Arzan segera menatap Damian dengan tersenyum tipis. Ia mengelus wajah Damian yang membuat lelaki itu semakin ketakutan.
"Jangan macam-macam!" teriak Damian dengan menatap tajam.
"Aku tidak akan macam-macam tapi ... cuman satu macam saja," ucap Arzan lalu segera mencium bibirnya dengan kasar.
Arzan mulai kembali mencium bibirnya dengan kasar. Ia mencoba untuk memberontak, tetapi tangannya diikat menggunakan dasi entah sejak kapan.
Damian sontak memberontak dengan menggigit bibir lelaki itu. Ia menyeringai puas melihat Arzan meringis kesakitan. Siapa suruh sangat berani dengannya.
"Oke, Tuan Bachtiar sepertinya anda ingin bermain-main," desis Arzan dengan menyeringai.
Arzan tidak lagi mencium bibirnya melainkan bermain-main di daerah lehernya. Damian sontak terkejut hingga mendesah pelan. Lelaki itu tidak ingin titik sensitifnya diketahui oleh Arzan.
"Eunghh ..." desah Damian dengan menggigit bibirnya pelan. Ia mencoba menahan desahan yang keluar.
"Jangan ditahan sayang ..." bisik Arzan dengan menjilat telinga Damian.
Damian yang diperlakukan seperti itu segera menjadi geli. Ia semakin menutup rapat bibirnya.
Arzan yang melihat itu hanya tertawa kecil. Ia mulai melepaskan ikat pinggang Damian dengan perlahan.
Damian yang merasa ada alarm bahaya segera ingin menendang perut lelaki itu. Namun, lagi-lagi kakinya ditahan oleh lelaki itu.
Damian merasakan ada yang salah di perutnya. Ia merasa geli tatkala jari mulai menggerayangi dengan sentuhan menggoda.
"Ahh ... shit!" umpat Damian tatkala sebuah bibir mulai menghisap putingnya dengan kencang.
Damian mulai mengeluarkan desahannya. Ia merasa tubuhnya sangat bertolak belakangan dengan pikirannya. Pikirannya ingin segera lepas dari lelaki itu, tetapi tubuhnya seolah mengikuti permainan sesungguhnya.
"Ian ... kamu terlihat menyukai semua ini," ucap Arzan dengan menjilat putingnya.
Damian merasa malu saat Arzan menatapnya dengan dalam. Ia mengalihkan wajahnya dengan wajah memerah.
Namun, tidak lama rasa malu terganti menjadi terkejut. Ia menatap tajam Arzan tatkala celananya mulai dilepas.
"Arzan ... saya mohon jangan lakukan ini," lirih Damian dengan wajah yang tampak ketakutan.
Arzan tidak memperdulikannya. Ia mulai melepaskan celananya lalu memperlihatkan senjatanya juga milik Damian.
Arzan mulai mengocok milik Damian dengan pelan. Lalu ia juga mulai merapatkan kaki lelaki itu dengan menyeringai. Ia juga tidak lupa membalikkan tubuh Damian layaknya anjing yang pintar.
"Akhhh ..." desah Damian yang tampak terkejut dengan permainan ini. Ia sudah cukup lama tidak mengeluarkan hasrat nafsunya karena sibuk bekerja.
Arzan mulai memasukkan senjatanya di sela-sela paha Damian. Ia mulai mendorong dan melakukannya selayaknya orang bersetubuh.
"Arghh! Jangan terlalu cepat bodoh!" pekik Damian yang cukup terkejut karena Arzan mempercepat kocokan pada miliknya.
Arzan yang mendengar teriakan dari lelaki itu semakin mempercepat kocokan. Ia sangat suka melihat lelaki itu memohon kepadanya bahkan itu terlihat sangat seksi.
"Sial! Jika begini aku mau keluar!" umpat Damian dengan menggigit pelan bibirnya.
Arzan semakin mempersempit jarak mereka. Lalu mengecup pipi Damian dengan tersenyum tipis. Ia sangat menyukai dimana lelaki itu terus bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...