28

5.3K 722 32
                                    

Orang-orang yang berada di sana seketika berteriak histeris. Namun, Damian tanpa di sadari menyeringai melihat darah. Ia memang sering melihat darah, tetapi setelah ini mungkin akan ada hal menyenangkan.

Para polisi yang sedang menyamar seketika mulai mengamankan orang-orang. Mereka mengeluarkan pistol dari balik jaketnya.

Damian hanya diam dengan menyeringai. Tangannya ditarik oleh Arzan untuk mundur. Ia yang melihat itu sontak mendengus kesal.

"Ada apa, sih?" geram Damian dengan muka masam. Ia sebenarnya masih malu atas kejadian pagi tadi. Apalagi ia tampak menerima saja saat itu.

"Kamu tidak perlu malu. Mungkin nanti kamu akan terbiasa," bisik Arzan lalu mengecup pipi lelakinya.

Orang lain yang melihat itu hanya memutar mata. Kedua pasangan itu melakukan hal romantis saat di waktu yang tidak tepat.

"Oh, ayolah! Kalian itu juga harus tahu tempat untuk sekarang," geram Nika dengan tersenyum masam.

Damian yang mendengar itu seketika mengalihkan pandangannya. Mereka tidak mengetahui jika lelaki itu sedang menahan wajah merahnya.

Arzan yang melihat itu seketika menjadi gemas. Ia mengacak rambut Damian dengan tersenyum manis.

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki mengalihkan atensi semua orang. Dari arah hutan terdengar suara itu membuat orang-orang jadi ketakutan kecuali Damian, Arzan dan para polisi.

Damian berjalan ke depan. Hal itu membuat para petugas medis khawatir. Ia tidak memperdulikan yang lain lalu membantu pria yang terluka itu ke kelompok mereka.

Tiba-tiba datang beberapa orang berpakaian hitam dengan menggunakan topeng. Ia yang melihat itu sontak mendesis pelan. Hal ini yang tidak disukainya dari organisasi itu. Mereka selalu ingin menyaingi organisasi yang dipimpinnya.

"Simpan senjata kalian atau wanita ini tidak selamat!"

Damian yang mendengar itu sontak tertawa dengan bertepuk tangan. Orang-orang yang di sana tambah ketakutan melihat kejadian kedepannya.

"Oh, Gosh! Apa ini yang dinamakan gentleman?" ejek Damian dengan terkekeh geli.

Arzan yang mendengar itu segera membekap mulutnya. Lelaki itu seolah tidak membiarkannya lebih banyak berbicara.

"Jangan banyak bicara nanti membahayakan yang lain," bisik Damian dengan melepaskan tangannya perlahan.

"Tapi ..."

Cup

Damian yang mendapatkan kecupan di bibirnya seketika tertegun. Ia kembali diam dengan menundukkan wajahnya bahkan tanpa sadar telinganya sudah memerah.

"Kamu sangat manis jika terlihat malu begini," ucap Arzan dengan mengelus wajah Damian.

Para penjahat yang melihat itu seketika menembak peluru ke atas. Semua orang yang mendengar itu seketika memekik keras.

"Kalian terlalu meremehkan kami!"

"Iri itu bilang," sahut Arzan dengan tenang sembari merangkul pundak Damian.

Dor!

Sebuah peluru hampir saja mengenai Arzan. Namun, peluru itu hanya mengenai tanah jika Damian tidak menarik tangan Arzan.

"Kamu sudah gila!" geram Damian dengan menatap tajam.

Arzan hanya tertawa kecil. Kemudian mengacak rambut Damian yang terlihat sedang cemberut. Lelaki itu hanya terlihat gengsi.

"Come here. Thank you, baby," ucap Arzan dengan memeluk tubuh Damian. Lelaki itu hanya diam didalam pelukannya.

Dor!

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang