[43]

1.1K 88 11
                                    

Happy reading

MAAF

Seorang anak kecil tengah mengayunkan kakinya diatas kursi. Ia tengah menatap buku, yang bagi dia sangat mengesalkan.

"Aku tidak tau, bahwa belajar menghafal huruf begitu menyulitkan. Huruf saja sudah seperti ini, bagaimana jika aku membaca." anak itu merengut, membuat bibirnya itu turun kebawah.

Ia memutar jarinya di atas buku yang tengah ia pelajari. Bisa dilihat anak itu tengah melingkari huruf berbentuk C terbalik, yang tengah hamil di atasnya.

"Ayo Dowoon setelah huruf F apa, ayo otak berkerja." ujarnya, memukul kepalanya pelan.

Ia kembali mengulang dari awal, siapa tau dengan begitu ia bisa mengingatnya. "A..B..C..D...." ia terdiam, tiba-tiba otaknya membeku. "Argh.. Satu huruf saja belum terselesaikan. Ini sudah ada yang baru!" ia mengacak rambutnya frustasi. Merebahkan tubuhnya di meja tempatnya belajar.

Ia kembali memutar-mutar jarinya disana, "Bagaimana bisa, aku bisa berbicara dengan lancar. Tapi tidak bisa mengenal Huruf yang aku bicarakan." ia membenamkan wajahnya disela tangannya.

Hening sejenak ditempat itu, tidak ada suara yang ia keluarkan.

"Apakah akan sama, jika diajarkan oleh bunda?" kalimat itu keluar dari bibir kecilnya. Mengingat kejadian siang tadi.

"Bunda. Disini tidak ada yang sempat mengajari Dowoon membaca, Papa terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Mama? Aku tidak berani Bunda, aku takut dihukum lagi oleh Mama. Apakah aku boleh iri Bunda? terhadap anak didepan rumah yang begitu dimanjakan oleh Ibunya." serunya, ia tersenyum membayangkan Bundanya yang tengah mengajarinya membaca.

"Membayangkan saja begitu menyenangkan Bunda. Tenang, Dowoon tidak menangis Bunda." ia tersenyum menatap langit kamarnya.

Ia kembali menegakan tubuhnya. "Ayo Dowoon, jangan gampang mengeluh. Ayo kita tanya Bibi Rani lagi." ujarnya membawa buku tersebut didekapannya, berjalan menuju pintu.

Saat hendak membuka pintu, ia mendengar suara ketukan. Ia memiringkan kepalanya, anak itu lupa kalau setelahnya pasti orang itu akan masuk.

Duag

Orang yang disebrang pintu terkejut mendengar pintu itu menabrak sesuatu, apakah ia menabrak seseorang?

Ia menyembulkan kepalanya, menatap sesuatu dibalik pintu.

Matanya melotot, lantaran Yang ia tabrak barusan adalah Tuan kecilnya.
"Dowoon!! Ahh maksudnya Den Dowoon, Aden Tidak apa-apa?" ia menangkup wajah anak itu. Sebelumnya ia menaruh terlebih dahulu susu yang ia bawa.

"Haha, Bibi?" ujarnya sambil mengusap pelipisnya yang terkena pinggiran pintu.

Rani berjongkok, mengusap wajah anak itu. "Den tidak apa? Apa yang sakit?" Rani menyingkap poni anak itu, dan menatap tangan yang menutupi sebelah matanya.

Ia menggeleng, "Aku tidak apa Bi, hanya sedikit pusing." jawabnya.

Ia menyingkirkan tangan anak itu yang menutupi matanya. Ia merasa menyesal karna tidak lihat sekitar dahulu saat membuka pintu, dapat ia lihat luka kecil yang berada di pelipisnya sedikit mengeluarkan darah. Itu pasti sangat sakit walau hanya luka kecil, karna itu dibagian pelipisnya. Memar saja ia sudah kelojotan, bagaimana dengan tuannya ini.

"Den maaf kan Bibi, karna tidak melihat dulu." ujarnya ia menangis karna sudah melukai Tuan kecilnya ini.

Anak itu mengusap air mata yang terjatuh, dari Bibi yang sangat ia sayangi.
"Bi? Tidak perlu menangis. Dowoon tidak suka orang yang Dowoon sayangi menangis, Aku tidak apa kok, benar." ucapnya, mengambil buku yang sempat jatuh bersama dengannya.

MAAF  ||  KIM SUNOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang