Hmph… hmph…
Baru saja melangkah keluar dari gerbang sekolah. Mulut Nastha langsung dibekap oleh tiga orang dan membawanya masuk ke dalam mobil van hitam. Nastha berontak tapi ia kalah dengan tenaga ketiga orang itu.
“Diam!! Jangan banyak gerak” Nastha langsung diam karena salah satu dari mereka menodong benda tajam untuk mengancam Nastha.
“Beres bos” lelaki dengan janggut tipisnya langsung mengakhiri panggilannya.
Mereka tertawa bahagia karena kali ini misi mereka berhasil di jalankan. Nastha terlihat takut pasalnya body ketiga orang itu besar-besar layaknya gajah beranak. Mereka menempatkan Nastha di antara mereka dan itu yang membuat Nastha sulit bergerak.
“Auw” ringis Nastha saat lakban di mulutnya dilepas paksa.
“Sakit om” Nastha langsung menatap jalang ketiganya.
Mobil langsung berhenti di depan rumah kosong yang terlihat tak berpenghuni.
“Tolong….” Nastha berusaha berteriak siapa tahu ada yang mendengarnya.
“Percuma loe teriak gak guna” mereka langsung menyeret Nastha masuk ke dalam.
***
Langkah Nathan terhenti. Sontak Revan dan Dio pun juga berhenti. Bayangan wajah Nastha yang sedang tersenyum tiba-tiba menyapanya. Memang setiap hari Nathan selalu membayangi wajah Nastha, tetapi kali ini berbeda. Senyuman Nastha seperti memberikan tanda. Tapi, Nathan bingung apa arti senyum itu.Nathan langsung merogoh sakunya mengambil ponsel di dalam dan mencoba menghubungi Nastha.
“Nomor yang anda hubungi tidak menjawab. Cobalah beberapa saat lagi”.
Nathan melakukan itu hampir tiga kali dan hasilnya nihil, masih tetap sama.
Nathan semakin khawatir karena Nastha tidak pernah mengabaikan panggilannya bahkan sedang marah sekalipun. Perasaannya semakin tidak enak.
“Ikut gue. Nastha dalam bahaya” Nathan langsung berlari tanpa memedulikan mereka yang ditabraknya.
Dio yang teringat Farga langsung menghubungi sahabatnya itu.
Dio memang yang paling konyol diantara ketiganya, tetapi dalam situasi seperti ini Dio lah yang bersikap paling dewasa.
“Gue udah sharelock. Sekarang juga kesitu” Dio langsung berlari mengejar Nathan dan Revan yang sudah berada jauh didepannya.
***
“Marno” mata Nastha sontak membulat sempurna melihat orang yang berdiri di depannya sekarang adalah mantannya.Air mata Nastha perlahan membendung tidak percaya dengan kelakuan orang yang dulu pernah memiliki hatinya itu.
“E..lo tega yah sama gue” Nastha semakin tidak percaya.
“KENAPA?? LOE NGGAK PERCAYA KALAU GUE BISA SEJAHAT INI?” teriak Marno dengan suara tingginya.
Nastha terhentak. Baru kali ini Marno membentaknya dengan keras seperti itu.
“Hiks… hiks. Gue salah apa sama loe?” Nastha sudah tidak bisa lagi. Air mata yang sedari tadi ditahannya untuk tidak jatuh akhirnya luruh juga. Nastha menangis sesenggukan.
Marno menarik dagu Nastha kasar.
“SALAH APA? LOE MASIH NANYA?” Marno semakin mempererat cengkramannya.“LOE UDAH MUTUSIN GUE SEENAKNYA. DAN SEKARANG LOE MASIH NANYA LOE SALAH APA?” Marno berdecih.
Tangannya dengan mudah menampar Nastha. Terlihat cairan berwarna merah di sudut bibir Nastha.
Nastha menangis sejadi-jadinya. Ia tidak menyangka Marno sejahat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR
Fiksi Remaja"Loe udah buat hati gue hancur dan loe pikir maaf bisa balikin semuanya? Hah?? Jawab Nathan!!!!!" teriak Nastha frustasi. "Tha hanya maaf yang bisa gue lakuin. Karena waktu gak bisa diputar lagi" kata Nathan berusaha membujuk Nastha. "Tuh kan gampan...