Setelah pulang dari rumah Farga, Nathan sekarang sudah berada di depan rumahnya.
Ia memang langsung ke rumahnya setelah dari rumah Farga. Karena menurutnya perhentian terakhir untuk hari ini adalah rumah Farga.
Ia langsung membawa motornya ke bagasi dan memarkirkannya disana.
Setelah itu ia masuk ke dalam rumahnya.
"Nathan!" panggil seseorang dari arah dapur.
Nathan menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan mendapati Adrian - ayahnya- sedang menuangkan segelas air di meja makan.
"Ia pa!" jawab Nathan sedikit mengulaskan senyum.
"Habis darimana?" tanya Adrian dengan suara pelan.
Pertanyaan ini yang Nathan benci. Karena ketika pertanyaan ini dilontarkan ia merasa bahwa papanya menganggap bahwa dirinya belum dewasa.
"Dari rumah Farga" setelah memberi jawaban, Nathan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Adrian hanya geleng-geleng melihat kelakuan putra sulungnya itu.
👿
"Huammm!" Nathan langsung merebahkan tubuhnya yang kelihatan lelah.
Ia memejamkan matanya dan terlarut dalam mimpi.
"Nathan mama dan papa berangkat kerja dulu yah" pamit Adrian dan Mira pada putra sulungnya itu.
"Iya pa. Tapi Nathan boleh nggak minta sesuatu sama papa" ujar Nathan dengan wajah memelas.
Mira menyentuh puncak kepala Nathan lalu mengelusnya dengan pelan.
"Sayang apa yang kamu minta pasti dikabulkan sama mama dan papa asalkan itu membuat kamu bahagia" kata Adrian.
Nathan tersenyum lebar. Ia merada bangga menjadi Nathan yang beruntung seperti dirinya. Karena menurutnya Nathan yang lain tidak seberuntung dirinya.
"Hmmm Nathan mau papa beliin Nathan mobil yang lagi tren sekarang. Cukup satu nggak papa kok pa" Nathan kembali memohon.
"Emangnya kamu sudah bisa mengendarai mobil yah" sekarang Adrian yang bersuara.
"Mir, Nathan kita udah gede yah. Udah tahu bawa mobil" goda Adrian.
"Ih papa. Maksud Nathan itu mobil mainan bukan mobil yang gede" protes Nathan kesal.
Adrian memang tahu maksud dari mobil yang diinginkan Nathan. Tapi ia hanya membuat Nathan bahagia sebelum terlambat.
Ia merasa akan ada yang terjadi dengan keluarganya.
"Ya udah Nathan sayang mama sama papa berangkat dulu yah" pamit Adrian menutup percakapan di antara mereka.
Nathan mengangguk dan kembali menata setumpuk kartu - yang ada di hadapannya - menjadi sebuah rumah.
Adrian dan Mira menghilang di balik pintu.
Tempat kerja mereka tidak sama. Seperti cerita di novel-novel lainnya kalau suami istri sekantor. Jarak tempat kerja Mira lebih jauh dibandingkan Adrian.
Mereka mengendarai mobil mereka masing-masing yang secara sengaja dipisahkan agar tidak terlambat untuk pergi ke kantor.
💦💦💦💦
"Nathan?? " seorang wanita memasuki kamar Nathan dengan membawa nampan berisi makanan.
Mbak Amla. Yah! Nama wanita itu adalah mbak Amla. Dia bekerja sebagai baby sister Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR
Teen Fiction"Loe udah buat hati gue hancur dan loe pikir maaf bisa balikin semuanya? Hah?? Jawab Nathan!!!!!" teriak Nastha frustasi. "Tha hanya maaf yang bisa gue lakuin. Karena waktu gak bisa diputar lagi" kata Nathan berusaha membujuk Nastha. "Tuh kan gampan...