38

5K 713 62
                                    

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Damian. Ia menatap layar ponselnya lalu mengangkat panggilan telepon.

"Halo."

"..."

"Apa harus sekarang?"

"..."

"Bukannya saya sudah bilang kalian yang mengurus laporan."

"..."

"Baiklah, berapa menit nanti saya sampai."

Damian menghela nafas panjang. Ia mengambil jas dokter yang baru. Ia mengambil celana jogger hitam putih dengan kaos hitam segera memakainya. Lalu mengenakan sepatu sneakers putih.

Damian menuruni tangga dengan meletakkan jas dokter miliknya. Para asisten rumah tangga segera menyapa dirinya. Ia hanya tersenyum tipis lalu segera pergi.

Saat di depan garasi ia menatap beberapa mobil dan motor. Pandangannya tertuju kepada beberapa motor dengan tersenyum tipis.

"Udah lama nggak pakai motor. Terakhir kali sebelum nikah," gumam Damian dengan menatap jajaran motor.

Namun, hanya satu yang membuatnya tertarik. Ia berjalan menuju motor gede berwarna hitam.

"Ngebut di jalan boleh, ya?" ucap Damian dengan menyeringai.

Damian menyimpan jas dokter miliknya didalam box motor. Ia memasang helm dengan menyeringai.

***

Damian mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia dengan mudah melewati pengendara motor lainnya.

Suara teriakan dari penggunaan jalan tidak membuatnya takut. Ia justru tertawa dengan menatap wajah marah orang-orang dari kaca spion.

"Welcome again for King a racing driver!" seru Damian dengan tertawa kecil. Kemudian kembali menancap gas.

Orang-orang yang berada dijalan seketika menatapnya dengan aneh. Mereka mengira Damian adalah orang gila yang lepas dari rumah sakit.

Namun, tidak lama akhirnya ia sudah sampai didepan rumah sakit. Beberapa orang mulai menatap ke arahnya dengan heboh terutama para perempuan.

"Itu siapa, woy?!"

"Eh, kayaknya tuh cowok ganteng!"

"Mau gue gebet dia!"

"Dih, enggak lo udah punya pacar ogeb!"

Damian yang mendengar itu hanya terkekeh kecil dari balik helm. Ia segera membuka helm miliknya lalu mengacak rambutnya.

"Eh, nggak jadi anjir!"

"Lah, Pak Direktur ternyata!"

"Tapi ... Pak Damian ganteng banget, euy!"

"Ganteng, sih. Tapi ... nggak suka cewek."

Damian yang awalnya tersenyum kini senyumannya mulai menghilang. Ia yang masih normal malah dibilang tidak suka cewek.

"Tapi ... aku pernah seks sama dia," batin Damian.

Namun, semakin lama berpikir membuat wajahnya panas. Ia mengambil jas miliknya lalu segera berjalan pergi. Ia tidak ingin orang lain melihat jika dirinya sedang malu.

Saat didalam orang-orang selalu menatapnya. Ia tidak risih melainkan semakin percaya diri. Ia sangat menyukai fashion dan itu membuatnya percaya diri.

Namun, langkahnya dihentikan oleh Sena yang menjabat sebagai orang kepercayaannya. Lelaki itu tampak menatap dengan cukup lama.

"Damian sampai kapan lo akan pakai beginian? Kayak anak muda beneran lo," celetuk Sena dengan merangkul pundak Damian.

"Dih, serah gue, dong! Baju ini milik gue lalu beli pakai uang sendiri. Jadi nggak bikin rugi kan?" sahut Damian dengan memutar matanya. Ia sedikit kesal saat orang selalu memberi komentar tentang gaya pakaiannya lagipula dirinya itu masih muda.

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang