Sosok laki-laki dengan gelar paling berpengaruh kedua--setelah kaisar--di kekaisaran Corentus melangkah dengan pasti memasuki bagian istana lebih dalam lagi. Grand Duke muda yang tampan nan memesona yang selalu menjadi pusat perhatian di mana pun dia berada. Di sepanjang perjalanannya semua orang yang berpapasan dengannya menunduk, menyapanya dengan hormat meski hanya dibalas dengan anggukan, dan beberapa bahkan tidak dipedulikannya.
Alceo tampak percaya diri dan tidak terganggu oleh apa pun. Ekspresi wajahnya terlihat datar seperti sudah terbiasa dengan situasi ini. Pria itu hanya fokus pada tujuannya, yaitu menemui Kaisar di ruangannya.
Butuh beberapa waktu untuk Alceo bisa tiba tepat di depan ruangan sang kaisar. Mengangguk pada sapaan ksatria yang berjaga di depan, Alceo meraih gagang pintu dan membukanya setelah mengetuk.
Pria itu segera masuk ke dalam. Melihat Rufa yang ternyata tengah duduk bersantai di sofa sambil menikmati segelas teh, Alceo memutuskan untuk mendekat.
Dia segera membungkuk sejenak dan memberi salam. "Saya memberi salam untuk sang Matahari Kekaisaran. Semoga musim semi sang dewi selalu bersama Anda."
"Oh? Grand Duke rupanya." Rufa membalas dengan ramah. Pria itu meletakkan gelasnya di atas piring kecil pada sebelah tangannya yang lain lalu mempersilakan Alceo duduk. "Duduklah, kau datang di saat yang tepat."
"Terima kasih, Baginda." Alceo segera menempati sofa di seberang Rufa. Membiarkan para pelayan yang ada menghidangkan teh untuknya.
"Jadi, apa kau sudah menyelesaikan urusanmu di Actlenus?" Rufa membuka percakapan.
Alceo terlihat tenang. Dia menjawab dengan rendah hati. "Ya, Baginda. Berkat kemurahan Anda, semua urusannya berjalan dengan sangat lancar."
Tepat sehari setelah upacara penganugerahan dilaksanakan, Alceo memang sempat meninggalkan Ibukota dan melakukan kunjungan ke wilayahnya, sekaligus melihat wilayah yang baru diberikan padanya dan menetapkan peraturan yang baru di sana.
Alceo pergi selama beberapa hari dan baru kembali sekarang.
Meski pun kepergian Alceo telah mendapat izin dari kaisar, tapi tetap saja kekosongan posisinya sebagai Kepala Pasukan Khusus yang baru dilantik bukan hal yang pantas untuk dilakukan, apalagi olehnya yang kini memiliki gelar Ksatria Suci.
Ditambah, saat kepergian Alceo ternyata bertepatan dengan hari ulang tahun sang putri yang telah memasuki usia dewasanya.
Beberapa orang mungkin akan melihatnya sebagai suatu kelancangan. Dan mungkin, beberapa pihak tertentu akan merasa Alceo berniat menghina keluarga kekaisaran, terlebih kaisar dan sang putri. Karena itulah begitu tiba di Ibukota, Alceo segera mengajukan permintaan untuk mengunjungi Kaisar. Sekalian, dia juga ingin memberi laporan kehadirannya.
"Itu bagus. Aku sangat yakin kalau Actlenus akan semakin makmur di bawah pimpinanmu." Rufa memberi pujian sambil menikmati kembali tehnya yang mulai mendingin.
Alceo mengamati gerak-gerik sang kaisar. Rufa terlihat sangat santai dan sepertinya sedang berada dalam suasana hati yang baik. Jadi, Alceo berasumsi bahwa tidak ada hal yang terjadi.
Dia jadi cukup lega.
"Sekarang setelah kembali, saya akan langsung menjalani tugas saya dan memastikan tidak ada hal yang akan membuat Anda kecewa, Baginda."
Rufa tertawa pelan. "Kau sangat pandai membuatku merasa senang, Grand Duke. Dan tentu saja, aku menantikan semua prestasimu ke depannya."
"Ya, Baginda. Saya akan melakukan yang terbaik, sekaligus untuk menebus ketidakhadiran saya pada perayaan kedewasaan sang putri beberapa waktu lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
RomanceIlianna, seorang Putri Kekaisaran Corentus yang dipuja sebagai mawar tercantik Kekaisaran harus mengalami kematian yang tragis di tangan adiknya sendiri dalam novel 'Precious Princess' setelah sang putri yang mendapat peran antagonis berusaha meracu...