Saat bel istirahat berbunyi, Nastha tak beranjak dari tempat duduknya. Silvy yang tidak melihat ada pergerakan dari Nastha menatapnya bingung."Tha? Loe nggak ke kantin?" tanya Silvy.
Nastha menggeleng "Nggak!".
"Tumben! Biasanya loe yang paling greget kalau udah istirahat" lanjut Silvy lagi.
"Nggak mood!" jawab Nastha singkat.
Mata Silvy berbinar dan langsung tersenyum.
"Ayo ah. Loe kok gitu sih sama gue. Kalau loe nggak mau makan, ya udah cukup temenin gue aja" kata Silvy sambil menarik lengan Silvy. Walaupun Nastha terus menolak ajakan Silvy tapi Silvy dengan sekuat tenaga terus menarik lengannya.
Dengan terpaksa Nastha menyerah dan mengikuti kemauan Silvy dengan harapan mimpinya tidak menjadi kenyataan.
Karena ia tahu ia akan menerima banyak konsekuensi jika berpacaran dengan wost wanted seperti Nathan. Apalagi banyak kaum hawa yang menyukai Nathan. Mereka tidak akan segan-segan membully siapa saja yang berpacaran dengan Nathan.
Nastha memang orangnya geregetan tetapi jika ada masalah yang tidak pernah ia inginkan terjadi atau akan terjadi maka Nastha akan diam seribu bahasa apapun alasannya.
***
Kurang seperempat jam istirahat, Nathan dan ketiga teman-temannya pasti sudah ada di kantin. Dan mereka selalu seperti itu setiap hari. Tidak ada satupun guru yang berani melarang mereka, jadi itu sudah menjadi kebiasaan untuk keempat most wanted itu.
Suasana kantin tidak terlalu ramai jadi Nathan mengurungkan niatnya. Ia terus mengamati setiap pergerakan Nastha walaupun Nastha tidak memesan makanan. Hanya Silvy yang terus mengunyah makanannya sesekali berbicara.
"Eh abang bos lagi ngeliatin siapa?" tanya Revan yang sedari tadi terus melihat arah pandang Nathan. "Cieeee lagi ngeliatin adeknya Farga yah? Nathan langsung memalingkan wajahnya.
Revan langsung tertawa ketika Nathan memutuskan pandangannya.
"Ekhm. Ekhm. Ekhm. Kayanya si kaca udah mulai luluh" ujar Dio yang membuat Nathan menatapnya datar.
Farga hanya geleng-geleng "Kalau suka langkahi gue dulu!" kata Farga yang membuat Revan dan Dio bertos ria.
"Abang bos, kode peka tuh" sambung Revan yang mulutnya sudah seperti ulat bulu.
"Asekkkkkk dah!" Dio langsung bertepuk tangan.
Nathan tidak menanggapi perkataan teman-temannya. Ia langsung beranjak pergi dan meninggalkan ketiganya yang sedang tertawa ngakak.
"Caelah si datar baper" kata Dio setelah Nathan sudah menghilang di balik tembok.
"Tha loe kenapa? Nggak biasanya loe kayak gini" tanya Silvy setelah meneguk segelas air.
Nastha memutarkan pandangannya dan ia langsung tersenyum lega karena di tempat yang biasa ditempati Nathan hanya ada kakaknya dan kedua temannya.
Ia langsung tersenyum "Nggak kok!. Gue nggak papa" setelah Nathan menyelesaikan ucapannya Silvy yang tadinya dibuat bingung sekarang makin bingung.
"Loe gila yah? Sumpah. Tadi muka loe murung yang pake banget. Nah sekarang kok udah kaya orang baru bahagia" Nastha hanya tersenyum.
"Nanti baru gue cerita!" Silvy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Dio dan Revan sudah berhenti mengganggu Nathan. Karena menurut mereka sepertinya Nathan lagi menimang-nimang sesuatu. Karena percuma jika mereka mengganggu Nathan sama saja mereka membangunkan singa yang tertidur pulas.
![](https://img.wattpad.com/cover/141461347-288-k49594.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR
Teen Fiction"Loe udah buat hati gue hancur dan loe pikir maaf bisa balikin semuanya? Hah?? Jawab Nathan!!!!!" teriak Nastha frustasi. "Tha hanya maaf yang bisa gue lakuin. Karena waktu gak bisa diputar lagi" kata Nathan berusaha membujuk Nastha. "Tuh kan gampan...