50

7.1K 737 77
                                    

Setelah itu mereka pergi kecuali Damian yang masih mengurus masalah di rumah sakit cabang Jepang. Ia tersenyum tipis setelah 1 bulan lebih lamanya di negeri matahari terbit. Akhirnya masalah pekerjaannya sudah selesai.

Ia berencana untuk pulang ke negara asalnya. Namun, ia tidak memberitahukan hal ini agar memberikan kejutan untuk mereka.

Ia membereskan baju dan peralatannya dengan penuh semangat. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu Reza dan calon suaminya.

"Nggak sabar, deh!" seru Damian dengan menyeret kopernya.

Saat di perjalanan ia tidak lupa untuk membeli oleh-oleh. Ia tidak tanggung-tanggung untuk membeli oleh-oleh dari Jepang. Ia juga akan memberikan kepada teman anaknya.

Setelah itu ia pergi ke bandara. Saat di dalam perjalanan di pesawat yang ia lakukan hanya tertidur. Ia sungguh cukup kelelahan karena pekerjaannya bahkan dirinya lembur untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.

Kemudian kasus itu ternyata hanya sebuah pencemaran nama baik kepada rumah sakitnya. Orang itu marah karena dirinya lambat diberikan pelayanan. Padahal orang itu datang lebih lambat dari yang lain. Pegawainya jelas lebih mengutamakan orang yang mengantri lebih awal.

Tiba-tiba saja saat lagi tidur dengan pulas. Ia dikejutkan oleh guncangan dari badan pesawat.

"I hope all remains calm!"

Damian hanya duduk dengan tenang. Hal itu yang dapat dilakukan olehnya. Ia juga membaca buku petunjuk seolah tidak terjadi apa-apa.

Setelah kejadian Turbulensi itu. Akhirnya mereka bisa melakukan penerbangan dengan tenang. Damian tersenyum tipis lalu mengambil sebuah foto jendela pesawat.

Setelah itu ia kembali tidur. Akhirnya ia bisa kembali istirahat.

***

Damian menatap langit tanah airnya dengan tersenyum lebar. Ia segera menyeret kopernya dengan menggunakan kacamata hitam. Saat ini cuaca sangat terik membuat dirinya merasa kepanasan.

Ia mengambil ponselnya dengan mengetik sesuatu. Ia hanya memesan sebuah taksi online.

Ia hanya menunggu di bawah pohon yang teduh. Sinar matahari sungguh membakar kulitnya.

"Apa benar ini Pak Damian?"

"Iya, Pak. Di daerah sini," jawab Damian dengan menunjukkan alamat rumahnya.

"Siap, Pak. Silakan masuk!"

Damian mengangguk pelan. Ia selama di perjalanan hanya menatap beberapa bangunan yang bertingkat tinggi. Ini sudah hal biasa jika tinggal di ibu kota.

Saat mau sampai di rumahnya. Ia terlebih dahulu mengirim sebuah foto jendela pesawat. Mereka pasti terkejut melihat foto itu dan keberadaan dirinya.

Akhirnya ia sudah sampai didepan rumahnya. Ia mengeluarkan 1 lembar uang berwarna merah juga 1 lembar berwarna biru.

"Berapa?" tanya Damian.

"Seratus sepuluh ribu, Pak."

"Ini sisanya ambil saja," ucap Damian dengan memberikan kepada supir taksi itu.

"Terima kasih banyak, Pak!"

Damian hanya mengangguk pelan. Ia keluar dari mobil dengan menyeret kopernya. Namun, anak buahnya sedang menahan dirinya.

"Apa tujuan anda ke sini?"

Damian tertawa kecil. Ia melepaskan kacamata hitam miliknya. Hal itu membuat orang-orang yang disana terkejut.

Ia meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Setelah itu ia berjalan dengan menyeret kopernya. Namun, tanpa diketahui orang-orang yang berada disana terlihat khawatir.

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang