26

5.7K 693 14
                                    

Damian mengerjapkan matanya karena mendengar keributan dari luar. Ia meraba kasurnya lalu membuka matanya dengan perlahan.

Damian menggeram kesal. Setelah lelaki itu sudah memakai tubuhnya. Dia seenaknya saja meninggalkan dirinya sendiri dengan keadaan tubuh yang masih sakit.

Tubuhnya masih tidak mengenakan pakaian. Ia menyelimuti tubuhnya menggunakan selimut. Kemudian mencoba untuk bangkit walaupun bagian belakang sangat sakit bahkan matanya sedikit berkaca-kaca.

Damian juga merasa kesal karena malam tadi dirinya terlalu lemas untuk memberontak. Akhirnya ia masuk ke dalam kamar mandi dengan perasaan marah dan sedih.

Di bawah guyuran air dengan air mata yang terjatuh. Ia kecewa karena tidak bisa menjadi ayah yang baik bahkan sekarang juga tidak bisa menjaga diri sendiri.

"Son of a bitch!" umpat Damian dengan mengepalkan tangannya.

***

Damian keluar dari kamarnya dengan muka masam. Ia mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

Ia mengambil ponselnya lalu melihat lehernya yang penuh bercak ungu. Ia berdecak kesal dengan menggosok lehernya. Namun, tanda itu tetap tidak mau menghilang.

"Shit! Dia kenapa harus tinggal tanda di tempat terbuka!" geram Damian dengan melempar ponselnya ke atas kasur.

Akhirnya daripada terlalu lama membuang waktu. Ia memilih untuk menggunakan seragam dokternya dengan cepat. Ia tidak sabar untuk mengetahui keadaan diluar.

"Pak Damian! Apa anda sudah bangun?!"

Damian mengerutkan keningnya. Ia berjalan menuju pintu lalu membukanya dengan raut wajah bingung.

"Ada apa?" tanya Damian dengan muka datar.

"Ayolah kita cepat pergi ke depan!" ajak Nika dengan menarik tangan Damian. Gadis itu tidak punya sopan santun kepada atasan sendiri.

Damian berjalan dengan langkah pelan. Hal itu juga membuat Nika sedikit kesal. Ia tidak bisa berjalan seperti biasa karena pantatnya masih sakit.

Kemudian mereka sampai didepan sekumpulan banyak orang. Ia mengerutkan keningnya ternyata mereka sudah memanggil pihak kepolisian bahkan para penduduk desa tampak ketakutan.

"Dokter Damian kita bertemu lagi. Kali ini sepertinya anda sering terlibat dalam kasus pembunuhan."

Damian hanya tertawa dalam hati. Tentu saja dirinya selalu berada di sekeliling korban yang telah di bunuhnya hanya saja para orang itu yang terlalu bodoh. Namun, ia jujur jika kali ini pembunuhan yang direncanakan olehnya agak terburu-buru dan sampai lupa memprediksi kedepannya.

"Benar, saya juga tidak tahu mengapa pertemuan kita selalu tidak diuntungkan," timpal Damian dengan tersenyum tipis.

Polisi itu hanya tersenyum tipis. Kemudian mengangkat sebuah rekaman yang terlihat para dokter juga wartawan berdebat.

"Tapi ini bisa dijadikan bukti jika anda terlibat percekcokan sebelum korban meninggal."

Damian memutar matanya. "Pak polisi coba lihat leher saya."

Semua orang mulai mengalihkan perhatian kepada leher dirinya. Tiba-tiba saja mereka sangat terkejut kecuali Arzan yang hanya bisa tersenyum. Lelaki itu memang bisa mengambil kesempatan dalam sebuah kesalahan.

"Ehem, maksud anda apa?"

"Begini pacar saya itu sangat agresif bahkan tidak membiarkan saya bergerak. Jadi apa anda sudah paham maksud saya?" dalih Damian dengan tersenyum lebar.

Damian hanya bisa tertawa dalam hati. Dibalik sebuah kecelakaan ia bisa mengambil kesempatan untuk mengalihkan tuduhan polisi itu.

"Hmm, baiklah. Kali ini anda terbebas karena tidak ada bukti yang kuat. Namun, jika anda adalah pelaku sebenarnya maka kami akan menindaklanjuti."

Nika yang melihat itu hanya menyeringai. Ia berjalan menuju Dmaian membuat lelaki itu menjadi heran.

"Saya tahu jika yang menjadi pihak bawah itu anda. Pantas saya saat berjalan agak tidak normal," bisik Nika dengan terkekeh kecil.

Damian yang mendengar itu hanya tertegun. Ia menatap sekilas ke arah Arzan yang terlihat menatapnya. Kemudian ia menundukkan kepalanya.

"Itu tidak mungkin Pak Damian yang melakukannya. Orang itu pasti anak buah preman jahat."

Semua orang yang mendengar itu sontak tertegun. Para wartawan sontak mulai menyalakan kamera nya begitu juga dengan Arzan.

"Maksud ibu apa?" tanya Damian yang berpura-pura tidak mengerti.

Sebenarnya Damian sudah mengetahui hal ini saat malam. Pembicaraan korbannya itu membuatnya mengetahui hal ini. Ia juga mencari tahu informasi para preman itu walaupun terkendala jaringan. Namun, hal yang mengejutkan adalah para preman itu tidak lain musuh dari Demon Master.

"Preman itu selalu saja mengganggu warga desa bahkan hasil panen teh kami selalu diambil secara paksa. Mereka juga ingin menguasai daerah kami."

"Preman itu kapan mulai mengganggu masyarakat desa kalian?"

"Sudah cukup lama mungkin sekitar 1 tahun."

"Apa ada motif tertentu mereka ingin menguasai desa ini?"

"Kami tidak terlalu tahu tapi ... mungkin saja mereka ingin melakukan penyelundupan ganja karena tanah kami sangat cocok untuk menanam itu."

Damian yang mendengar itu hanya menyeringai kecil. Ia sudah menduga para orang itu pasti memiliki tujuan lain untuk menguasai daerah ini.

"Bahkan ... ada beberapa orang kami yang dijadikan budak sama mereka. Kami disuruh menanam ganja tanpa di gaji bahkan makan sedikit."

"Mengedarkan narkoba, ya?" batin Damian.

Para polisi yang mendengar itu sontak mencatat informasi penting. Damian merasa jika hal ini akan merugikan dirinya.

"Kami pihak kepolisian akan tinggal disini menjaga kalian dan mohon kerja samanya."

Ekspresi wajah Damian berubah menjadi suram. Namun, ia juga tidak sabar untuk bertemu dengan para orang itu.

***

Damian duduk di depan dengan para penduduk desa yang duduk. Para dokter terlihat menjelaskan tentang pola hidup bersih dan sehat.

"Tahukah para masyarakat jika menjaga kesehatan itu sangat penting. Terutama dalam menjaga pola makan."

"Pola makan yang sehat juga harus dibekali pola hidup bersih dan sehat. Contoh, sebelum makan kita harus cuci tangan. Jika sayuran dan buah harus di cuci terlebih dahulu."

"Jika tidak bersih mungkin saja bakteri atau kuman akan masuk ke dalam tubuh kita. Cuci tangan juga ada cara yang benar."

Para dokter menatap ke arah Damian. Kemudian ia maju ke depan dengan membawa sabun juga ember yang berisi air.

"Pertama, kita harus mencuci tangan dengan air yang mengalir. Setelah itu gunakan sabun hingga berbusa. Jangan lupa bagian kuku dan ujung jari harus di gosok beberapa kali hingga merasa cukup lama setidaknya 20 detik. Setelah itu bilas hingga bersih," ucap Damian dengan mencuci tangan di hadapannya.

"Namun, tidak hanya ini saja kita harus melakukan prinsip gizi seimbang. Contoh seperti berolahraga rutin, mengatur porsi, memantau berat badan secara teratur, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar," pungkas Damian dengan tersenyum tipis.

Para penduduk desa berterima kasih untuk ilmu yang diberikan kepada mereka. Para dokter hanya tersenyum karena ini sudah kewajiban mereka.

Damian berjalan pergi. Namun, tangannya ditahan oleh seseorang.

"Apa para preman itu perintah dari kamu?"

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Damian harus hati-hati itu, nanti kalau ketahuan kasian dong masa depanmu 🙂
Lanjut!!

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang