Damian menggeliat kecil dengan mengucek matanya. Ia mengambil jam diatas meja dengan nyawa yang belum terkumpul.
"Oh, masih jam 5," racau Damian dengan melempar jam ke bawah lantai.
Damian tetap melanjutkan acara tidurnya. Ia bahkan melupakan waktu terus berlalu hingga menunjukkan pukul 6 pagi.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu membuatnya sedikit terganggu dari acara tidurnya. Ia menutup telinganya menggunakan bantal.
"Sial! Anak kurang ajar itu kalau mau praktek tukang bangunan jangan disini!" racau Damian dengan memeluk gulingnya.
"Damian ini sudah pukul 7! Kalau mau telat itu terserah anda, tapi beri saya uang saku!"
Tok! Tok! Tok!
"Jam 7?" racau Damian dengan menatap kearah jendela.
Damian melotot tajam. Ia turun dari kasurnya lalu mengambil jam yang terletak dibawah lantai.
"oh, shit!" umpat Damian dengan melotot tajam.
Damian melempar jam ke arah dinding. Ia segera berlari dengan membawa bathrobe.
Bruk!
Tubuhnya tidak sengaja menabrak pintu kamar mandi. Pantatnya terlebih dahulu menyentuh lantai membuatnya memekik kesakitan.
"Rasanya pinggang mau patah," desis Damian dengan mengelus pantatnya.
Setelah itu dia segera masuk ke dalam kamar mandi dengan terburu-buru. Namun, tidak lama kemudian Damian keluar dengan rambut basah. Ia bisa dibilang mandi seperti tikus saking cepatnya.
Damian bahkan sangat terburu-buru saat memakai baju. Lalu rambut yang selalu rapi kini agak berantakan.
Ia menatap dirinya di kaca dengan terkekeh geli. Rasanya ia seperti kembali ke masa muda dimana masih menjadi anak berandalan. Hal yang di syukuri sifat berandalan dirinya dulu tidak menurun kepada Reza. Namun, sifat keras kepala menurun kepada Reza.
Namun, ada satu hal yang tidak ia mengerti. Dulu anaknya cukup manja dan penurut entah menuruni sifat siapa. Sekarang kata-kata nya yang pedas itu menurut dari siapa.
"Ketua anda lakukan apa saja di kamar!" teriak Reza dengan menggendor pintu kamarnya.
Damian mendengus kesal. Ia berjalan dengan mengambil tas yang berisi berkas juga peralatan kerja lainnya.
Ceklek
Didepan kamar terlihat putranya yang berpakaian rapi. Wajahnya yang sangat mirip dengannya. Jika di sandingkan mereka seperti anak kembar.
Namun, ada satu yang membuatnya sedikit kesal. Putranya itu menatapnya dengan muka datar seperti tembok.
"Hey, Nak! Apakah ekspresi wajah datar yang kamu tunjukkan kepada ayahmu ini itu sopan?" celetuk Damian dengan mengangkat alisnya.
Reza hanya mengangkat bahunya. Remaja itu mulai menjulurkan tangannya dihadapan Damian.
Damian yang melihat hal itu seketika antusias. Ia menyambut tangan Reza lalu meletakkan telapak tangannya di kening putranya.
"Shit!" umpat Reza dengan mengelap keningnya.
Damian yang melihat hal itu seketika mendengus kesal. "Lalu bukan salam ke orang tua kamu mau apa?"
"Minta uang jajan," ucap Reza dengan muka datar sembari menjulurkan tangannya.
Damian mengangguk pelan. Kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang merah. Lalu memberikannya kepada sang anak tanpa basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...