MS_36

38 3 0
                                    

Belum saja motor Farga benar-benar berhenti Nastha langsung turun.

“Auwww sakit” ringis Nastha saat kakinya tidak sengaja tergores besi dekat knalpot motor. Untung saja bukan knalpot yang menyapa kaki Nastha. Jangannya kejadian membayangkan saja sudah mengerikan.

Farga menatap Nastha bingung.

“Kan loe tahu motornya belum berhenti. Kenapa main turun aja sih” omel Farga langsung turun dan melihat luka goresan di kaki Nastha.

Goresannya tidak parah hanya tergores kecil.

“Untung gak parah” Farga langsung melenggang masuk.

***

“Kaki kamu kenapa sayang?” tanya Dinda – mama mereka – melihat kaki anak gadisnya dengan goresan merah disana.

“Itu ma-“ baru saja ingin menyelesaikkan perkataannya malah disela Farga yang baru muncul.

“Itu ma, tadi Nastha kena goresan besi di motor aku” sela Farga membuat Dinda kebingungan.

“Loh kok bisa?” tanya Dinda.

“Yah bisalah. Karena kebodohannya motor belum aja berhenti udah main turun aja. Untung bukan knalpot yang kena” omel Farga. Laki-laki kalau ngomong pedas juga yah.

“Astaga Nastha kamu gimana sih. Bego banget” bukannya marah Dinda malah tertawa melihat kebodohan anaknya itu.

Krkrrkrkrk.

Dinda dan Farga sama-sama menoleh kea rah Nastha yang kini sudah meringis sembari memegang perutnya.

Tawa Dinda terpecah “Ohh tadi tuh kamu lapar makanya buru-buru turun” Dinda menggelengkan kepalanya pelan.

Nastha hanya mendengus kesal. Farga dan mamanya berhasil membuatnya malu tak berkutik.

Dinda langsung menyuruh Nastha menghabiskan makanannya saat sudah diambilnya dari dapur.

“Rakus banget sih makannya” Nastha berhenti mengunyah.

“Longggg kenpsgsh sinjj” Farga menyernyit heran.

“Telan dulu baru ngomong jangan kayak orang bego. Bego sih boleh tapi jangan bego banget” tawa Farga pecah melihat kelakuan absurd adiknya itu.

Nastha meneguk perlahan air yang di bawah mamanya hingga kandas.

“Loe napa sih dari tadi nggak berhenti bikin gue malu. Untung gak kena mental. Bisa-bisa gila tiap hari loe giniin” omel Nastha yang membuat Farga duduk menghadapnya.

“Makanya maafin temen gue. Gak usah sok jual mahal. Nanti orangnya pergi loe malah nangis kejer” Farga kembali duduk membelakangi Nastha.

Nastha terlihat malas tahu.
Ia tidak marah dengan Nathan tetapi hanya kecewa.

Segampang itu minta maaf setelah buat kesalahan besar. Emang perasaan gue mainan. batin Nastha.

“Ohh iya Tha. Kata Nathan jam 8 dia jemput loe. Gak ada penolakan” Farga berlalu menuju kamar kesayangannya.

“Kenapa gak ngomong langsung punya mulut kan” ceracau Nastha.

“Loe susah diajak ngomong katanya” sahut Farga yang masih bisa mendengar racauan Nastha.

Nastha langsung mencuci piring kotornya.

***

“Vy gue pergi gak yah” tanya Nastha –saat  ia dan Silvy videocallan— setelah  menceritakan ajakan Nathan bukan ajakan sih tepatnya perintah yang tadi abangnya sampein.

Silvy terlihat menimang-nimang.

“Kalau menurut gue loe iyain aja. Gue lihat Ka Nathan tulus kok. Gini yah jangan lupain kebaikan seseorang hanya karena satu kesalahannya. Iya sih gue tahu kesalahan Ka Nathan emang besar banget. Tapi, gak ada salahnya kan kalau loe maafin sebelum terlambat. Semua orang gak luput dari kesalahan Tha.” Jelas Silvy panjang lebar membuat Nastha hanya diam tidak bisa berkata.

