36

5K 659 53
                                    

Damian membuka matanya dengan perlahan. Ia menatap ternyata sudah siang. Ia mengacak rambutnya dengan nyawa yang masih hilang.

"Oh, masih jam 12," racau Damian dengan menggaruk tengkuknya.

Damian segera menuju kamar mandi dan mencuci wajahnya. Ia menatap ke arah cermin dengan tersenyum tipis.

"Ngeliat Reza seperti mengenang masa lalu," gumam Damian dengan merapikan rambutnya.

Damian berjalan. Ia menyikat gigi dengan berjalan keluar. Ia melakukannya dengan santai bahkan terlihat mencari pakaian untuk digunakan.

Setelah selesai lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar mandi. Lelaki berjiwa muda itu memang tidak bisa meninggalkan gaya pakaiannya.

Damian memang sangat menyukai gaya pakaian. Ia keluar dengan celana cargo berwarna hitam lalu kaos hitam. Namun, tidak lupa topeng rubah yang menjadi simbol ketakutan orang. Ia juga membawa sebuah jubah hitam dengan dihiasi jahitan emas yang memiliki makna.

Beberapa jahitan itu jika dilihat dari detail. Itu seperti sebuah naga di bagian sekeliling tudung walaupun berukuran kecil.

Maknanya memiliki keberanian yang murni dan bijaksana. Lalu topengnya memiliki makna licik, jenius dan pintar bersembunyi. Hal ini sangat mirip dengan kehidupan organisasi mereka. Anggotanya memiliki kehidupan yang lain, tetapi tidak terganggu dengan apapun.

Damian berjalan menuruni tangga. Namun, ia tidak menemukan hawa kehidupan dari sang anak.

"Reza di mana?" tanya Damian pada salah satu asisten rumahnya.

"Tuan muda sudah kembali ke markas."

Damian mengangguk pelan. Ia menatap jam tangan miliknya. Benar saja ternyata ini masih siang dan anak itu bisa saja kumpul di markas yang satunya.

"Jika ada orang yang mencari saya. Kamu bilang saja saya sedang pergi ada urusan penting," perintah Damian dengan muka datar.

Setelah mengatakan itu Damian segera pergi. Ia menyeringai kecil dengan menatap jubah miliknya.

***

Damian mengendarai mobil dengan tenang. Namun, sebuah peluru melesat dan hampir mengenai ban mobilnya.

"Shit! Para tikus kecil itu!" geram Damian dengan menatap ke arah kaca spion.

Damian menatap lampu merah. Kemudian ia mendapatkan sebuah kesempatan. Ia segera menancap gas lalu membanting stir ke arah kanan.

Ia tersenyum puas karena orang itu tidak bisa menyusul dirinya. Ia kembali pergi dengan kecepatan tinggi untuk berjaga-jaga.

Kemudian ia sampai di rumah mewah dengan memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Ia hanya untuk berjaga-jaga karena mungkin saja para tikus kecil itu masih mencari keberadaan.

"Selamat datang Ketua!"

Damian hanya mengangguk pelan. Kemudian ia masuk dengan muka datar. Ia harus menjaga harga dirinya nanti malu sendiri jika bersifat absurd di hadapan anak buahnya.

Damian menatap ke arah Sena. Lelaki itu mengangguk pelan lalu mengambil sebuah berkas.

"Aktivitas Red Dragon kali ini berbisnis tambang, narkoba dan senjata di desa yang anda kunjungi. Mereka berencana untuk mengambil tanah itu untuk melakukan penyelundupan bahkan sering menyiksa warga desa. Organisasi itu juga sering melakukan hal tidak senonoh kepada wanita desa," jelas Sena dengan serius.

Damian yang mendengar itu sontak merasa emosi. Ia menggeram kesal mendengar hal itu. Mereka selama ini memang seorang pembunuh bayaran, tetapi tidak pernah membunuh dan menyiksa orang yang bersalah.

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang