Saat sampai di rumah Nastha langsung menuju kamar dan membaringkan badannya di tempat tidur king sizenya.
Nastha kembali teringat dengan perkataan Silvy tadi siang "Sekarang terserah loe. Ini hati loe dan gue nggak bisa maksa. Kalau loe nyaman gue dukung tapi kalau nggak ya udah nggak papa".
Ping!
Nastha langsung bangun dan mencari ponselnya yang ada di dalam tas.
Jidat Nastha mengerut bingung saat melihat unknown number yang tertera di layar ponselnya.
+6281236449310
Nathan
Matanya sedikit melebar melihat isi pesan itu. Hatinya kembali merasa takut. Dia semakin bingung untuk mengambil keputusannya.
+6281236449310
Apa yang harus gue lakuin supaya loe bisa nerima gue?
Nastha hanya meread pesan dari Nathan. Ia tidak berani menjawab pertanyaan Nathan. Karena ia takut dengan jawabannya.
Tiba-tiba dalam pikiran Nastha terlintas wajah Farga dan ia langsung menuju kamar Farga.
Tok. Tok. Tok.
"Kak aku masuk yah" pinta Nastha saat di depan kamar Farga. Di antara mereka berdua sudah ada kesepakatan bahwa jika ingin masuk ke kamar harus ada ijin dari pemiliknya kecuali ada keadaan yang mendesak.
"Iya" jawab Farga dari dalam.
Ketika sudah berada di dalam Nastha langsung duduk bersebelahan dengan kakaknya.
Farga yang merasa ada keanehan dari sikap Nastha langsung mematikan ponselnya.
"Kenapa? Kok murung?" tanya Farga yang sudah mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Nastha.
Nastha menghela nafasnya pelan "Kak aku tadi di tembak" kata Nastha langsung to the point.
"Siapa?" raut wajah Farga masih seperti biasa sambil menunggu jawaban dari Nastha.
Nastha menarik nafas "Ka Nathan".
Wajah Farga langsung berubah pias. Ia tidak marah jika Nastha berpacaran tetapi tidak dengan Nathan. Karena ia sudah tahu seluk beluk Nathan itu yang membuat ia ragu jika mempercayakan adiknya ke Nathan.
"Kamu jawab apa?" tanya Farga balik. Nastha hanya menggeleng "Nggak!". Farga menghela nafas pelan karena ia tahu pasti Nastha masih trauma dengan kejadian dua tahun lalu.
****
Flashback on
Farga beserta ketiga temannya sedang berada di club malam. Mereka bertiga mengikuti acara salah satu teman Nathan yang baru datang dari luar negeri.
"Eh Ga loe kesini nggak sama Nastha?" tanya Revan membuat perhatian Farga pada ponselnya buyar.
Farga menggeleng "Dia keluar sama teman-temannya" jawab Farga yang langsung diangguki oleh yang lainnya.
Mereka bertiga juga kembali fokus pada kegiatan mereka masing-masing.
Di acara tersebut banyak sekali tamu yang diundang. Mulai dari kalangan remaja hingga para pengusaha. Dari arah barat terlihat seorang anak laki-laki dengan tuksedo krem dalaman putih sedang menuju ke arah dimana Nathan dan ketiga temannya berada.
"Hey bro" sapa Andre - orang yang tadi sambil memukul pundak Nathan.
Nathan yang mendapat perlakuan dari Andre hanya memandangnya datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR
Teen Fiction"Loe udah buat hati gue hancur dan loe pikir maaf bisa balikin semuanya? Hah?? Jawab Nathan!!!!!" teriak Nastha frustasi. "Tha hanya maaf yang bisa gue lakuin. Karena waktu gak bisa diputar lagi" kata Nathan berusaha membujuk Nastha. "Tuh kan gampan...