Nastha masih juga berpikir. Pikirannya kemana-mana karena perkataan Farga dan Silvy ada kesamaan dimana mereka sama-sama mengatakan ‘kalau tidak memaafkan Nasthan ia akan menyesal’.

Memangnya Nathan mau kemana? Pikirnya.

Ia segera menepis pikiran anehnya.
“Oke gue pergi. Gue mau siap-siap dulu. Makasih yah Vy, Bye” Nastha langsung mengakhiri dan menyiapkan pakaiannya yang akan dipakainya.

Setelah melihat jam dan menunjukan pukul 19.30 Nastha langsung buru-buru mandi.

***

Setelah dirasa sudah selesai Nastha langsung turun.

Langkah Nastha sempat terhenti saat melihat Nathan dan Farga sedang asik ngobrol dengan mamanya.

Baru saja mau kembali naik mamanya langsung memanggil namanya.

“Sayang cepetan ih. Nathan udah sejam loh nungguin kamu” panggil mamanya.

‘What? Sejam? Kan katanya jemput gue jam 8’ batinnya.

Nastha melangkah kea rah mereka membuat Nathan tersenyum tipis.

“Tante, ijin bawa Nastha yah. Dijagain kok tenang aja” pamit Nathan pada Dinda.

“Makasih yah Nathan. Tante sama Farga titip Nastha” senyum Dinda terlihat manis melihat anaknya dijaga Nathan. Ada perasaan lega dalam hatinya.

‘emang gue barang dititipin’ Nastha menggerutu.

Dinda memang sudah tahu masalah Nathan dan Nastha, tetapi ia langsung mengerti setelah dijelaskan Nathan langsung tempo hari. dari awal memang ia sudah sangat percaya Nathan bisa menjaga anak gadisnya. Ia melihat sisi tanggung jawab yang besar di diri Nathan

“Jagain adek gue soalnya kemarin mikirin loe mulu. Kayaknya bentar mellow deh” ganggu Farga membuat Nastha membantah perkatannya.

“Sirik bilang aja boss. Jangan ngiri. Kalau ngiri saingin bukan ngejelekkin” sindir Nastha tepat sasaran.

Farga terlihat bergidik mendengar adiknya berbicara seperti itu.

“Loe nggak cocok ngomong gitu” Nastha memeletkan lidahnya.

“Nastha, Nathan udah nunggu loe di luar” tegur Dinda saat melihat Nastha masih enteng mengganggu kakaknya.

“Biarin ma. Biar dia jalan kaki. Jangan manja” Nastha hanya memeletkan lidahnya dan menyusul Nathan.

Nathan terlihat sedang memainkan ponselnya.

“Ekhmmm. Mau jalan gak?” Nathan langsung tersadar dan terssenyum.

“Makasih yah sayang” jantung Nastha sudah tak dibayangkan seperti apa sekarang.

“Hkmm….. untuk?” tanya Nastha mencoba mencairkan suasana. Karena terdengar canggung kembali berduaan dengan Nathan setelah masalah yang dialaminya.

“Yah untuk semuanya dan karena kamu udah maafin aku” terdengar canggungkan?

“Maafin? Kapan? Gue nggak ngomong tuh” Nastha juga masih terlihat canggung untuk kembali berbicara aku-kamu.

“Iya udah. Gakpapa. Lihat aja nanti” Nathan langsung menarik tangan Nastha untuk naik ke atas motornya.

Nastha tersenyum tipis saat Nathan menarik tangannya dan langsung memasukan ke dalam saku hoodie Nathan dan secara tidak langsung Nathan meminta Nastha untuk memeluk dirinya.

_____________________________________________________

Tbc>

MY SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang