49

5.5K 690 92
                                    

Damian menatap langit negeri matahari terbit. Ia terlihat berjalan dengan terburu-buru. Saat pertama kali berada di negara Jepang. Ia dikejutkan oleh budaya negeri matahari terbit yang serba pergi dengan terburu-buru.

Ia harus bisa menyesuaikan budaya negara tersebut. Kemudian hingga pada akhirnya ia bisa menyesuaikan budaya mereka dalam waktu 1 bulan lamanya.

Awalnya tujuan dirinya ke negeri matahari terbit untuk melakukan urusan pekerjaan. Kemudian ada alasan lain yang membuatnya menyetujui hal ini yaitu untuk menghindari Arzan dan lainnya.

Ia juga pergi ke sini bukan hanya untuk bekerja. Ia sesekali menghibur dirinya di negara itu. Ia tidak menganggap pekerjaannya itu sebuah beban karena suatu pekerjaan akan menjadi lebih susah jika terlalu memikirkan.

Kemudian untuk urusan kerjanya. Ia datang ke sini untuk mengurus masalah rumah sakitnya. Ada sebuah rumor yang mengatakan jika rumah sakitnya itu mengedarkan obat tanpa izin. Lalu ada juga yang mengatakan rumah sakitnya mengedarkan minuman keras dan narkoba.

Awalnya ia mendengar itu tertawa kecil. Ia tidak akan bodoh untuk menyebarkan narkoba dan minuman keras dalam lingkup kerja rumah sakitnya. Ia bisa saja menyebarkan melalui organisasinya, tetapi ia tidak menginginkan hal itu.

Ia sudah menggunakan seragam dokternya untuk pergi bekerja. Namun, saat ingin pergi tubuhnya di dorong ke dalam dengan cukup keras.

"Kalian ..."

Ia sangat terkejut melihat keberadaan Arzan dan Reza dengan temannya. Ia berjalan mundur dengan menyiapkan sebuah tali dari belakang.

Setelah itu ia segera berlari. Kemudian turun dengan sekali lompat. Ia segera melepas tali itu dengan menyeringai. Mereka terlalu bodoh untuk menjebak dirinya.

Arzan yang melihat itu segera menatap ke bawah jendela dengan menghela napas lega. Lelaki itu selalu membuatnya terus khawatir.

"Shit! Selalu aja ngehindar dari masalah!" geram Reza dengan mengepalkan tangannya.

Setelah mengatakan itu Reza segera melompat dari lantai 3 tanpa peralatan. Hal itu di ikuti oleh Anta dan Rendra. Kemudian menyisakan Arzan yang terlihat ragu-ragu, tetapi pada akhirnya juga melompat dengan perasaan gelisah.

"Cih, boleh juga anda!" cibir Reza dengan menatap sinis Arzan.

Arzan hanya tersenyum. Ia harus menyimpan stok kesabaran yang banyak jika menghadapi calon anaknya nanti.

"Sudah berdebat nanti dulu. Sekarang kita cari dulu keberadaan ayah kamu," tegur Arzan dengan menarik tangan sang anak. Namun, segera ditepis oleh Reza dengan menatapnya sinis.

"Jangan sok akrab dengan saya!" desis Reza lalu pergi dengan perasaan dongkol.

"Maaf Om jangan tersinggung sebenarnya Reza itu orangnya penyayang tapi suka gengsi," ucap Rendra dengan muka datar.

Anta yang melihat itu sontak tertegun. Ia baru kali ini melihat wajah Rendra yang terlihat datar seperti kertas.

"Bener juga tapi ... sayangnya lo itu juga tsundere," ledek Anta dengan tertawa mengejek.

Setelah acara saling mengejek lebih tepatnya Anta yang mengejek Rendra. Akhirnya mereka pergi menyusul Reza.

***

Damian tersenyum puas dengan memasuki perpustakaan. Mereka pasti tidak akan pernah bisa menemukan keberadaan dan itu sudah ia jamin.

Ia hanya duduk dengan tenang sembari membaca buku. Di sini semua orang sangat cuek dengan kegiatan orang lain. Ia tidak akan pernah membuka ponsel dan laptopnya. Ia hanya mengantisipasi jika orang-orang itu menyadap peralatan elektronik miliknya.

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang