MS_42

77 2 0
                                    

Nastha yang melihat Nathan berbelok arah langsung bertanya dan Nathan menjawab kalau mereka akan singgah ke suatu tempat dulu.

Saat sudah sampai di sebuah rumah kosong Nathan meminta Nastha untuk turun. Dan disamping rumah itu terlihat sebuah rumah pohon dan Nathan langsung menarik Nastha menuju kesana.

Nastha melihat dengan pandangan bertanya-tanya kenapa Nathan malah membawanya kesini.

“Ini punya siapa?” Nastha yang penasaran langsung bertanya.

Sebelum Nathan menjawab ia mengajak Nastha untuk naik ke atas.

“Ini tempat bermain pas aku masih kecil. Kalau itu rumah aku yang dulu sebelum pindah ke rumah yang sekarang Aku selalu kesini kalau kesepian. Walaupun aku disini sendiri tapi aku senang aja. Gak tahu kenapa” jelas Nathan. Nastha masih diam menunggu kelanjutan cerita Nathan.

Tangan Nathan perlahan terangkat memegang pipi Nastha mengusapnya lembut dan menatap Nastha dalam.

“Sama kayak kamu. Aku sayang banget sama kamu. Seneng kalau dekat-dekat kamu. Gak mau jauh-jauh. Tahu gak kenapa?” tanya Nathan.

“Kenapa?” tanya Nastha balik.

Nathan tersenyum “Karena itu kamu. Sederhana kan?” Nathan langsung memeluk Nastha dan dibalas oleh Nastha.

“Kamu tahu itu kan, aku sayang banget sama kamu. Jangan ninggalin aku yah” pinta Nathan semakin mengeratkan pelukannya, Nastha miliknya seorang.

Nastha mengangguk “Aku gak janji untuk tepatin tapi aku berusaha untuk terus ada di samping kamu” Nathan langsung melepaskan pelukannya.

“Kok gitu?” tanya Nathan bingung dengan jawaban Nastha.

Nastha tertawa pelan melihat ekspresi Nathan yang lucu menurutnya. Seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya ke pasar.

“Bukan seperti yang kamu pikirin. Aku gak suka janji soalnya kalau aku gak bisa tepatin aku yang merasa bersalah banget. Tapi, aku usahain biar bisa memenuhinya” jelas Nastha membuat Nathan bernapas lega.

Nathan menggenggam kedua tangan Nastha erat.

“Kamu senang gak sama aku?” tanya Nathan lagi.

Nastha diam memasang muka sedih “Gak. Hambar” jawab Nastha yang lagi-lagi membuat Nathan ingin menerkamnya.

Nastha tertawa lebih keras kali ini “bercanda” katanya.

“Cantik yah” Nathan masih terpana melihat wajah Nastha yang sedang tertawa sedekat ini.

Nathan memajukan tubuhnya mengecup bibir Nastha lembut. Sedang Nastha yang diperlakukan seperti itu terkejut karena perlakuan Nathan yang tiba-tiba.

Nastha menutup mulutnya “Mesum deh” Nastha memukul dada Nathan pelan.
Nathan tertawa melihat muka Nastha yang memerah. Siapa yang tidak kaget tiba-tiba dicium begitu.

“Pulang yuk” ajak Nathan.

Mereka berdua turun dengan Nastha yang dibantu Nathan agar tidak terjatuh.
Nastha memeluk Nathan saat sudah duduk manis di atas motor.

Mereka membelah jalanan Jakarta dengan senyum merekah di wajah mereka masing-masing. Senyum bahagia yang baru kali ini terpancar di wajah keduanya. Senyum yang sama, senyum yang mengartikan kebahagiaan yang selama ini dirindukan.

***

Nathan langsung pamit setelah mengantar Nastha pulang ke rumah.

“Hati-hati yah sayang” kata Nastha dan Nathan tersenyum sambil beranjak dari sana.

Nastha berjalan masuk ke dalam sambil lompat-lompat girang.

“Duhhh” ringis Nastha saat jidatnya dipukul Farga.

“Ihhh kak Farga apaan sih sakit tahu” omel Nastha mengusap jidatnya untuk mengurangi sakit.

Farga tertawa “Makanya jalan gak usah kayak gitu. Kayak anak kecil aja” lanjut Farga.

“Suka-suka orang kaki aku” protes Nastha.

Farga hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya.

Nastha langsung naik ke kamar dan membersihkan dirinya lelah seharian bersama Nathan.

***

Nathan yang baru sampai rumah memarkirkan motornya di garasi dan masuk ke dalam rumah.

Baru saja hendak membuka pintu ia dikagetkan dengan suara papanya.

“Nath” langkah Nathan terhenti. Ia menoleh dan mendapati papanya yang sudah rapi dengan setelan jas yang senada dengan kulitnya.

“Papa selama seminggu nanti mau ke Bandung, ada kerjaan disana. Kamu sendiri nggak papa kan?” tanya papa Nathan.

Nathan mengangguk “Iya pah. Aku nggak papa. Aku udah gede” Adrian tertawa pelan mendengar jawaban Nathan.

“Papa pamit yah. Jaga diri kamu” Nathan mengangguk dan langsung mencium tangan papanya.

Nathan masuk ke dalam, menuju ke dapur dan meneguk segelas air. Rasa gerah menguasai dirinya dan ia harus mandi sambil membersihkan dirinya. Setelah mandi Nathan merebahkan dirinya membuka ponsel dan melihat foto Nastha yang menjadi wallpapernya.
“Aku sayang banget sama kamu, Tha. Jangan pernah ninggalin aku” Nathan mengusap pelan foto Nastha membayangkan Nastha benar-benar ada disana.

Nathan kembali mematikan ponselnya memejamkan matanya yang benar-benar ngantuk. Sehabis mandi pikirnya akan segar tapi malah ngantuk.

***

Nastha sudah duduk manis di meja makan hendak sarapan.

Dinda mulai menyendokkan nasi untuk suaminya, Farga dan juga Nastha. Dinda tersenyum senang karena pagi ini Nastha sarapannya banyak tidak seperti biasanya. Edo dan Farga yang melihat itu juga ikut senang.

“Gak usah rakus. Makanan gak lari” Farga menyenggol lengan Nastha membuat si empunya mendecak kesal.
Nastha kembali melanjutkan makannya hingga piringnya bersih tak menyimpan jejak nasi satupun.

“Pah, hari ini kan papa libur. Anterin Nastha ke sekolah yah. Kan udah lama papa nggak nganterin Nastha” kata Nastha memohon sudah pasti dengan wajah memelas yang membuat Edo tidak bisa menolak.

“Yeeeeeeeee” sorak Nastha senang saat Edo mengiyakan permintaannya lebih tepatnya permohonan.

Edo dan Nastha pamit dan langsung menuju sekolah. Farga berangkat sendiri dengan motornya. Mereka sudah seperti lem dan perangko tidak terpisahkan.

Sesampainya di sekolah Nastha turun dan mencium tangan papanya.

Baru saja mau berbelok ke kelasnya, Nastha merasa seperti ada yang mengikutinya. Nastha berbalik dan tidak mendapati siapapun. Ia kembali melangkah sambil sesekali melihat ke belakang.

Dorrrr.

Nastha memekik kaget. Tangannya mengusap dadanya pelan.

“Ihh apaan sih kaget” omel Nastha kesal.
Nathan hanya tertawa pelan. Wajah Nastha sangat lucu menurutnya.

“Makanya jangan suka sendiri-sendiri” bela Nathan.

Nastha masih kesal. Ia tidak suka dikageti seperti itu. Ia merasa jantungnya mau copot saja dari badannya.

Nathan mengantarkan Nastha sampai di depan kelas dan sekarang sudah melenggang pergi setelah memastikan Nastha masuk ke dalam kelasnya.

“Cieee, yang dianterin sampai depan kelas” goda Silvy yang sudah menunggu Nastha sedari tadi.

“B aja gak usah lebe lebe” Silvy mendengus. Nastha tidak seru yah. Dimana-mana speechless diantar sama pacar sampai depan kelas tapi ia malah biasa saja.

Semua siswa langsung duduk manis di tempatnya masing-masing saat bel masuk berbunyi nyaring.

_____________________________________________________

Next.

MY SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang