Damian mengerutkan keningnya tatkala menatap isi kamar. Ia tidak menyangka rumah kayu itu sangat begitu asri. Namun, ada hal yang membuatnya heran yaitu kenapa kasurnya hanya satu.
"Arza ... ini tidak salah bukan kasurnya cuman satu?" tanya Damian dengan menekuk tengkuknya.
Arzan yang mendengar perkataan dari Damian hanya tersenyum lebar. Ia hanya tidak menyangka kali ini keberuntungan memihak kepadanya.
"Aku senang kamu panggil namaku," ucap Arzan dengan tersenyum manis.
Damian yang mendengar itu seketika tersedak ludahnya sendiri. Ia tidak sadar secara langsung mengakui orang itu ada di sekeliling pergaulan dirinya.
"Tidak seperti kamu harus buang kotoran mu yang tersumbat itu," dalih Damian dengan berjalan lalu meletakkan kopernya.
Damian segera membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia tersenyum tipis karena bisa mengistirahatkan tubuhnya setelah perjalanan jauh.
Ia sangat lelah padahal ini masih pagi. Ia memejamkan matanya, tetapi seseorang mengganggu ketenangan nya.
"Ih, maksud kamu apa?! Saya mau istirahat bentar saja tidak bisa!" geram Damian dengan membuka matanya. Ia menatap tajam ke arah Arzan.
Lelaki itu hanya diam lalu mendorong tubuhnya hingga tersudut di dinding. Ia menahan nafas nya dengan muka tegang.
"Kamu mau ... apa?" tanya Damian dengan suara terputus-putus.
"Aku juga mau tidur. Kali ini biarkan saja begini," ucap Arzan dengan memeluk tubuh Damian.
Damian yang diperlakukan seperti itu sontak terkejut. Ia mendorong tubuh lelaki itu, tetapi Arzan semakin mengeratkan pelukannya.
Arzan mulai mengelus rambutnya dengan lembut. Ia tertegun tatkala didalam pelukan lelaki itu dirinya merasa nyaman. Ia mulai menutup matanya hingga tidak sadar terbawa ke alam mimpi.
Arzan terus saja mengelus rambut Damian. Lalu mengecup kening lelaki itu dengan tersenyum tipis.
"Kamu terlalu spesial untuk orang lain," bisik Arzan dengan tersenyum tipis.
***
Suara ribut di luar mulai terdengar seiring waktu berjalan. Sosok lelaki menumpukan tangannya di atas kasur dengan tersenyum tipis.
Lelaki itu mulai mengelus pipi sosok yang masih tertidur dengan pulas. Sosok itu mulai merasa terganggu dengan menepis tangan dari wajahnya.
"Ian ... ayo bangun," bisik Arzan dengan memainkan pipi Damian.
Damian hanya menggeliat dengan menyebutkan kata-kata aneh. Lelaki itu mulai mengerjakan matanya dengan perlahan.
"Kamu anak kurang ajar! Ayah tidur malah diganggu," racau Damian dengan menggosok matanya.
"Bangun ini sudah pagi," ucap Arzan lalu mulai mencubit pipi lelaki itu.
Damian meringis kecil lalu membuka matanya dengan tatapan tajam. Damian sontak terkejut dengan jarak mereka yang sangat dekat.
"Kenapa kamu harus peluk tubuh saya?!" pekik Damian dengan wajah terkejut.
"Kamu yang tidur di pelukan aku. Jadi aku biarkan saja," ucap Arzan dengan tertawa kecil.
Damian yang mendengar itu hanya diam. Ia segera mendorong tubuh Arzan. Kemudian ia terlihat buru-buru mengambil jas dokter miliknya.
Damian keluar dari kamar mereka. Ia memicingkan matanya dengan seksama ternyata sekarang sudah jam siang.
Ia melihat beberapa penduduk desa mulai menyajikan makanan. Ia hanya tersenyum tipis tatkala orang-orang mulai menyapanya.
Tiba-tiba seseorang merangkul pundaknya. Ia terkejut tapi hanya bisa menghela napas gusar. Lelaki itu memang selalu berbuat seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...