Damian menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 5 sore. Sekarang sudah saatnya jam pulang.
Ia menutup layar laptopnya dengan perasaan gembira. Akhirnya ia bisa menemui putranya habis ini.
Ia berjalan dengan muka datar hanya sebagai formalitas. Para pekerja dirumah sakit mulai menyapa dirinya. Namun, ada beberapa orang yang menatapnya dengan sinis.
"Untuk apa menghormati orang kaya dia?"
"Benar, dia pasti anak orang kaya pantas saja diagung-agungkan."
Damian yang mendengar perkataan itu hanya tertawa dalam hati. Memang punya muka yang awet muda selalu dibilang masih seperti anak remaja.
"Ibu-ibu anda jangan bilang seperti itu kepada direktur rumah sakit ini. Pihak yang membuat rumah sakit ini ada sampai sekarang justru Pak Damian."
"Apa?!"
"Bagaimana mungkin dia masih terlihat seperti kepala dua?"
"Pak Damian memang begitu. Kalau begitu kami permisi."
Damian berjalan melewati mereka dengan memberikan sebuah senyum formalitas kepada para pasiennya. Setelah itu meninggalkan mereka dengan tertawa kecil tanpa diketahui oleh orang lain.
Damian membuka pintu mobilnya. Kemudian segera berangkat menuju suatu tempat dengan tidak sabar.
***
Kini dirinya sudah sampai di depan SMA Nusa Bumi dengan perasaan gembira. Ia menatap para murid dengan tersenyum tipis. Para murid terlihat berbincang-bincang dengan teman sebaya mereka.
Alhasil ia keluar dari mobil dengan melepaskan jas dokternya. Semua atensi mulai tertuju kepadanya.
"Anjir, siapa itu?!"
"Hot banget, njir!"
"Apa dia murid baru?"
"Maybe, mau gue kejar tuh cowok!"
Damian yang mendengar itu hanya terkekeh kecil. Ia tidak menyangka pesonanya juga disukai oleh para remaja.
Bruk!
"Maaf."
"Hmm," sahut Damian dengan menatap anak remaja di depannya.
Anak remaja itu mulai menatapnya dengan seksama. Hal itu membuatnya sedikit bingung dengan kelakuan remaja itu.
"Ada apa, Nak?" tanya Damian dengan mengangkat alisnya.
"Anda ... bukannya anda Damian Bachtiar yang dikenal sebagai dokter muda dulu?"
"Heh, ternyata kamu mengenali saya?" sahut Damian dengan tersenyum tipis.
"Anda idola saya jadi wajar mengenali dalam sekejap mata."
Tiba-tiba ada seseorang yang memegang tangannya dengan menatap tajam. Ia yang melihat hal itu hanya terkekeh kecil.
"Ketua ada keperluan apa kesini?"
Orang yang di depannya sekarang tidak lain August Fahreza Bachtiar. Ia hanya menatap putranya dengan sekilas lalu merangkul pundak Reza.
"Oh, ayolah anak muda! Ayahmu datang menjemput kamu masa ditanyain," ucap Damian dengan tersenyum mengejek.
"Ayah?"
Ia melihat putranya yang tampak terkejut melihat keberadaan seseorang. Ia sedikit heran melihat tingkah Reza yang terus menatap remaja di depannya.
"Memangnya kenapa dengan hubungan keluarga kami? Itu bukan urusan anda bukan," desis Reza dengan menatap tajam.
"Dasar orang gila!"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...