24

5.4K 725 48
                                    

Setelah acara makan tadi mereka dibolehkan untuk istirahat. Damian hanya memilih untuk berbaur dengan para petugas medis lain.

"Kalau bapak bumi, maka saya matahari. Dengan begitu aku bisa menyinari harinya bapak disetiap saat."

"Woy, lagi-lagi!"

"Heh, ingat udah punya suami!"

"Duda lebih menggoda ya, kan," gurau Nika dengan mencolek dagu Damian.

"Bener, Pak Damian itu aura sangat menggoda! Bahkan dulu dikenal orang yang setia. Sayangnya, istrinya udah meninggal duluan."

"Haha, kalian ini ada-ada saja. Kerja yang benar dulu jangan bisanya cuman gombal pria lain," ucap Damian dengan menggelengkan kepalanya.

Nika hanya tertawa kecil. Kemudian ia mulai menatap ke sekeliling dengan tersenyum tipis. Namun, tidak lama ia menyeringai saat melihat wajah muram dari seseorang.

"Pak Damian apa tidak ingin duduk disamping pacar kamu?" gurau Nika dengan menyenggol bahu Damian dengan pelan.

Damian mengerutkan keningnya. Namun, ia baru ingat jika dirinya sedang berpura-pura pacaran dengan pria muda itu.

"Saya hanya malas," ucap Damian dengan mengangkat bahunya.

"Ah, kamu malas duduk sama mereka?" duga Nika dengan mengangguk pelan.

"Arzan! Ini katanya pacar kamu mau duduk disamping kamu!" lanjut Nika dengan suara keras.

Damian yang mendengar itu sontak melotot tajam. Ia tidak menyangka gadis itu sangat gila dan tidak punya malu seperti sekarang.

"Jangan gila!" umpat Damian dengan menatap tajam.

"Wah, Pak Damian udah ngomong kasar, lho!" seru Nika dengan tertawa terbahak-bahak.

Damian memijit pelipisnya. Ia tidak sadar jika sudah berbicara bahasa kasar. Sekarang habis sudah harga diri dihadapan para pegawainya.

"Aku tidak menyangka kamu mau duduk disamping ku," bisik Arzan lalu mengecup pipinya.

Damian menatap sinis lalu berbisik. "Kamu jangan coba cari kesempatan dalam kesepitan."

"Aduh, ada bisik-bisik tetangga, nih!" ledek Nika lalu disambut gelak tawa yang lain.

Mereka terus saja menggoda dirinya dan Arzan. Namun, dari para wartawan ada yang mencibir mereka tetapi tidak dipedulikan.

"Kalian itu suka sekali goda saya!" geram Damian dengan memutar matanya. Namun, malah disambut gelak tawa.

***

Malamnya Damian terlihat menggunakan pakaian serba hitam. Perubahan raut wajahnya terus berlangsung setiap waktu.

Kali ini ia tidak menggunakan topeng hanya saja menggunakan tudung hoodie. Ia mengeluarkan pisaunya dari balik sepatu. Ia sengaja membawa pisau selain pisau medis agar tidak dicurigai oleh orang.

Sekarang sudah tengah malam dan ia sudah melihat situasi untuk acara ini. Ia menatap ke arah Arzan yang terlihat masih tidur tanpa terganggu.

"Baiklah, kita akan mulai," gumam Damian dengan menyeringai.

Damian berjalan dengan pelan. Ia keluar melalui jendela agar tidak ketahuan oleh orang yang berada satu kamar dengannya. Lelaki itu memang mengetahui rahasianya, tetapi ia harus masih berjaga-jaga.

Damian berjalan dengan bersiul pelan. Orang-orang tidak akan secara detail bangun hanya karena ini. Ia juga memainkan pisaunya.

Akhirnya ia tiba di depan pintu targetnya. Ia mengerutkan keningnya ternyata didalam masih cukup ribut dan terdengar suara beberapa pria juga wanita.

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang