Sekarang Damian menatap apartemen dengan menyeringai. Ia mengangkat tangannya lalu diangguki para anggotanya.
"Saya heran dengan anda. Ketua itu sudah tua kenapa harus bergabung dengan para teenager?" cibir Reza dengan menatap sinis Damian. Kemudian pergi bersama Rendra meninggalkan Damian dengan wajah masam.
"Itu anak waktu kecil mengidam apaan, dah! Perasaan dulu nggak pernah beri makan cabe kok nyablak bener," gumam Damian dengan memutar matanya.
"Tapi nggak masalah kebanyakan dekat sama anak muda nanti ketularan awet muda," lanjut Damian dengan tersenyum lebar.
Setelah mengatakan itu Damian segera menyusul para remaja. Ia memperhatikan cara kerja remaja itu yang terbilang sangat antusias.
"Keamanan sudah mati total."
"Sekarang cepat masuk dan perhatian senjata kalian," perintah Damian dengan muka dingin.
Semuanya segera memeriksa peralatan dengan serius. Setelah itu mereka segera berpencar untuk berjaga-jaga.
Damian mengambil sebuah bola kecil terbuat dari besi yang berisi bubuk. Ia memberikannya kepada sang anak dengan muka datar. Kemudian memakai masker hitam diikuti oleh yang lain.
"Jangan sampai buat keributan," perintah Damian dengan suara pelan.
Semuanya mengangguk hingga sampai di depan pintu. Damian menyeringai kali ini permainan sesungguhnya akan segera dimulai.
Reza mengetuk pintu apartemen lelaki itu berkali-kali. Ia lakukan hingga terdengar suara langkah kaki.
Reza segera melempar bola itu hingga asap putih keluar. Bahkan asap putih itu juga keluar dari balik pintu.
Dari dalam kamar apartemen terdengar suara minta tolong. Damian menyeringai dengan memainkan pisau bedahnya. Ia tidak sabar melihat para teenager melakukan permainan.
Setelah merasa tidak ada lagi respon. Reza segera meminta anggotanya untuk membuka kode pintu apartemen. Lalu dalam berapa detik pintu itu segera terbuka.
"Teknologi sekarang memang luar biasa," ucap Damian dengan bertepuk tangan tanpa sadar.
Reza yang mendengar itu seketika menatapnya sinis. "Perasaan anda itu baru berumur 34 tahun, tetapi sangat buta teknologi."
Rendra yang melihat kelakuan ayah dan anak itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lelaki itu segera masuk memimpin anggota yang lain. Jika menunggu kedua lelaki itu sampai berapa tahun pun tidak akan selesai.
Saat didalam nampak seorang remaja yang pingsan dengan gaya tidak elite. Tangan memegang kaki meja dan tubuh ada tumpukan buku. Apakah ini yang dinamakan seorang model terkenal itu?
Damian menutup mulutnya yang sedang menahan tawa lalu berdehem kecil. Ia mengeluarkan ponselnya lalu memfoto remaja itu untuk dijadikan stiker.
"Ayo kalian ikat dia di kursi!" perintah Damian dengan mengibas tangannya.
Beberapa anggota segera menyeret tubuh remaja itu. Lalu mengikat dengan erat agar lelaki itu tidak bisa kabur.
Damian duduk diatas meja belajar remaja itu. Ia hanya menatap kegiatan remaja itu sesekali memfotonya untuk mencari aib. Pria itu sangat menyukai mengoleksi aib orang lain.
Ia melihat Reza yang menyiram wajah teman sekolahnya itu. Lelaki itu sontak terbangun dengan napas tersengal-sengal.
"Good evening Noah Benjamin," sapa Reza dengan menyeringai.
Noah yang mendengar itu sontak terkejut. Ia menatap Reza dengan wajah memucat.
"Waketos! Lo ..."
"Yes, it's me!" seru Reza dengan tersenyum mengejek.
Reza mulai mengeluarkan sebuah pisau. Lalu mulai menggores lengan lelaki itu dengan perlahan hingga darah mengucur.
Lelaki itu sontak merintih kesakitan karena tangannya di gores dengan pisau. Namun, tidak lama ia memekik keras.
Reza menyiram lengan lelaki itu dengan air. Namun, itu bukan air biasa melainkan air yang sudah dicampur garam. Reza mendapatkannya dari para anggotanya.
