[38]

1.2K 119 4
                                    

Happy reading

MAAF

Sudah tiga hari atas kepulangannya dirumah, setelah keluar dari rumah sakit. Tidak ada yang berubah, orang tuanya masih sama dengan sifat awalnya, yang tidak perduli akan kehadirannya.

Bahkan sepulangnya dari rumah sakit, Papa dan Mamanya bahkan tidak menyambutnya. Sekedar menanyai 'Apa kamu sudah baikan?' saja tidak ada.

Agak sakit memang tapi mau bagaimana lagi, Papa Mamanya tidak menganggap keberadaannya ada.

Kini jam setengah tujuh pagi, dihari libur. Papanya masih sama dengan kesehariannya yang akan pergi kekantornya hari ini, dan sang Mama yang akan pergi dengan teman-temannya diluar sana.

Rani menelusuri anak tangga, menuju kamar majikannya untuk membangunkan Tuan kecilnya itu. Setelahnya ia mengetuk pintu secara perlahan.


Tok


Tok


Dua ketukan pintu terdengar dikamar itu, si kecil yang sedang terlelap membuka matanya. Mendapati sang Bibi yang tersenyum didepan pintu.

"Tidurnya nyenyak?" tanya sang Bibi, yang mulai mendekati kasur sang Tuan kecilnya. yang mendapat anggukan dari si kecil.

"Nyenyak. Bahkan tadi malam Dowoon bermimpi bermain dan bertemu Bunda di sebuah taman." jelasnya masih mengucak sebelah matanya. Dengan senyuman dibibir yang tidak pernah luntur, yang mengisyaratkan bahwa tidak pernah ada kesedihan di wajah itu. Orang yang mungkin baru mengenalnya, akan beranggapan bahwa tuannya itu selalu bahagia dalam hidupnya, dan tidak akan menyadari tersiratnya kesedihan di wajah itu.

"Benarkah? Coba ceritakan. Bibi ingin mendengar." Rani duduk disebelah anak itu, dan siap mendengar cerita yang akan dilontarkan oleh tuan kecinya ini.

Anak itu melipat kedua kakinya diatas kasur. Menyiapkan diri untuk memulai ceritanya.

"Jadi disore hari, Dowoon sedang berada disebuah taman. entah itu dimana Dowoon tidak mengetahuinya. Tapi taman itu begitu indah Bi, dengan banyak pepohonan yang mengelilinginya, dengan sungai yang mengalir begitu damai dan terdapat banyak binatang, serta kupu-kupu yang berterbangan dengan cantiknya Bi. " serunya tidak terlihat sehabis bangun tidur, ia begitu bersemangat untuk menceritakannya.

Ia kembali membuka suara,

"Tapi hanya Dowoon seorang diri disana, tidak ada siapa-siapa di tempat itu begitu sepi dan sunyi." jedaan ia buat, sekedar untuk mengambil nafas, "Tapi... Dowoon tidak terlalu memperdulikan itu. Dowoon asik bermain disana sendirian, bermain bersama dengan kelinci yang ada disana, serta berlarian mengejar kupu-kupu cantik yang berterbangan. Sangat menyenangkan, hingga Dowoon tidak menyadari ada sebuah lubang disana dan BRUUKK... " mencoba meniru suara seperti orang terjatuh. Rani hanya tertawa melihat ekspresi yang di lakukan oleh Dowoon. Anak itu begitu ekpresif, mengapa orang tuanya begitu memperlakukannya tidak adil.

Kadang Rani berpikir, sebesar apa kesalahannya? Sehina apa yang ia pernah lakukan sampai Ayah kandungnya memerlakukannya seperti itu. Untuk nyonya Serim? Tidak usah ditanya. Dari wajahnya saja sudah terlihat, bisa-bisanya Tuan menyukai Nenek lampir macam itu.

MAAF  ||  KIM SUNOO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang