Damian melotot tajam. Ia sungguh terkejut dengan apa yang didapatkan olehnya.
Arzan terus saja melumat bibirnya dengan penuh tuntutan. Lelaki itu mencium bibirnya dan mencoba membuka mulutnya. Ia hanya terus menutup bibirnya.
Arzan menyeringai kecil. Damian meringis kecil saat bibirnya bawahnya di gigit. Ia merasa bibirnya seperti berdarah. Ia mendorong tubuh lelaki itu dengan memegang bibirnya.
"Arza ... kamu jangan gila, deh!" geram Damian dengan mengelap bibirnya yang berdarah.
Arzan hanya tersenyum. "Aku mau cobain ngelakuin seks di meja makan pasti itu menyenangkan."
Damian menatap sang kekasih dengan tatapan tidak percaya. Melakukan hal privasi di ruangan terbuka siapa yang mau.
"Kamu ..."
Damian memekik tertahan. Tubuhnya terangkat lalu duduk di atas meja. Ia ingin kabur, tetapi ditahan oleh lelaki itu.
"Kenapa takut? Bukannya kita udah pernah melakukan ini," ucap Arzan dengan tersenyum.
Damian menundukkan wajahnya. "Tapi ini memalukan."
Arzan hanya terkekeh kecil. Ia mengangkat wajah Damian. Kemudian kembali mencium lelaki itu dengan lembut. Namun, kali ini Damian juga mengikuti alur yang dibuatnya.
Tangan Arzan mulai menyingkap kaos sang kekasih. Arzan mengelus perut Damian dengan perlahan seolah menggoda lelaki itu.
"Arza ... geli," ucap Damian dengan wajah memerah.
Arzan hanya tersenyum. Kini ia mendekatkan wajahnya. Kemudian mulai menjilat puting lelaki itu dengan pelan.
"Ahh," desah Damian lalu segera menutup mulutnya. Tubuhnya selalu bereaksi tidak seperti keinginannya.
Arzan menyeringai dalam melakukan permainan yang dimulainya. Kali ini Arzan mulai menghisap puting Damian layaknya seorang bayi.
Damian yang melihat itu seketika menjadi malu juga geli. Seluruh bulu kuduknya bahkan berdiri.
Arzan tidak lagi memainkan putingnya. Lelaki itu mulai meninggalkan tanda sesekali menjilat telinganya.
"Arza jangan tinggalin tanda yang bisa diliat orang," tegur Damian yang merasa lelaki itu semakin gencar meninggalkan tanda kepemilikan.
Arzan mengangguk pelan. Damian yang melihat itu menjadi lega saat Arzan menghentikan permainan.
Namun, tidak berselang lama Arzan melepaskan celananya dengan secepat kilat. Damian bahkan belum sempat bereaksi.
"Eunghh..."
Damian mendesah pelan. Ia merasa tubuhnya sangat sensitif saat dimainkan oleh lelaki itu.
"Ahh ... Arza ..."
Damian semakin mendesah dengan keras. Lelaki itu membuatnya semakin melayang saat miliknya dikocok dengan cepat. Ia bahkan mulai menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya.
Arzan yang melihat itu seketika menyeringai. Ia sangat menyukai lelaki itu mendesah karena dirinya. Damian terlihat sangat imut dan seksi disaat bersamaan.
Arzan menyeringai. Ia terpikir ide yang cukup gila. Sekarang ia menghentikan kocokan pada lelaki itu.
Damian menatap Arzan dengan cemberut. Padahal sekarang dirinya sudah hampir berada di posisi ingin keluar.
"Arza ... kenapa berhenti?" ucap Damian dengan cemberut.
Arzan hanya diam. Ia hanya ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh lelaki itu nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...