"Lo orang yang suka membully nggak pantas hidup bahagia. Wajah ini bukan yang bisa membuat lo berbuat seenaknya," ucap Reza dengan menggores wajah lelaki itu. Lalu kembali menyiramnya dengan air garam.
"Hey, Nak! Jangan buat organ dalam dia rusak!" seru Damian dengan menggelengkan kepala melihat penyiksaan yang dilakukan oleh Reza. Namun, yang membuatnya bingung bagaimana bisa orang itu mengenali putranya padahal sang anak menggunakan topeng.
Reza mengangguk pelan. Kemudian menatap Rendra yang diangguki oleh lelaki itu. Rendra membuat kursi itu turun dan terlihat berbaring diatas kursi.
Lalu tanpa basa-basi para remaja itu mulai menjalankan aksinya. Mereka mulai mengambil organ lelaki itu dalam keadaan hidup. Teriakan hingga teriakan keras bergema didalam kamar apartemen. Namun, tidak ada orang yang membantunya bisa dibilang karma karena selalu menganggap orang lain berada dibawah dirinya.
Damian menyeringai melihat wajah para remaja itu yang berumur darah. Mereka melakukannya dengan baik karena sudah diajarkan olehnya cara mengambil organ dalam tanpa merusak.
"Kalian melakukan misi dengan baik," ucap Damian dengan muka datar.
"Pulang ke rumah masing-masing nanti besok minta ke Reza untuk makanan juga uang hari ini," lanjut Damian setelah itu mereka segera pergi.
***
Selama di perjalanan mereka hanya diam. Mereka juga tidak lupa memakai jubah hitam dengan menggunakan tudung. Mereka melakukan itu agar tidak ketahuan jika wajah dan bajunya terkena percikan darah. Damian juga terkena percikan darah karena memeriksa keadaan organ dan mayat lelaki itu.
Saat sampai didepan rumah mereka disambut para bodyguard. Mereka segera pergi ke kamar masing-masing.
Damian menghela napas panjang. Lalu segera membersihkan seluruh tubuhnya.
Seusai itu ia segera membaringkan tubuhnya diatas kasur. Ia memeluk guling dengan mencoba menutup matanya. Namun, ia tidak bisa melakukannya karena terbayang sesuatu.
Alhasil ia berdiri dengan muka masam. Lalu ia berjalan dengan membawa peralatan dokternya.
Ia berjalan menuju sebuah kamar yang berada di ujung dekat ruang tamu. Ia berdiri didepan pintu dengan perasaan ragu-ragu.
"Buka nggak, ya?" gumam Damian dengan menggaruk tengkuknya.
Setelah cukup lama berpikir akhirnya memilih masuk. Ia berpikir karena sudah berada didepan buat apa mundur begitu saja.
Ia berjalan dengan perlahan dengan menatap Arzan yang sudah tertidur. Ia menggaruk tengkuknya jika begini bagaimana dia bisa mengobati lelaki itu.
Ia juga tidak tega karena lelaki itu terlihat cukup baik. Lalu dia 10 tahun lebih mudah darinya.
Ia duduk di ujung kasur dengan perlahan. Lalu menyingkap baju lelaki itu dengan pelan. Ia meringis kecil akibat tendangan darinya menyebabkan luka lebam di perut lelaki itu. Bahkan wajah lelaki itu juga ada luka sobek disamping bibirnya. Ia menduga pasti hal itu perbuatan dari Reza.
Namun, ada satu hal yang membuat Damian salah fokus. Damian membuka mulutnya melihat otot perut milik lelaki itu. Ia menggelengkan kepalanya karena dirinya juga punya hal itu.
Kemudian ia membuka peralatan medis nya. Saat ingin mengobati luka lelaki itu. Tiba-tiba saja tangan itu mencengkeram lengannya.
Lalu membanting tubuhnya hingga berada dibawah lelaki itu. Ia terkejut hingga wajahnya sedikit memerah karena ketahuan masuk kamar lelaki itu bahkan membuka kausnya.
"Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Arzan dengan mencengkeram tengkuk Damian.
***
Jangan lupa vote dan komen :)
Hayoloh Damian mau diapain itu🤭
Lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...