Bel istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan berlarian ke kantin begitupun dengan Nastha dan Silvy.
Mereka sudah langsung mendapat pesanan dengan cepat karena menu pesanan mereka permanent.
Saat sedang menikmati makanan Nastha mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kantin dan tak sengaja matanya bertemu dengan Nathan.
Ia langsung memutuskan pandangan itu dan kembali menyantap makanannya.
Saat sedang makan seorang perempuan berteriak dari pintu kantin.
"Nathanku sayang! Kamu nggak laper?" kini perempuan itu sudah berada di hadapan Nathan.
Tapi Nathan menatapnya dingin.
"Yang! Kamu nggak makan?" tanya Rani lebay. Yup! Perempuan itu adalah Rani. Ia sudah kelas duabelas. Rani menyukai Nathan dari kelas satu tapi tak kunjung mendapat perhatian Nathan.
Tapi ia tidak pernah menyerah untuk mendapatkan perhatian Nathan.
"Yang! Yang! Dasar serigala beronta. Loe kira Nathan sayangnya loe?" kini Revan sudah mulai menyerocos.
"Eh gagak! Jangan ikut campur yah! Ini urusan gue sama bebeb Nathan!" Revan hanya memutar bola matanya kesal melihat sikap Rani yang 'pede' nya udah kelewatan.
Saat sedang asik-asiknya berdebat Nathan segera berdiri dan pergi meninggalkan kantin.
Dio hendak mengikuti Nathan tapi pergelangan tangannya di tahan Farga "Biarin dia sendiri".
Dio hanya mengangguk.
Rani yang melihat Nathan pergi juga ikut pergi meninggalkan Dio, Revan dan Farga.
"Oh iya Vy. Gue mau cerita sama loe" Silvy yang menyadari Nastha mengajaknya berbicara langsung mengangkat wajahnya.
"Aspsa" Silvy berbicara tidak jelas karena ia sedang mengunyah makanan.
"Gini yah! Kemarin saat loe pulang duluan kan gue nunggu Ka Farga di parkiran. Tapi tahu-tahunya Ka Farga udah pulang duluan. Akhirnya gue nendang kaleng yang kebetulan ada di depan gue sampai-sampai kena kepalanya Ka Nathan. Terus dia kayak marah gitu. Nah, gara-gara gue muak sama dia gue tunggu di halte. Nggak lama dia lewat terus ngajakin gue pulang bareng".
" Wah tumben Ka Nathan ngajakin perempuan pulang bareng" puji Silvy.
"Entar dulu. Gue tolak. Dia maksa tapi tetep gue nggak mau. Ya udah dia pulang. Nah terus gue tunggu taksi. Tapi taksi nggak muncul-muncul. Gue yah namanya kalau udah capek kayak ngantuk gitu. Nah pas bangun eh gue udah di rumah".
Silvy tetap asik menyantap makanannya " Ka Nathan kali yang anter loe pulang".
"Nggak mungkin. Dia aja udah pulang".
Silvy hanya mengedikan bahunya sambil memakan makanannya.
***
Pak Reno - yang adalah guru PKN - memasuki kelas XI IPA 3 dengan membawa setumpuk kertas LJK.
" Anak-anak sekarang kosongkan meja dan duduk di tempat masing-masing. Ingat! Meja yang berdempetan diberi jarak" perintah Pak Reno.
Siswa-siswi langsung bekerja sesuai perintah.
Setelah suruhannya dikerjakan Pak Reno membagikan kertas LJK pada setiap siswa.
"Sekarang kita ulangan. Jadi silahkan isi identitas pada kertas LJK yang sudah bapak bagikan".
" Yahhh pak kok dadakan gini sih" protes salah satu siswa.
"Ulangan tetap ulangan. Tidak ada bantahan" kata Pak Reno tegas.
"Bini sama laki sama aja. Maunya ulangan terus" ujar seorang siswa dengan suara yang dibikin pelan.
"Kamu dari mana Aska?" tanya Pak Reno saat Aska masuk ke dalam kelas.
"Dari toilet pak" jawab Aska singkat.
"Buat apa kamu disana?" tanya Pak Reno.
Semua siswa yang mendengar pertanyaan itu langsung mengangkat kepalanya dan menatap Pak Reno heran.
"Yah mau toiletlah pak. Masa mau ena-ena" teriak salah satu anak yang paling belakang. Itu adalah Amir. Ia suka sekali meneriaki sesuatu yang menurutnya bagus untuk diteriaki.
"Siapa itu?" Pak Reno berdiri dan memukul meja dengan kedua tangannya.
"Amir pakkkkk" semua siswa langsung menunjuk Amir yang sedang bersembunyi di balik meja Aska.
"Eh bukan saya pak! Loe pada sembarangan aja nuduh gue" kata Amir mengelak.
"Amir sini kamu" Amir yang mendengar panggilan itu langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan pergi menuju Pak Reno.
"Auww sakit Pak " ringis Amir ketika kedua telinganya di tarik oleh Pak Reno.
Semua siswa tertawa lepas melihat ekspresi Amir yang lucu saat di jewer. Nastha sampai-sampai memegang perutnya.
Setelah dijewer Amir disuruh kembali ke tempat duduknya. Ia berjalan sambil mengusap-ngusap telinganya yang memerah.
"Sekarang kamu duduk dan mengerjakan soal dengan waktu yang tersisa" Aska pergi menjauhi meja guru dan menuju ke tempatnya.
Semua memperhatikan Aska sampai ia benar-benar telah duduk di kursi.
"Vy! Minta jawaban loe dong" Aska menyodorkan tangannya ke arah Silvy.
"Tha boleh nggak" tanya Silvy ke Nastha karena ia baru saja selesai menyalin pekerjaan Nastha.
Nastha mengangguk "Nggak papa" Silvy langsung memberikan kertas LJK Nastha yang tadi ia pinjam untuk disalin.
"Ini punya siapa?" tanya Aska saat ia melihat bukan nama Silvy yang tertera di kolom nama.
"Itu punya Nastha" Aska melihat ke arah Nastha dan sempat terdiam sejenak.
"Salinnya cepet!" kata Silvy yang membuat Aska langsung fokus ke kertas LJKnya.
Aska menyalin semua jawaban pada bukunya. Hingga nomor terakhir yaitu nomor 80.
Setelah selesai menyalin jawaban Nastha. Aska kembali menyodorkan buku yang dipinjamnya kepada pemiliknya, tanpa mengucapkan kata terima kasih.
"Dasar manusia bebal. Nggak tahu terima kasih. Masih untung gue pinjamin" sindir Silvy yang sudah seperti orang gila. Karena orang yang ditujukan tidak merespon sindirannya.
"Kan bukan punya loe" Aska menoleh ke arah Nastha "Makasih Nastha!" setelah itu Aska kembali melihat ke luar jendela karena tempat duduknya dekat dengan jendela.
Silvy menatap Aska sinis " Lain kali nggak bakal gue bantu!" Silvy langsung kembali pura-pura mengerjakan soal ulangan.
Pak Reno menyuruh Silvy untuk mengumpulkan pekerjaan bersamaan dengan bunyinya bel pulang.
------------------------------------------------------------------
Jgn lpa vote & comment yah 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR
Teen Fiction"Loe udah buat hati gue hancur dan loe pikir maaf bisa balikin semuanya? Hah?? Jawab Nathan!!!!!" teriak Nastha frustasi. "Tha hanya maaf yang bisa gue lakuin. Karena waktu gak bisa diputar lagi" kata Nathan berusaha membujuk Nastha. "Tuh kan gampan...