"Tak ada tanda-tanda kekerasan," ucap Panglima Polim. "Berarti bukan dari kubu kita yang melakukan ini."
Mendengar adanya keributan yang terjadi, Sultan memerintahkan dokter istana untuk memeriksa. Apa yang menyebabkan tentara itu meninggal dan hanyut di sungai?
"Tuangku Sultan, tentara ini meninggal, karena kolera," ucap dokter istana itu setelah selesai menyelidiki. "Tetapi kolera baru ada di pulau Jawa, berarti tentara ini sudah terkena disana dan terbawa hingga ke negeri Aceh."
"Tapi kenapa tidak dikuburkan? Kenapa harus dihanyutkan disungai? Apa dia tenggelam?" bertubi-tubi pertanyaan Sultan timbul akibat kekhawatiran dan kegelisahannya tentang penemuan mayat ini.
"Dia tidak tenggelam sultan, paru-parunya bersih dari air," jawab dokter. "Jadi kemungkinan dia meninggal dahulu sebelum dihanyutkan."
Tak lama para pengawal sultan menyampaikan berita yang menghebohkan. Mayat tentara itu bukan satu-satunya yang hanyut di sungai, tetapi ada lebih banyak lagi. Puluhan mayat-mayat mengambang di atas sungai.
'Untuk apa dihanyutkan?' pikir Sultan.
"Apakah kolera bisa menular melalui air?" tanya Sultan yang tiba-tiba terpikir sesuatu.
Dokter itu tak menjawab. Secara tiba-tiba wajah dokter yang selama ini mengabdikan dirinya pada sultan berubah ketakutan. Tanpa menunggu jawaban dari dokter, sultan telah mengetahui jawaban dair perubahan ekspresi mukanya.
"Sialan, mereka licik sekali," keluh Sultan setelah mengetahui apa yang akan terjadi terhadap warganya.
"Perintahkan warga jangan meminum air dari sungai," perintah Sultan.
Terlambat, sialnya semua sudah terlambat. Meskipun mayat-mayat itu baru ditemukan sekarang, tetapi air sungai sudah tercemar dari beberapa jam yang lalu. Bakteri kolera telah bersarang di tubuh banyak penduduk Aceh, termasuk pasukan-pasukannya. Kali ini Aceh bukan hanya menghadapi musuh yang dapat terlihat, tetapi juga musuh yang tak dapat dilihat, yaitu kolera.
Sementara itu tak banyak yang dilakukan tentara Belanda. Mereka membiarkan pasukan Aceh hidup dalam ketegangan akan diserang, sementara menunggu kapal-kapal mereka tiba di dekat Pelabuhan Ulee Lheue sesuai waktu yang dijanjikan. Selain itu, mereka juga berharap wabah kolera segera menyebar di Kutaraja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cut : Perang Dalam Dendam
Historical FictionCerita ini hanyalah fiktif belaka, berlatar belakang perang Aceh tahun 1873 - 1913. Namaku adalah Cut Keumala. Kehilangan ayah dan ibuku, sebagai pejuang perang Aceh membuat diriku memiliki dendam yang dalam kepada orang-orang Belanda. Tanpa ayah da...