37

4.7K 675 15
                                    

Damian menatap tubuhnya yang penuh darah. Tubuhnya tidak lagi bersih dari kejahatan. Tangan ini sudah terlalu sering menghilang nyawa orang lain.

Damian melepaskan jubah miliknya. Ia juga melepaskan topeng lalu meletakkan di atas wastafel.

Ia segera memasukkan jubah miliknya ke dalam mesin cuci. Namun, sembari menunggu ia terlihat membersihkan wajahnya dengan berkali-kali.

"Darah itu akan selalu ada menghantui aku," gumam Damian dengan menarik rambutnya.

Setelah menenangkan diri. Ia kembali mencuci topeng miliknya dengan menghela nafas.

Damian menatap ke arah mesin cuci. Ia mengambil jubah yang sudah bersih. Setelah itu ia langsung pergi keluar markas dengan perasaan tidak tenang.

***

Damian tidak langsung pergi ke rumah. Ia pergi ke rumah sakit dan mendapatkan sahutan dari beberapa orang.

"Pak Damian wajah anda kelihatan pucat. Apakah anda lagi sakit? Bagaimana jika kami rawat anda?"

"Oh, tidak perlu. Saya hanya mau ambil jas saja di ruangan," tolak Damian dengan tersenyum tipis.

Damian segera pergi meninggalkan. Hal itu membuat yang lain kebingungan sekaligus khawatir. Damian itu sudah seperti keluarga bagi petugas rumah sakit.

Damian mengambil jas dengan cepat. Ia juga tidak ingin berlama-lama di rumah sakit. Matanya sudah sedikit perih dan tubuhnya sangat letih.

Ia segera mengendarai mobilnya menuju rumah. Namun, yang ia dapatkan justru beberapa motor terpakir di pekarangan rumahnya.

Damian membawa plastik hitam yang berisi jubah dan topeng. Ia masuk lalu disambut oleh para remaja itu.

"Om datang darimana? Mukanya pucat begitu. Reza itu kasian ayah lo," celetuk Anta dengan mengerutkan keningnya.

Plak!

"Jangan sok beri gue nasehat jika lo lebih licik!" geram Reza dengan menatap sinis.

Anta yang mendengar itu sontak tertegun. Namun, tidak lama menepuk pundak Reza dengan tertawa terbahak-bahak.

"Dih, emangnya gue ngapain?" ucap Anta dengan cengengesan.

Rendra hanya menghela nafas gusar. Ia hanya bisa terus bermain peran sebagai orang yang tidak tahu apapun alias lagu.

"Om Damian nggak mau istirahat dulu?" ucap Rendra dengan tersenyum tipis.

Damian yang mendengar itu seketika tersenyum. Ia berjalan lalu mengacak rambut remaja itu.

"Cuman kamu yang mengerti Om. Mereka tidak ada apa-apa," cibir Damian dengan menatap ke arah Reza dan Anta yang hanya bisa adu mulut.

Reza hanya mendengus. "Tapi selama ini siapa yang mengurus semuanya jika bukan Reza? Anda itu tidak bisa apa-apa."

"Lalu kalian anda tidak boleh pacaran sama dia. Lelaki itu pasti penyebab kematian bunda saya!" lanjut Reza dengan menatap penuh kebencian.

Damian yang mendengarkan itu hanya menghela nafas. Ia tidak peduli lagi bagaimana dengan pemikiran sang anak. Ia segera pergi tanpa memperdulikan tatapan tajam dari Reza.

***

Damian menatap seluruh kamarnya dengan perasaan hampa. Perkataan dari sang anak membuatnya menjadi kepikiran.

Sang anak sudah membenci dirinya. Ia tidak ingin itu terus berlanjut. Namun, ia juga tidak bisa menjelaskan hal ini sekarang. Ia hanya takut sang anak kecewa dengan kebenaran itu. Biarkan dirinya yang dibenci karena dia mengetahui jika sang ayah seorang mafia.

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang