Nastha terlihat kebingungan pasalnya Nathan membawanya ke sebuah kafe yang terlihat sudah sangat sepi. Sepertinya sudah tutup. Tapi, Nathan dengan gampangnya membuka pintu cafe tersebut.
Jangan lupakan tangan Nathan yang dengan setia menggenggam tangan Nastha sedari parkiran.
Nastha terlihat nyaman dengan keadaan tersebut jadi ia biarkan saja.
“Silahkan mas, langsung ke atas aja” sambut seorang pelayan cantik dan mendahului mereka berdua.
“Ke atas? Mau ngapain sih? Gelap lagi. Jangan-jangan gue mau diapa-apain lagi nih” gerutu Nastha yang memang sangat jelas di dengar Nathan.
“Ikut aja. Gue ngga apa-apain loe” Nastha kembali mengeratkan genggaman tangannya ketika melihat anak kucing yang melewati kakinya.
Sesampainya di rooftop ada seorang pelayan yang sudah menunggu mereka sedari tadi.
“Selamat Menikmati” ucap pelayan tersebut dan langsung pergi meninggalkan pasangan itu.
Nathan mempersilahkan Nastha duduk.
Tanpa disadari Nathan langsung memeluk Nastha dari belakang.Deg. Jantung gue gimana nih? Kok jadi gini sih. Malah nih jantung susah dikompromi lagi. Nastha mau melepas pelukan Nathan tapi Natha langsung menaruh dagunya di pundak Nastha.
“Biarin gini dulu. Gue kangen” kata Nathan terdengar tulus dengan suara parau.
Nastha terlihat menetralkan ekspresinya. Mukanya sangat merah tapi untung lampu rooftopnya temarang jadi tidak terlalu kelihatan muka kepitingnya.
“Ka udah yah” kata Nastha pelan agak terdengar bukan menolak.
“Maafin aku. Maaf udah buat hati kamu hancur. Maaf udah bohongin kamu. Maaf udah bikin kamu kecewa. Maaf udah bikin kamu marah dan Makasih udah mau kasih kesempatan untuk aku” Nathan langsung melepas pelukannya dan jongkok di hadapan Nastha.
Nastha langsung berubah serius melihat tatapan Nathan yang penuh dengan penyesalan disana.
Tangan Nastha yang semula diam kini di genggam penuh sayang oleh Nathan.
Nastha terlihat menunduk. Malu. Siapa yang tidak malu di perlakukan seperti itu.
“Tatap aku sayang” Nastha menatap Nathan dalam.“Aku terlalu sayang sama kamu. Bahkan aku rela mati demi kamu. Aku sadar masih sangat jauh dari kata sempurna dan aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu. Tapi, dengan itu semua aku benar-benar menyerahkan seluruh hati aku ke kamu. Kamu adalah perempuan terpilih khusus dan istimewa untuk memiliki hati aku. Aku gak tahu padahal di luar sana banyak yang lebih dari kamu tapi hati aku mati-matian milih kamu. Mungkin kedengarannya berlebihan tapi memang itu yang aku rasa” Nathan dengan suara parau dan air mata yang sudah mengalir menatap Nastha penuh sayang.
Tangan Nastha pelan terulur untuk menghapus air mata Nathan. Nastha menarik napasnya dalam dan menghembuskan pelan.
Ia langsung membuka suara “Kak jujur aku kecewa banget sama kaka saat tahu tujuan kakak di awal. Baru kali ini hati aku dibuat hancur sehancur hancurnya. Gimana yah aku tuh udah berharap banget sama kakak. Udah sayang banget sama kakak. Tapi kakak teha banget sih buat aku kayak gitu. Sakit.” Tanpa sadar air mata Nastha mengalir begitu saja. Ia mengeluarkan semua perasaannya yang ditahan selama ini.
“Keluarin aja sayang. Gak apa-apa” Nathan langsung memeluk Nathan yang sudah menangis sesenggukan.
Nastha menggemang erat tangan Nathan – yang langsung meraih tangannya sedang tangan yang satu tetap merengkuh Nastha ke dalam dekapannya – dan meminta kekuatan darisana.
Isak Nastha masih terdengar.
“Kak maaf yah belum bisa jadi yang terbaik buat kakak. Makasih yah kak dari sekian perempuan kakak malah milih aku. Yah walau awal pertemuan kita absurd banget sih. dari yang aku ngomel-ngomel kakak karena nabrak aku dan berakhir sekarang aku berada di dekapan kakak” Nastha masih setia dengan keadaan sekarang.
“Kakak tahu gak pernah aku berpikir gimana nanti kalau kakak ninggalin aku. Padahal aku udah jatuh hati banget sama kakak. Gak bisa dibayangin deh kondisiku nantinya. Jangan ninggalin aku yah kak. Aku sayang sama kakak” Nastha melonggarkan pelukannya membuat Nathan memundurkan dirinya.
Saat Nathan mau berdiri Nastha dengan cepat mengangkup pipi Nathan. Perlahan dirinya maju dan mengecup dahi Nathan pelan. Entah keberanian darimana tapi Nastha rasa ia perlu melakukan itu.
Nathan tersenyum bahagia. Ia bangun dan langsung menarik Nastha ke dalam pelukannya. Ia mengecup puncak kepala Nastha berkali-kali. Menyalurka rasa sayangnya melalui kecupan itu.
“Makasih sayang udah mau nerima aku lagi” kini Nastha mengecup lama dahi Nastha sambil menangup kedua pipi perempuan yang sudah mengambil tempat di hatinya.
Keduanya bertatapan dan saling melemparkan senyum termanis. Mereka merasa mala mini malam terbahagia karena mereka berdua jujur dengan perasaan mereka masing-masing tanpa ditutup-tutupi.
***
“Pulang yuk” ajak Nathan.
Nastha langsung mengangguki.
“Dingin gak?” tanya Nastha saat mereka sudah di parkiran.
“Banget” jawab Nastha jujur.
Nathan membuka hoodienya dan langsung memakaikan ke Nastha.
“Kamu gimana?” tanya Nastha melihat Nathan dengan kaus kosong padahal jam sudah menunjukkan pukul 22.00.
“Gampang” Nathan langsug menyuruh Nastha naik.
Nastha bingung kata Nathan gampang tapi masih kelihatan sedang kedinginan.
“Peluk sayang. Dingin” kata Nathan dengan suara dibuat manja.
Nastha tersenyum dan langsung memeluk Nathan kuat.
“Gini dong” Nathan langsung menancap gas dan berlalu darisana.
Bintang malam ini terlihat bersinar dengan indah sepertinya ikut berbahagia dengan mereka berdua.
Tak henti-hentinya Nathan mengucapkan kata sayang di sepanjang perjalanan. Ia memang terlihat sangat bahagia karena Nastha masih memberi kesempatan untuknya. Ia masih tidak menyangka dengan kebaikan dan ketulusan Nastha. Mungkin perempuan lain akan dengan gampang meninggalkan dirinya tapi tidak dengan Nastha. Perempuan itu yang adalah pacarnya, perempuan yang memiliki hatinya, yang paling disayangnya dengan baiknya mempercayainya lagi. Ia berjanji kepada bintang yang sedang bersinar untuk menjaga Nastha dan selalu membuat gadisnya bahagia.
_____________________________________________________
Tbc>
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR
Teen Fiction"Loe udah buat hati gue hancur dan loe pikir maaf bisa balikin semuanya? Hah?? Jawab Nathan!!!!!" teriak Nastha frustasi. "Tha hanya maaf yang bisa gue lakuin. Karena waktu gak bisa diputar lagi" kata Nathan berusaha membujuk Nastha. "Tuh kan gampan...