Damian berjalan dengan memasukkan tangannya di saku celana. Ia juga terlihat santai tanpa beban sama sekali. Disaat semua orang ketakutan dia hanya tenang.
"Pak Damian tidak ada takut sama sekali. Saya heran melihatnya," celetuk Nika dengan menatap lelaki disampingnya.
"Memangnya kenapa?" tanya Damian dengan mengangkat alisnya.
Nika yang mendengar itu sontak menjadi heran. Ia menghentikan langkahnya menatap sang direktur dengan serius.
"Biasanya uke itu selalu lemah dan harus dilindungi," ucap Nika dengan mengerutkan keningnya.
Damian mengangkat alisnya. "Apa itu uke?"
"Uke itu bagian bawah atau orang yang di tusuk," jawab Nika dengan cengengesan.
Damian yang mendengar itu sontak menjadi batuk. Wajahnya juga menjadi memanas karena perkataan gadis itu.
"Apa-apaan gadis itu," batin Damian.
"Uke yang kamu bilang itu tidak mungkin selalu lemah. Contoh, kamu itu perempuan apakah lemah?" ucap Damian dengan mengangkat alisnya.
"Oh, jelas tidak!" seru Nika dengan menepuk dadanya dengan bangga.
"Nah, begitu juga dengan uke. Lagipula siapa juga yang jadi uke," lirih Damian dengan menundukkan wajahnya.
"Uh, lucu kali uke dari berondong itu. Baru tahu saya Pak Damian itu imut sekali," ucap Nika dengan mencubit pipi Damian. Namun, ditepis oleh lelaki itu.
"Lagipula kita juga sering bertemu dengan darah. Jadi buat apa takut bukan?" ucap Damian dengan mengangkat bahunya.
Nika yang mendengar itu hanya mengangguk pelan. Apa yang diucapkan oleh sang direktur ada benarnya juga.
Mereka yang terlalu asyik bicara tidak sadar sudah sampai di depan sebuah kamar. Ia meminta Nika untuk menunggu diluar, tetapi ditolak oleh gadis itu.
"Bagaimana jika Pak Damian di sakiti oleh mereka? Pak Damian itu banyak dikejar orang mungkin banci juga suka sama Bapak," ucap Nika dengan mengangkat alisnya sesekali tertawa kecil.
"Saya ini pria dewasa Niki ... jadi jangan terlalu khawatir," ucap Damian dengan menghela nafas panjang.
Nika tidak memperdulikan hal itu. Ia segera menarik tangan Damian dengan membawanya ke dalam ruangan.
Saat di dalam ia melihat beberapa pihak kepolisian yang mencubit lengan beberapa penjahat itu. Ia yang melihat seketika menjadi bingung sendiri.
"Polisi apa itu?" batin Damian.
Damian berjalan lalu melihat para polisi menghentikan aksinya. Ia menatap para anak buah dari organisasi itu dengan muka dingin.
"Ada apa kalian memanggil saya?" tanya Damian dengan muka datar.
"Obat apa yang sudah anda berikan? Kenapa para penjahat itu masih belum bangun?"
Damian yang mendengar itu seketika terkekeh geli. Beberapa orang yang disekitarnya sepertinya sangat bodoh kecuali Arzan. Lelaki itu dalam sekali lihat sudah mengetahui perbuatannya.
Damian menepuk pelan pipinya. Wajahnya seketika menjadi memerah setelah mengetahui jika dirinya selalu teringat lelaki itu.
"Pak Damian apa anda sakit? Wajah anda sangat merah!" teriak Nika dengan memegang lengan Damian.
"Tidak ..."
"Jika anda sakit sebaiknya istirahat terlebih dahulu."
Damian hanya menggelengkan kepalanya. Lalu ia mengendarkan pandangannya. Ia menemukan sesuatu yang akan membuatnya terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Medicine (END)
RomanceCerita tentang orang tua Reza (Eternal Love Of Dream) Damian Bachtiar sosok yang dikenal sebagai mafia kejam. Namun, sifat kejam nya juga punya alasan tertentu baginya terutama untuk putranya. Pertemuan singkat dengan seorang jurnalis muda membuat...