"Loe kenapa megang pipi loe" tanya Nathan heran. Karena tingkah Nastha sedikit aneh.
Nastha menggeleng.
"Pasti pipi loe blushing yah" tebak Nathan telak pada sasaran.
"Sial! Nathan pake tebak segala lagi" cibir Nastha kesal.
Nastha menggeleng lagi.
"Nggak papa kok kalau pipi loe memang benar blushing. Itu tandanya loe juga suka sama gue" Nathan menaik turunkan alisnya sekenanya.
Uhuk. Uhuk.
"Yah kok pakai batuk segala sih. Dewa maut tolong musnahkan gue dari sini sekarang juga" mohon Nastha dalam hati berharap dewa maut menolongnya.
"Tuh kan benar tebakan gue" kemudian Nathan tertawa lepas. Nastha semakin menggeram kesal. Ia menyesak sendiri kenapa tadi ia mau-mau saja diajak Nathan untuk pergi ke rooftop.
Tawa Nathan perlahan mulai mereda. Ia jadi merasa bersalah karena melihat Nastha yang mengumpat dirinya dengan kesal. Walaupun ia tidak tahu apa isi umpatan Nastha.
"Udah lepasin aja tangan loe. Udah nggak merah kok" perlahan tangan Nathan terangkat dan mengelus puncak kepala Nastha dengan pelan. Yang pastinya perlakuannya itu sukses membuat wajah Nastha kembali merah.
Yah dengan cepat Nastha kembali menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Nathan langsung melepaskan tangan Nastha dari wajahnya.
Dengan cepat pula Nastha langsung mengarahkan pandangannya ke arah lain yang pasti bukan ke depan.
Nathan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Nastha.
"Ya Allah nih anak ngapain. Dewa maut bantu gue" Nastha memejamkan matanya dan memohon dalam hati.
"Yuk jalan" Nathan menjauhkan wajahnya dan melepaskan tangannya yang sedari tadi memegang pergelangan tangan Nastha.
Nastha perlahan membuka matanya "Syukurlah" ia mengelus dadanya perlahan.
Kedua sudut bibir Nathan perlahan naik melihat Nastha yang salah tingkah.
"Loe mau sampai kapan duduk disitu" pertanyaan Nathan sontak membuat Nastha kaget.
"Oh. Ayo" ajak Nastha. Ia berjalan mengejar Nathan yang pergi duluan.
"Eh tungguin gue" Nastha menahan lengan Nathan untuk menunggunya.
Kini langkah mereka berdua sejajar.
💦💦💦💦Nathan melajukan motornya memasuki area rumah Nastha.
"Auw!" ringis Nastha kesal. Karena Nathan kembali seenaknya mengerem motor dengan mendadak.
"Ih ngeselin banget jadi orang" Nastha mengguncang-guncang bahu Nathan agak kasar.
"Tapi kan loe suka" pernyataan spontan sukses membuat pipi Nastha kembali bersemu merah.
Nathan menyengir lebar melihat Nastha dari kaca spion dengan kondisi pipinya berwarna merah.
"Kepedean banget jadi orang. Siapa yang suka sana loe" omel Nastha menentang pernyataan Nastha.
"Kalau gitu. Siniin kalung gue" Nathan menyodorkan tangannya kebelakang ke arah Nastha.
"Nggak mau" tolak Nastha dengan penuh penekanan.
Nathan kembali tersenyum.
"Kapan loe mau turun. Kayanya nyaman banget duduk di belakang" kata Nathan menyadarkan Nastha.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR
Teen Fiction"Loe udah buat hati gue hancur dan loe pikir maaf bisa balikin semuanya? Hah?? Jawab Nathan!!!!!" teriak Nastha frustasi. "Tha hanya maaf yang bisa gue lakuin. Karena waktu gak bisa diputar lagi" kata Nathan berusaha membujuk Nastha. "Tuh kan gampan...