37. Tertarik, kah?

1.7K 193 7
                                    

Tidak pernah dalam hidup Venez, dia menyesali keputusannya untuk mengikut Alceo. Sejak menyerahkan sumpah setianya kepada Alceo, Venez selalu melayani Alceo dengan sepenuh hati. Venez selalu siap menjadi pedang, mata, telinga, perisai, dan apapun yang Alceo ingin untuk dilakukan.

Venez selalu melaksanakan setiap perintah dengan penuh tanggung jawab sebagai ksatria Alceo yang loyal. Dia bangga melayani Alceo meski terkadang Tuan yang dia layani itu bersikap menyebalkan. Venez tidak keberatan, karena memang begitulah sifat Alceo.

Venez tidak pernah menyesal dalam mengikuti Alceo ... setidaknya, sampai hari ini.

Untuk pertama kalinya, hari ini Venez menyesal telah ikut dengan Alceo ke istana. Seharusnya dia sudah sadar kalau ini adalah pertanda buruk saat Cornel dengan keras menolak untuk menemani sang Tuan. Seharusnya Venez tidak menganggap persoalan ini dengan terlalu enteng.

"Anda ... benar-benar yakin akan tetap melakukan ini?" Venez bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya, berharap bahwa jawaban Alceo kali ini akan berbeda dari sebelumnya.

Tapi sayang sekali, yang dia dapatkan sebagai balasan justru tatapan penuh ancaman dari sang Tuan. "Kau ini benar-benar membuatku jengkel, ya."

"Saya minta maaf jika Anda merasa seperti itu, tapi tidakkah Anda merasa bahwa ini tidak benar?!" Venez terdengar frustrasi. "Tuan Putri sudah meminta Anda untuk pergi tadi, tapi sekarang Anda justru datang menyusul beliau sampai ke istana pangeran Carlson. Apa Anda pikir ini hal yang normal?!"

Alceo justru mengernyit. "Sudah kubilang masih ada yang ingin kusampaikan pada Tuan Putri."

"Apa Anda berniat mengatakannya di depan pangeran Carlson juga?!"

Rasanya ... Venez mengerti perasaan frustrasi yang Cornel rasakan sebelumnya.

Gara-gara sifat keras kepala Alceo, kini mereka sudah berakhir di depan area istana sang pangeran kedua kekaisaran, Carlson Chloris. Tinggal beberapa langkah saja dan mereka akan memasuki area taman depan istana pangeran.

Alceo mungkin tidak peduli, tapi Venez sudah bisa membayangkan ekspresi seperti apa yang akan ditunjukkan oleh sang putri saat tahu Alceo mengikutinya sampai ke mari. Bisa-bisa, tuannya itu akan benar-benar di usir dari sini.

Venez tidak habis pikir. Dia tidak tahu apalagi yang ingin Alceo sampaikan pada putri yang jelas-jelas menunjukkan penolakan dan ketidaknyamanan yang begitu kentara terhadap Alceo. Venez juga tidak yakin dengan perasaan sang tuan terhadap putri.

Venez tidak yakin dengan semuanya, tapi dia tahu kalau akhir buruk akan menanti sang tuan jika tuannya yang saat ini bersikap sedikit kurang pandai itu benar-benar menemui putri. Kali ini, reputasi Alceo sangat dipertaruhkan, namun yang bersangkutan justru terlihat tidak peduli dan bersikap sesuka hati.

Venez berdecak pelan. Bergumam pada dirinya sendiri. "Sekarang saya bisa mengerti perasaan Tuan Putri."

Hanya dalam beberapa langkah, mereka kini telah sepenuhnya memasuki area taman istana sang pangeran kedua kekaisaran. Taman itu cukup sunyi. Sejauh mata memandang tidak terlihat adanya prajurit atau pelayan yang berada di area taman tersebut.

Venez merasa cukup lega. Untuk sekarang belum ada orang yang menyadari kedatangan Alceo ke mari. Jika Venez berhasil membujuk Alceo sebelum mereka semakin mendekati bangunan istana, setidaknya kemunculan Alceo yang tiba-tiba di istana pangeran ini akan seperti tidak pernah terjadi. 

Venez baru saja akan membuka mulutnya, mencoba membujuk Alceo untuk segera pergi dari sini. Namun sayang, dewi Achiera tampaknya belum memihak Venez hari ini.

"Oh? Sebuah kebetulan bisa bertemu dengan Anda di sini, Grand Duke."

Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar membuat dua orang itu menoleh ke sumber. Mendapati seseorang yang tampak asing namun seperti mengenali mereka. Keduanya langsung menghentikan langkah.

The Villainess PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang