Ciptaan

37 8 0
                                    

Keumala menatap tiga gundukan tanah di depannya. Gundukan tanah itu lebih tinggi dari lainnya, menjadikannya terlihat berbeda dan diberikan sebuah batu di dekat bagian kepala, yang menandakan bahwa itu adalah kuburan. Di dalamnya terdapat jasad ibu Keumala dan tentara Belanda yang menyerangnya.

"Kenapa kalian menguburkan tentara Belanda itu? Bukankah mereka jahat?" tanya Keumala sambil mengusap air mata. "Jika bukan karena tentara itu pasti ibu ku masih hidup dan bersamaku sekarang."

Perempuan yang sedari tadi bersama Keumala dan ibunya datang mendekat. Menatap lekat mata Keumala dan menaruh tangannya di pundah Keumala.

"Bukankah mereka juga ciptaan Allah?" tanya perempuan itu.

Keumala mengangguk ragu.

"Sebagai manusia, mereka memang manusia yang jahat," jawab perempuan itu. "Dengan kedatangan mereka ke tanah kita, membuat kita memiliki kewajiban untuk melawan, tetapi jika mereka sudah mati itu perkara lain. Kita wajib menguburkannya, sama dengan ciptaan Allah yang lain."

Keumala terdiam. Perkataan perempuan itu memang benar, tetapi tetap saja tak bisa menyingkirkan kemarahan, serta dendam di dalam hati Keumala. Baginya, tak ada yang bisa disalahkan selain orang-orang Belanda, terkait kematian ibu dan ayahnya.

"Jadi setelah ini kamu akan kemana?" tanya perempuan itu.

Pertanyaan yang sebetulnya sederhana, tetapi Keumala tak bisa menjawabnya. Dia tidak tahu apa ibu atau ayahnya punya kerabat lain, tetapi yang jelas ayah dan ibunya sudah meninggal. Jadi dia sekarang tak punya tempat untuk dituju atau tempat untuk kembali.

Kehilangan ibunya, bukan hanya kehilangan seseorang yang mencintainya, tetapi bagi Keumala, dia telah kehilangan, teman, sahabat, sekaligus rumah. Tak ada ibunya di dunia, berarti tak ada lagi rumah di dunia ini.

"Apa kamu mau ikut bersamaku?" tanya perempuan itu seolah bisa membaca pikiran Keumala.

Keumala menoleh, menatap ke arah perempuan itu. Dia merasa tak yakin apa harus ikut perempuan yang baru dikenalnya itu, tetapi jika dia tak ikut dia harus pergi kemana. Sedangkan pagi akan segera datang dan pasukan Gerilya harus segera meninggalkan daerah ini agar tidak ketahuan oleh tentara Belanda.

"Kekejaman Belanda banyak menciptakan anak-anak sepertimu, tanpa tujuan dan tanpa tempat untuk pulang," ucap perempuan itu meyakinkan. "Kamu akan memiliki banyak teman disana, jadi tak akan sendirian."

Akhirnya Keumala menyerah dan memilih untuk mengikuti perempuan itu. Dia akan mati jika sendirian di tengah hutan sendiri, jadi tak ada salahnya jika dia ikut bersama perempuan itu. Jika memang ternyata perempuan itu jahat, toh ujung-ujungnya dia juga akan mati dan bertemu ibu dan ayahnya.

Cut : Perang Dalam DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang