Damian memutar matanya. "Saya hanya malas."
Arzan hanya menggelengkan kepalanya. Ia bangkit dari tempat tidur lelaki itu. Ia berjalan menuju meja kumpulan perawatan tubuh lelaki itu.
"Saya tidak menyangka kamu suka menggunakan masker sama krim wajah," celetuk Arzan dengan membawa hair dryer.
Arzan kembali duduk disampingnya dengan mencolok ke kabel listrik. Lelaki itu menarik tubuhnya hingga membelakangi Arzan.
Damian hanya diam dengan memejamkan matanya. Tangan lelaki itu tampak berkutat di atas rambutnya. Tangan itu mengusap rambutnya agak membuatnya menjadi nyaman.
Arzan terus melakukan gerakan mengusap dengan mengulang. Namun, saat rambut itu belum kering sepenuhnya. Tiba-tiba tubuh Damian oleng ke dadanya.
Arzan mengangkat satu tangannya ke atas. Ia hanya takut mesin yang panas itu mengenai kulit orang didepannya.
Ia mulai mematikan hair dryer dengan perlahan. Lalu meletakkan diatas meja.
Ia menatap wajah damai milik lelaki itu. Ia ingin melepaskan pelukan Damian, tetapi pelukannya cukup kuat sehingga ia hanya pasrah.
Arzan mulai membaringkan tubuhnya diatas kasur. Ia menatap Damian dengan tersenyum tipis lalu membiarkan lelaki itu memeluk tubuhnya.
"Sleep tight and sweet dream," gumam Arzan dengan mengelus kepala Damian.
***
Damian membuka matanya dengan perlahan. Ia menatap ke samping dengan tertawa kecil.
"Masih mimpi ternyata," racau Damian dengan nyawa yang masih belum terkumpul.
Damian kembali menutup matanya. Lalu mulai mengeratkan pelukannya dengan tersenyum lebar. Ia baru kali ini mendapatkan tidur yang nyenyak.
Namun, Damian kembali membuka matanya dengan melotot tajam. Ia menatap kearah samping lalu mendorong tubuh lelaki itu hingga tersungkur ke lantai.
Arzan terbangun dengan memegang bokongnya. Ia menatap kearah Damian dengan muka datar rasanya punggungnya mau patah.
"Kamu kenapa masih berada dikamar saya?!" pekik Damian dengan menatap tajam.
Arzan hanya menghela napas gusar. "Saya minta maaf sebelumnya karena sudah tidur dikamar kamu tapi ... apa kamu telah lupa? Malam tadi siapa yang menahan tangan saya?"
Damian seketika tertegun dengan mengalihkan pandangannya. Ia seketika menjadi malu karena sudah salah menuduh seseorang.
"Kalau tidak ada lagi saya akan pergi," ucap Arzan dengan menatap Damian.
"Hmm," sahut Damian dengan tangannya yang memainkan selimut.
Arzan segera keluar dari kamarnya. Setelah itu menyisakan keheningan didalam kamar. Damian sontak mencubit lengannya dengan wajah memerah yang menahan malu sedari tadi.
"Astaga sangat memalukan," ringis Damian dengan menepuk pelan pipinya.
Damian segera menuju kamar mandi untuk menenangkan dirinya. Ia bahkan mandi cukup lama tidak seperti biasanya.
Setelah itu baru keluar dengan perasaan lega. Ia buru-buru menggunakan pakaiannya karena kali ini harus banyak pekerjaan yang di urus olehnya.
Damian menatap cermin dengan tersenyum lebar. Ia merapikan rambutnya dengan seksama.
"Damian ... kamu itu ganteng," ucap Damian dengan cengengesan.
Setelah memuji diri sendiri didepan cermin. Ia segera buru-buru menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...