Giberion terdiam mengamati sang majikan. Dia tengah menimbang-nimbang tentang situasi yang terjadi sekarang yang tentu akan berpengaruh pada rencana dan tujuan mereka. Giberion sedang menilai tentang keuntungan dan kerugian yang akan ditanggung pihak mereka jika dia membiarkan perilaku Carl sekarang.
Ucapan Ilianna di hari saat gadis itu akan pergi mengunjungi kuil pun cukup mengganggu pikirannya.
"Kalian ... harus berusaha lebih keras lagi untuk memastikan Carl menjadi pewaris takhta selanjutnya."
Melalui kata-kata itu, Giberion mengasumsikan kalau Ilianna sudah mengetahui tentang rencana mereka. Hanya saja, sudah sejauh mana yang diketahui oleh sang putri? Dan sejak kapan gadis itu sadar?
'Jika putri benar-benar berencana mendukung Yang Mulia, maka itu hal yang bagus. Dukungan kaisar dan para bangsawan yang berharap padanya pasti akan terpecah.' Giberion berpikir sangat keras hingga kerutan samar muncul di dahinya. 'Tapi, kenapa dia mau mendukung Yang Mulia Pangeran padahal dirinya berpotensi besar untuk menjadi pewaris takhta? Lalu, darimana ... dia mengetahui tentang rencana kami? Sudah kuduga, semua terlalu mencurigakan.'
Ilianna terlalu abu-abu. Sikapnya yang tiba-tiba berubah sangat mencurigakan. Gadis yang dulu mengutamakan dirinya di atas segalanya, yang menjunjung tinggi status dan harga dirinya dibandingkan apa pun, kini menunjukkan keramahan yang asing.
Giberion mengangkat pandangan, menyipitkan mata saat melihat Carl.
Dia telah lama melayani Carl, jadi dia tahu segala kekurangan dan kelebihan orang yang dilayaninya itu. Giberion selalu menilai kekurangan Carl dengan teliti agar dia bisa menyiapkan solusi yang akan menguntungkan mereka.
Giberion sangat mengenal Carl. Karena itu, dia tahu. Kalau ucapan Carl tadi yang mengatakan bahwa Carl ingin memercayai Ilianna itu lebih ditujukan Carl pada dirinya sendiri daripada Giberion. Seolah Carl ingin meyakinkan dirinya kalau keputusannya yang ingin memercayai sang putri adalah pilihan yang tepat.
Hanya satu bulan yang lalu, Carl masih tetap pada rencananya yang ingin memanfaatkan Ilianna. Namun beberapa hari yang lalu, Carl mulai goyah. Dan hari ini ... Carl terlihat sangat ingin menaruh kepercayaannya untuk Ilianna.
"Lakukanlah apa yang Anda rasa benar." Giberion menghembuskan napas kasar. Dia sedikit mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Jika putri benar-benar mau memberikan dukungannya untuk Anda, kita bisa lebih mudah mendapatkan dukungan bangsawan lain. Hal itu juga pasti akan menjadi pukulan yang cukup kuat untuk pangeran pertama."
Pada akhirnya, Giberion hanya bisa menyetujui. Lagipula, mereka memang harus berani mengambil resiko jika ingin mengalahkan Damien yang nyaris berhasil membangun fondasinya dengan sempurna.
Lalu, Giberion hanya sebatas bawahan saja. Dia tidak berhak untuk ikut campur dalam masalah pribadi Carl. Giberion juga percaya kalau Carl tidak akan menjadi sebodoh itu hingga berhasil tertipu begitu saja. Pasti ada alasan kuat yang mendasari tindakan Carl yang tiba-tiba ingin mempercayai sang putri.
Giberion hanya bisa patuh. Tapi tentu saja dia harus tetap waspada. Bagaimana pun, Giberion adalah pengatur strategi Carl. Jadi sudah tugasnya untuk menyediakan alternatif-alternatif solusi jika pada akhirnya keadaan tidak menjadi seperti yang mereka inginkan.
Giberion kini meletakkan tangan kanannya di depan dada. Melihat Carl yang kini menatapnya, lalu tersenyum percaya diri. "Anda bisa melakukan apa pun yang membuat Anda merasa bahagia tanpa perlu khawatir. Serahkan sisanya pada saya. Saya pasti akan menjaga punggung Anda dengan baik."
Ucapan Giberion terdengar begitu meyakinkan dan rasanya dapat membuat orang tersentuh. Dia menunjukkan keyakinan yang kokoh dan dukungan kuat untuk orang yang dilayaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
RomanceIlianna, seorang Putri Kekaisaran Corentus yang dipuja sebagai mawar tercantik Kekaisaran harus mengalami kematian yang tragis di tangan adiknya sendiri dalam novel 'Precious Princess' setelah sang putri yang mendapat peran antagonis berusaha meracu...