46

5K 720 70
                                    

Damian melepaskan dasi lalu melempar ke sembarang arah. Ia duduk di kursi dengan memijat pelipisnya.

Ia sudah cukup lama bekerja hingga larut malam. Akhirnya ia memilih untuk tidur di rumah sakit saking lelah dan malas menyetir motornya.

Saat ingin tertidur matanya seketika terbuka. Ia merasa hatinya sedikit gundah. Akhirnya ia memilih tidak tidur. Ia membuka ponselnya dengan ragu-ragu.

Damian merasa ada yang salah. Ia menatap sebuah nomor ponsel. Ia sebenarnya memiliki nomor ponsel lelaki itu, tetapi agak ragu meminta lelaki itu menyimpan balik nomor nya.

To Arza🐒
Setan!

From Arza🐒
Maaf ini siapa, ya?

Damian yang melihat isi pesan itu seketika menjadi ragu. Ia menggigit pelan bibirnya. Lalu kembali mengetik sesuatu dengan ragu.

To Arza🐒
Ini aku ... Damian.

From Arza🐒
Ian? Ada apa?

To Arza🐒
Aku mau ketemu kamu. Sekarang di rumah sakit.

Setelah mengetik kata itu. Ia segera melempar ponsel dengan pelan ke atas meja.

Ia merasa wajahnya menjadi agak panas. Ia mengipas-ngipas wajahnya dengan menggigit pelan bibirnya.

Alhasil ia menelungkup wajahnya di atas kedua tangannya. Ia sungguh sangat mudah malu jika berurusan dengan lelaki itu.

Namun, tanpa sadar ia sudah tertidur. Detik demi detik sudah berjalan, tetapi tidak ada sebuah tanda-tanda kedatangan seseorang.

Damian terbangun karena sebuah panggilan telepon. Ia mengerjapkan matanya dengan pelan.

Ia mengambil ponselnya dengan muka masam. Ia melihat sebuah nama Sena yang membuatnya agak bingung.

"Kenapa Sena nelpon malam begini?" batin Damian.

Namun, pikirannya menjadi pecah. Ia menatap obrolan chat dengan Arzan. Kenapa lelaki itu belum sampai juga? Apa dia marah dengan dirinya?

Damian menundukkan wajahnya. Ia tampak menyesal karena tidak mendengarkan penjelasan lelaki itu.

Damian mendengus malas. Akhirnya ia memilih untuk mengangkat panggilan telepon.

"Ha ..."

"Ketua cepat anda datang ke IGD!"

"Ada apa?"

"Cepat Ketua! Disini banyak korban kecelakaan beruntun!"

"Baiklah, saya akan segera kesana."

Damian segera keluar dari ruangannya. Ia berlari dengan raut wajah khawatir. Ia tidak tahu kecelakaan ini seberapa parah.

Saat sampai di IGD. Ia melihat banyak orang menangis histeris bahkan beberapa ada yang terluka sangat parah.

Seorang dokter senior berlari ke arahnya. Dokter itu menunjuk ke arah seorang pria yang berbaring.

"Pak Damian cepat tolong dia! Pasien tertusuk beling kaca di bagian perut. Jika tidak segera ditolong nyawa pasien mungkin tidak akan bisa selamat!"

Damian mengangguk pelan. Ia segera menghampiri pasien itu. Namun, tangannya ditahan oleh Nika. Ia sedikit heran, tetapi kembali ingin ke arah pasien.

"Pak Damian biar saya saja yang urus pasien itu," celetuk Nika dengan raut wajah khawatir.

Damian yang mendengar itu sontak semakin heran. Ia mendorong tubuh Nika dengan pelan. Namun, ia dikejutkan oleh sosok pasien itu.

He's My Medicine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang