MS-4

2.1K 82 2
                                    


Nathan sedang berada di balkon kamarnya. Ia memainkan gitar dengan melodi yang pas untuk situasi hatinya sekarang.

"Kok gue kepikiran dia sih?" tanya Nathan dalam hatinya karena dari tadi wajah Nastha terus terlintas di pikirannya.

Tiba-tiba bayangan wajah Nastha yang tertidur di pundaknya terlintas.

"Cantik!" ucapnya singkat.

Nathan tidak menyadari ucapannya. Ia langsung ke tempat tidurnya dan terlelap ke alam mimpi.

***

Hari ini Nathan bangun cepat. Ia sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan langsung turun untuk sarapan.

Di meja makan sudah ada Adrian - papanya - yang sedang sarapan.

Nathan menarik kursi di hadapan papanya dan ikut sarapan. Mamanya sudah tiada dan kini tersisa ia dengan papanya ditambah pembantu dan satpam.

Nathan selalu dingin dengan papanya karena beliau selalu mementingkan pekerjaan daripada dirinya.

Tapi dia tidak pernah kurang ajar dengan papanya. Tidak seperti anak-anak lain yang setiap hari selalu bertengkar dengan papanya untuk alasan yang sama.

Ia tetap menghargai usaha papanya yang menghidupi mereka berdua hanya saja ia tidak suka jika papanya tidak pernah meluangkan waktu untuknya. Tidak seperti saat mamanya masih ada.

Tapi Nathan pernah bertanya pada papanya kenapa tidak menikah lagi. Papanya hanya menjawab "Masih pengen inget semua kenangan sama mama kamu" dan dengan alasan itu sekarang Adrian masih sendiri.

Setelah selesai sarapan Nathan langsung berangkat ke sekolah.

***

Saat Nathan sedang memarkirkan motornya, Farga dan Nastha juga datang di waktu yang bersamaan dan memarkirkan motor disebelah motornya.

" Tumben loe datangnya cepet?" tanya Farga karena memang setiap harinya Nathan selalu datang terlambat.

Nathan menoleh ke arah Nastha yang sedang merapikan seragamnya.

Farga melihat arah pandang Nathan. Ia hanya diam setelah tahu bahwa Nastha yang di tatap.

"Gue duluan yah kak" Nastha tidak tahu kalau disana ada Nathan yang sedang melihatnya.

Ia langsung berlari menuju ke kelas.

Begitupun Nathan dan Farga yang langsung pergi menuju kelasnya.

Saat tiba di kelas Silvy langsung duduk di tempatnya dan membaca novel yang sedang dibacanya. Tidak seperti siswa-siswi lain yang kalau datang langsung gosip sana-sini.

"Hay Nastha!" sapa Silvy yang datang dari arah pintu.

Nastha tidak menggubris kedatangan Silvy dan itu membuat Silvy menggeram kesal.

"Nastha! Loe kok gitu banget sama gue?" Silvy mengguncangkan bahu Nastha pelan.

Silvy senang saat Nastha menutup novelnya dan menoleh ke arahnya "Silvyku sayang. Gini yah, gue ngasih tahu loe. Gue Renastha Clavanoska nggak akan peduli dengan apapun kalau gue lagi baca novel ataupun nonton drakor! Jadi loe jangan ganggu gue selagi gue baca. Okey!".

Setelah menjelaskan kepada Silvy alasannya tidak menggubris Silvy, ia kembali membaca novelnya.

Silvy menghela nafas pelan.

"Susah banget kalau dapet teman yang gila novel sama gila korea" Silvy menggeleng pelan.

***
Saat Farga dan Nathan melewati koridor kelas satu banyak sekali pujian yang di lontarkan mereka.

Makin hari Ka Nathan sama Ka Farga makin ganteng aja.

Ups i got! Ka Nathanku! Aku mencintaimu!

Asal loe tahu yah Ka Farga cuman mulik gue.

Ya elah? Loe mah gitu! Gue juga kali.

Dan banyak pujian lainnya. Nathan dan Farga tidak menghiraukan pujian adik-adik kelasnya dan tetap berjalan dengan pandangan lurus ke depan.

'Cuman anak-anak labil!' hanya itu tanggapan keduanya dan kedua temannya jika mendengar pujian yang diberikan.

Nathan dan Farga memasuki kelas dengan ekspresi datar.

Dio dan Revan sudah di dalam sana. Mereka berdua bisa disebut raja gosip jadi tidak salah jika sekarang mereka duduk berdua.

"Eh abang berdua udah datang" seru Dio ketika Nathan dan Farga sedang menyimpan tasnya.

"Tumben abang bos datangnya cepet" Revan mengerutkan alisnya heran.

Di antara mereka bertiga hanya Revan yang paling cerewet. Ia akan risi dengan siapa saja jika ia tasa orang itu aneh atau semacamnya.

Nathan hanya memberikan tatapan dingin ke arah Revan.

"Sifat dinginnya kumat lagi" Revan langsung berhenti merocos.

Dari kelas sepuluh sampai kelas duabelas mereka berempat selalu sekelas. Entah takdir atau kebetulan tapi mereka sangat senang dengan kenyataan itu.

Kelas yang tadinya sepi sekarang sudah ramai dengan siswa-siswi yang berdatangan. Karena mengingat lagi lima menit bel masuk berbunyi.

Bu Mira masuk ke dalam kelas bersamaan dengan bel masuk berbunyi. Dengab masuknya Bu zmira ke dalam kelas mereka berempat juga langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Faris sini kamu!" panggil Bu Mira saat dirinya sudah duduk manis di meja guru.

"Saya bu!" tunjuk Faris ke dirinya.

Bu Mira berubah kesal " Kamu itu dodol atau oon sih? Udah tahu nama Faris cuman kamu masih aja nanya" Bu Mira berdecak kesal.

"Yah ibu ini. Barangkali ibu manggil Haris. Kan bunyinya sama" protes Faris.

"Eh Faris. Tadi saya nyebutin FARIS bukan HARIS!".

" Tapikan kedengarannya sama bu" Faris masih keuh-keuh dengan argumennya.

"Halah alasan. Emang kamunya aja yang oon!" Faris hanya diam karena percuma saja ia berdebat dengan Bu Mira yang ada perdebatan itu tidak berujung.

"Bagi pekerjaan ini!" kata Bu Mira sambil memberikan setumpuk buku pekeraan siswa saat Faris sudah berdiri di depannya.

Setelah menerimanya Faris langsung membagikan pekerjaan itu ke setiap siswa.

------------------------------------------------------------------

Hay kembali lagi 😁,
Kasihan Nathan yah, ganteng2 kok dicuekkin. Nastha jahat yah 😇.

Jgn lupa vote & comment yah 😇🙏

MY SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang