EPILOG

15.3K 529 25
                                        

- 7 Years Later

Waktu terus berjalan, seiring dengan jarum jam yang terus berdetak. Banyak orang yang datang dan pergi silih berganti dalam beberapa tahun kebelakang. Namun, Angkasa masih terpaku, berdiri diatas kenangan yang ditinggalkan oleh seseorang dari masa lalu yang bahkan telah lama usai

Terkadang melelahkan, ketika berjalan dengan perasaan tak bisa melepaskan. Merindu pada sosok yang bahkan sudah lama hilang dari jangkauan penglihatan.

Angkasa masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah. Dia tetap seseorang yang dingin dan terkesan acuh kepada seseorang yang baru bertemu. Selama lima tahun ini, Angkasa bahkan belum bisa membuka hati nya walaupun banyak sekali wanita yang berusaha masuk dan menggantikan sosok yang sudah sedari lama mengisi hatinya.

Dulu, Angkasa hanyalah seorang dengan penampilan urakan dan tidak suka di atur. Namun, kini lelaki itu bisa menjabat sebagai CEO menggantikan sang ayah. Tak mudah menjalaninya, tidak biasa dengan dunia bisnis membuat Angkasa beberapa kali mengalami penurunan dan hampir mengecap kegagalan serta kehancuran perusahaan yang dibangun oleh ayah nya dari nol. Tapi, ia tidak menyerah membuat nya sekarang berhasil mendominasi dunia bisnis dari banyaknya perusahan bisnis di dunia.

Suara pintu terbuka membuat Angkasa melirik sekilas, melihat seseorang itu lalu kembali fokus kepada pekerjaan nya.

"Heh, ga sopan kamu. Mama masuk bukannya di sapa malah di lirik doang."

"Maaf, ma. Kirain Angkasa yang masuk sekertaris."

Sang mama hanya mendelik menatap anaknya yang bisa di bilang gila kerja. Selain lupa waktu ketika sudah berhadapan dengan berkas berkas Angkasa juga suka lupa untuk pulang dan lebih memilih menginap di kantor.

"Nih mama bawa bekal buat makan siang. Di makan ya, awas aja kalo gak dimakan." Sang mama menyimpan kotak bekal itu di meja.

"Iya, nanti Angkasa makan. Makasih ma."

"Mama mau ke rumah sakit nganter bekal buat Zero. Kalian berdua tuh sama aja, selalu lupa makan. Kalo sakit siapa yang repot? Mama juga kan." Jelas sang mama, Angkasa terkekeh seraya melepaskan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya.

"Mama gak mau nemenin Angkasa makan dulu?"

Wanita paruh baya itu berdecak lalu berjalan menuju Angkasa "Kamu sama Zero tuh harusnya nyari pacar atau gak sekalian istri biar ada yang nemenin makan sama bawain bekel kalian. Masa setiap harinya harus mama terus yang nganter makanan ke kalian." Cerocos sang mama.

Angkasa memutar bola mata nya malas, selalu saja ini yang di bahas "Angkasa mau fokus ke perusahaan dulu, ma. Lagian juga Angkasa belum ada niat mau nyari pacar."

"Heh! Mau jadi perjaka tua kamu? Cepet deh cari pasangan atau mau kamu mama jodohin?"

"Mama!"

"Jangan terlalu larut sama masa lalu, Angkasa. Selama ini udah cukup mama liat kamu selalu aja terpaku di satu titik tanpa mau melihat hal lain di sekitar. Cobalah untuk membuka hati."

"Udah lah ma, aku mau lanjut kerja."

"Yaudah, mama mau nemuin Zero. Jangan lupa dimakan."

"Hati hati, ma."

Setelah kepergian sang mama, Angkasa menyenderkan tubuhnya. Lelaki itu memijit pelan pelipis yang merasa pening tiba tiba. Nyatanya memang benar apa yang dikatakan sang mama, dia terlalu terpaku dengan apa yang berada di masa lalu.

Membuka loker, lelaki itu mengambil figura yang ada di sana.

"Sudah hampir tujuh tahun, kapan kamu kembali?"

ANGKASA ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang