[30]

2.3K 222 14
                                    

Happy reading

MAAF


Brakk!

Suara bantingan pintu mengagetkan Dowoon. Belum sempat membuka matanya, Serim langsung menarik rambut anak tersebut.

" Hei, bangun kau anak tidak berguna! " bentak Serim.

Dowoon meringis takala tarikan dari sang Mama semakin menguat. Ia mendudukan dirinya agar jambakan tersebut tidak terlalu berasa padanya, ia menatap sang Mama yang wajahnya sudah memerah menahan amarah.

" Ohh enak ya baru bangun, kamu pikir ini rumah Menekmu hah!, bisa seenaknya tidur. Kau tidak lupakan apa yang kusuruh semalam? " ketusnya pada Dowoon.

Dowoon mengeleng sebagai jawaban, dirinya terlalu lemas hanya untuk menjawab ucapan Mamanya.

Serim yang melihat anak ini hanya diam pun merasa kesal, ia mendekat dan menarik kerah Dowoon memaksanya untuk berdiri.

" Jawab!, kau punya mulutkan. Kau ingin membuatku marah, kau ingin aku cepat tua hah!! " pekiknya. Dowoon hanya bisa tertunduk menahan tangis, sebisa mungkin ia tidak ingin menangis.

" Ndak Ma, Dowoon ndak ingin membuat Mama malah. Maafkan Dowoon, " ucapnya. Ia menunduk, kalau ia mendongak pasti Mamanya akan kesal lagi padanya. Tidak apa-apa jika ia di marahi atau di pukul, asalkan Mamanya tidak marah-marah lagi.

" Kau lupa aku menyuruhmu untuk membersihkan rumah ini, itu hukuman untukmu. Aku sudah menyuruh Rani untuk membukakan pintu dan membangunkanmu, tapi kau tidak bangun juga. " ucapnya.

Maid yang bernama Rani tersebut hanya bisa menatap Dowoon yang dimarahi oleh nyonya Serim. Ia tidak punya daya upaya untuk membantu Dowoon, ia hanya bisa berdoa agar Den Dowoon tidak mendapatkan siksaan berlebih dari nyonya Serim.

Serim membawa Dowoon mendekat pada shower, dan mengguyur anak itu dengan air. Tidak ada perlawanan dari Dowoon ia pasrah diperlakukan seperti itu, ia sudah terbiasa bahkan lebih parah dari ini. Ia letih jika harus melawan yang ada ia akan bertambah disiksa oleh Serim.

Rani hanya menatap sedih melihat Dowoon yang diperlakukan seperti ini. Salah apa anak tersebut sampai harus diperlakukan sedemikian rupa setiap harinya. Anak polos, lucu, dan pintar mengapa harus mendapatkan hal seperti ini. Ia berharap Dowoon dapat diadopsi oleh orang lain yang sayang terhadapnya, agar ia dapat merasakan bahagia dihidupnya.

Serim mematikan shower tersebut, dan mengangkat dagu Dowoon agar menatap kepadanya.
" Sekarang kau bersihkan kamar mandi ini, aku tidak mau ada bekas tidurmu disini. Lalu bersihkan rumah ini juga, aku ingin keluar sebentar jika rumah ini belum bersih juga kau akan terima akibatnya. " tukasnya.

Dowoon mengangguk dengan tubuh yang menggigil, ia menatap sang Mama yang keluar dari kamar mandi tersebut.

" Rani, jangan coba-coba kau membantu Dowoon. Kalau aku memergokimu, sudah aku pastikan kau tidak bekerja lagi disini. " tegurnya, dan melenggang pergi dari tempat tersebut.

Rani pun mendongak, setelah dilihat Serim yang sudah tidak ada disini. Ia pun membalikan tubuh, dan melihat Dowoon dengan tubuh menggigil sedang menggosok lantai kamar mandi yang sama sekali tidak kotor baginya. Ia pun mendekati Dowoon dan menyuruhnya berhenti.

" Den sudah tidak perlu dikerjakan, lebih baik Den ganti baju, " pintanya. Rani pun menatap wajah Dowoon, ia begitu pucat apa Dowoon baik2 saja.

" Aden tidak apa2, apa Aden sakit? " ujarnya hendak memegang dahi Dowoon, namun ditepis oleh Dowoon.

MAAF  ||  KIM SUNOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang