yang Mulia Putri. Semoga musim semi dewi Chloseris selalu menyertai anda."
"Ya." Senyuman gadis itu semakin melebar. Dia menengadah, menatap bangunan istana megah yang berdiri kokoh di hadapannya. "Aku kembali."
Seorang wanita yang terlihat paling tua diantara para pelayan maju. Dia adalah Kepala Pelayan yang melayani di istana Putri, Eyara. "Kami akan segera membantu anda bersiap-siap karena Baginda telah menunggu anda."
"Tentu. Pimpin jalannya."
"Baik, Yang Mulia."
Gadis itu mulai melangkah mengikuti Eyara yang berjalan di depannya. Langkahnya ringan dan penuh kepercayaan diri.
Dia, Putri kebanggaan Kekaisaran Corentus yang karena kecantikan dan keanggunannya sering dianggap sebagai titisan dewi. Gadis yang walau belum melakukan upacara kedewasaan tapi sudah menerima banyak lamaran dari para pemuda keluarga Bangsawan Kekaisaran hingga Kerajaan lain.
Dia ... Gadis menawan dengan rambut emas berkilau dan mata yang seperti merefleksikan laut.
Dia, Ilianna Chloris.
***
"Saya menghadap Baginda Kaisar, sang matahari Kekaisaran. Semoga musim semi sang dewi selalu mewarnai hidup anda."
Ilianna memberi hormat pada Kaisar.
"Angkatlah kepalamu, Putri." Kaisar memerintah. Dia yang duduk di atas singgasana harus sedikit menunduk untuk menatap gadis di hadapannya.
"Terima kasih, Yang Mulia." Ilianna lalu mengangkat wajah. Dia tersenyum tipis saat mata birunya beradu dengan mata biru yang sama yang dimiliki Kaisar.
Rufa Elio Chloris, Kaisar yang saat ini memerintah Kekaisaran Corentus itu terlihat agung duduk di atas sana. Wajahnya yang tetap terlihat tegas meski umurnya sudah tidak muda lagi, lalu auranya yang penuh wibawa dan tekanan sanggup membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
RomanceIlianna, seorang Putri Kekaisaran Corentus yang dipuja sebagai mawar tercantik Kekaisaran harus mengalami kematian yang tragis di tangan adiknya sendiri dalam novel 'Precious Princess' setelah sang putri yang mendapat peran antagonis berusaha meracu...