41. Isi Hati Kaisar

770 108 22
                                    

"Sudah lama sekali kita tidak menghabiskan waktu berdua seperti ini."

Lebecca melirik Rufa dengan matanya. Mempertahankan senyum manis dengan ekspresi lembut, wanita itu terlihat begitu bahagia saat di depannya Rufa hanya menikmati teh dengan tenang.

"Baginda tidak tahu betapa saya sangat merindukan Baginda." Lebecca memainkan kata-katanya dengan lihai. Berusaha keras menarik simpatik dari Rufa. "Philander bahkan beberapa kali bilang ingin pergi menemui Baginda. Namun saya melarangnya. Saya tahu Baginda sibuk, jadi saya tidak ingin dia menganggu Baginda."

Ucapan Lebecca sedikit mengandung sindiran. Bagaimana pun, satu istana juga tahu tentang bagaimana Ilianna beberapa waktu lalu sempat meminta untuk menemui kaisar. Meski kaisar menerima dengan senang hati, tapi Lebecca kesal. Dia ingin menunjukkan pada Rufa kalau putranya lebih baik dari pada Ilianna. Bahwa putranya tidak akan mengganggu waktu Rufa dengan hal-hal sepele.

"Philander, anak itu." Rufa kali ini akhirnya tertarik dengan apa yang keluar dari mulut Lebecca. Dia menatap Lebecca sepenuhnya setelah meletakkan cangkir teh miliknya. "Bagaimana kabarnya? Sudah lama sejak terakhir kali aku menemuinya."

"Philander baik sekali, Baginda. Dia juga pasti akan senang jika tahu Baginda menanyakan kabarnya." Raut wajah Lebecca bersinar. Dia senang karena Rufa menunjukkan ketertarikan terhadap anaknya setelah sekian lama. "Akhir-akhir ini Philander banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Anak itu belajar begitu giat karena dia bilang ingin membantu Baginda di masa depan nanti."

Lebecca tentu saja tidak mau membuang kesempatan. Dia berusaha keras agar anak-anaknya mendapat kesan baik di depan Rufa melebihi Ilianna. Lebecca ingin membuat Rufa sadar kalau anak-anaknya lebih berkualitas dibandingkan dengan yang lain.

"Hm. Hal yang bagus jika Philander mau lebih banyak belajar." Rufa terlihat puas. "Dia seorang pangeran, tanggung jawabnya besar jadi dia harus membawa kehormatan untuk Kekaisaran."

"Tentu, Baginda. Saya pastikan Philander dan Damien tidak akan mengecewakan Anda."

Rufa hanya mengangguk-angguk dan kembali menikmati tehnya dengan santai. Saat ini mereka tengah berada di salah satu balkon istana selir. Rufa datang untuk menghabiskan waktu singkat bersama dengan sang selir yang sudah lama tidak dia kunjungi.

"Ngomong-ngomong, Baginda." Lebecca kembali bersuara. Tersenyum manis saat Rufa melihat ke arahnya. "Saya senang karena Ilianna dan Carlson akan segera melaksanakan kedewasaan mereka. Ke depannya, mereka akan bisa melakukan lebih banyak hal untuk membantu Anda, seperti Damien."

"Ya, kau benar. Akan ada banyak hal yang harus mereka hadapi setelah debut mereka dilaksanakan."

Lebecca memerhatikan Rufa dengan seksama. Pria itu terlihat dalam suasana hati yang baik, jadi Lebecca memutuskan untuk menjalankan skemanya.

"Mereka juga harus segera bertunangan, kan?" Lebecca memasang ekspresi ceria. Dia berusaha untuk terlihat antusias. "Apalagi Ilianna. Dia putri kekaisaran satu-satunya, jadi pertunangannya harus diatur dengan sempurna~"

Lebecca berusaha terlihat baik di depan Rufa. Dia memiliki tujuan, ingin menjadi pengatur pertunangan Ilianna agar dia nanti bisa mencegah Ilianna mengembangkan kekuatan lewat pertunangan.

"Calon suami Ilianna haruslah sosok yang luar biasa. Saya rasa, dengan statusnya, Ilianna lebih cocok dengan seorang pangeran." Mata Lebecca berkilat untuk sesaat. "Bukankah banyak pangeran hebat di kerajaan lain? Salah satu dari mereka pasti akan menjadi pasangan yang sempurna untuk Ilianna."

Lebecca sudah memikirkannya matang-matang. Karena Rufa sangat menyayangi Ilianna, pasti Rufa tidak ingin jika menantunya dari kalangan yang biasa saja. Jadi Lebecca berpikir, seorang pangeran kerajaan pasti cukup untuk mengelabui Rufa. Jika Rufa menyetujuinya, Lebecca bisa membuat Ilianna menjauh dari istana kekaisaran. Ilianna bisa dia usir tanpa harus bekerja keras.

The Villainess PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang